Unfair

325 48 46
                                    

"keknya kita terlalu jahat deh ke paman Kwak". Mingyu mengangguk menyetujui ucapan Eunha.

"Dia bahkan ngasih kita selimut imperial kualitas terbaik". Mingyu kembali mengangguk.

"Gue yakin beliau bakal berhenti ngambek pas kita ngasih hadiah wine ginseng ini". Eunha mengangguk sambil menggoyang-goyangkan totebag berisi hadiah untuk tuan Kwak yang baru saja ia beli bersama Mingyu.

Tiba-tiba pandangan keduanya tertuju pada kardus besar di samping gerbang.

"Sejak kapan ada kardus disini?". Mingyu bertanya entah pada siapa.

Keduanya mendekati kardus itu dan membolak-baliknya. Lalu membaca tulisan yang tertempel di bagian luarnya.

[**특별 사은품 ~ 만원상당의 극세사 이불!]

"Selimut kita adalah hadiah bonus gratis?!". Mingyu dan Eunha saling pandang.

"Selimut anjing?! Kyaaaaaaaaaaaiiiissshh!!!". Eunha menendang kardus itu dengan amarah memuncak.




Sementara di ruang kerjanya, tuan Kwak tengah tersenyum miring.

"Heol! Bagaimana tagihan listrik dan air bisa setinggi ini? Tagihan ini meninggi karena aku punya dua penyewa yang hanya membayar satu sewa! Mereka juga bukan cucuku, jadi aku hanya.... heol!". Tuan Kwak bergegas naik ke lantai tiga.

Benar saja, saat ini Mingyu tengah gosok gigi sambil membiarkan air keran mengalir tanpa ia gunakan. Lalu saat ia hendak mengisi dua sandwich terakhir dengan daging, pria tua itu mengurungkannya dan hanya mengisinya dengan irisan bawang. Sedang dagingnya ia limpahkan pada sandwich milik anak-anak lain.

Saat hendak masuk setelah jogging, tuan Kwak tertegun mendapati dua sepatu yang berada di tengah jalan sehingga menghalangi jalannya. Ia menendang dua pasang sepatu itu kesal. Begitu tahu siapa pemilik sepatu itu, tuan Kwak yang tadinya hendak meletakkan di rak bawah yang kosong mendadak melemparnya ke rak paling atas.

"Maaf. Tapi aku tidak bisa tidak mengecualikan kalian, jadi apa yang bisa kulakukan. Status kalian sekarang sudah tidak sama lagi dengan yang lain". Tuan Kwak berbicara sambil menatap dua lembar foto close-up milik Mingyu dan Eunha.

***

"Hiks...hiks... woi! Cheerrs!". Eunha menyodorkan botol minuman beralkohol di depan wajah Mingyu.

Laki-laki yang setengah sadar itu menabrakkan botol di tangannya pada botol Eunha. Keduanya minum lagi dan lagi. Disekeliling tubuh mereka sudah berserakan botol-botol minuman keras, tisu dan dua selimut 'anjing' yang diberi tuan Kwak.

"Pada akhirnya... bulu angsa itu cuma mimpi, kan?". Mingyu kembali menyeka air mata Eunha menggunakan tissu yang baru saja ia gunakan untuk mengusap ingusnya.

"Sebuah mimpi yang nggak bakal pernah jadi kenyataan bagi kita". Sekarang gantian Eunha menyeka ingus Mingyu yang berlelehan dari hidung mancungnya.

"Kita udah berubah jadi bebek jelek. Hueeeeeee". Keduanya kembali menangis histeris sambil saling menyandarkan kepala di pundak masing-masing.

"Udah, stop. Berhenti nangis!".

"Lo juga jangan nangis!". Keduanya saling mengusap air mata rekannya.

Tanpa sadar keduanya saling tatap. Entah siapa yang memulai, keduanya sudah larut dalam sebuah cumbuan mesra di dalam kamar besar itu.

***

"Kim Mingyu! oii! Mingyu-ya, lo dimana sayang?". Laki-laki yang tengah tidur lelap itu langsung membuka lebar matanya saat mendengar teriakan yang terdengar seperti bunyi lonceng neraka.

Lebih kaget lagi saat mendapati seorang perempuan berambut sebahu yang juga terbangun di sampingnya. Di atas ranjang yang sama dengannya!

Keduanya nyaris memekik saat menatap tubuh polos masing-masing.

"Apa-apaan nih? Apa yang lo lakuin di kamar gue, Mingyu-ya?".

"Gue juga nggak tau, anjir!". Keduanya seperti linglung.

"Kim Mingyu sayangkuuuu". Laki-laki itu melebarkan matanya panik.

"I...itu su...suara Mbih! Bisa habis kita kalau ketangkep dia!".

"Ssssttt... diem!". Keduanya bangkit dengan tergesa sambil memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai. Sementara suara panggilan di depan kamar semakin keras.

Mereka langsung melompat ke balkon kamar Eunha dan berjalan sambil mengendap ke ujung balkon kamar seberangnya menuju ke ruang cuci di lantai satu.

"Lah anjir! Ngapain gue ikut lo ngendap-ngendap kek maling gini sih". Eunha baru menyadari situasinya.

"Ya mana gue tau. Eh sini buruan, mumpung si muka lobak lagi gedor pintu kamar gue". Mingyu menarik tangan Eunha menuju tangga.

"Mingyu dimana sih?". Sedangkan gadis berseragam yang sedari tadi berteriak itu tak menemukan Mingyu di kamarnya.

Saat menuruni tangga, keduanya berubah kaku saat terpergok penghuni kamar nomor satu yang hendak naik ke lantai tiga. Gadis itu hanya menatap datar Mingyu dan Eunha yang setengah telanjang. setelahnya mereka berebut masuk ruang cuci.

"Woi! Itu baju gue!". Eunha menyambar sweater abunya yang hampir dipakai Mingyu.

"Kim Mingyu!".

"Ya Tuhan!". Mingyu langsung shock saat Eunbi tiba-tiba membuka pintu ruang cuci dan menyembulkan kepalanya ke depan wajah laki-laki itu.

Ia melirik sedetik pada Eunha yang terjepit di antara tembok dan pintu ruang cuci. Beruntunglah Eunha segera tanggap untuk bersembunyi di belakang pintu yang dibuka paksa oleh Eunbi tadi.

"Apaan nih? Kenapa lo pakek baju diem-diem disini? Apa lo habis tidur sama seseorang tadi, hah!".

"WOI! MANA ADA! Orang gue mau lepasin biar dicuci". Mingyu kembali melepas kaos putihnya dan dilempar ke bak cucian.

"Tapi kok perasaan gue aneh... lo nggak lagi selingkuh, kan?". Mata Eunbi menyipit curiga.

"Asal lo tau aja, Panggilan gue adalah.. tukang jagal daerah Ming Bae".

"Ap...apaan tuh?".

"Cewek gila yang bakal memotong leher siapapun yang berani menentangnya!". Mingyu langsung menelan ludahnya ketakutan.

"Apapun itu, jangan lakukan hal bodoh. Kalo gue nangkep lo selingkuh...". Eunbi memeragakan jemarinya yang membentuk garis lurus di lehernya sendiri.

"Habis lo di tangan gue! Ngerti!". Mingyu mengangguk-angguk seperti anak kecil.

Setelah Eunbi menghilang dari pandangan. Mingyu langsung membebaskan Eunha dari jepitan pintu.

"Santai aja Eunha-ya, si muka lobak itu nggak tau-".

"Lo bego, ya! Si Choi Yuna itu tadi mergokin kita nyaris telanjang! Apa yang musti kita lakuin?!". Mingyu nampak berpikir sejenak.

"Nggak usah khawatir. Kita hanya perlu bikin dia salah paham".

"Caranya?".

"Serahkan ke gue".
.
.
.














[***bonus microfiber blankets ~ cocok untuk digunakan sebagai selimut anjing juga!]

Boarding House NO. '97Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang