Pickpockets

228 35 23
                                    

"Jungkook-aaaahhh.. Jeon Jungkook". Tuan Kwak berhambur memeluk lelaki yang berdiri kebingungan itu.

Jungkook menepuk-nepuk punggung pria tua yang memeluknya itu dengan kening berkerut dalam. Ia bingung mengapa pemilik asrama ini tiba-tiba memeluknya erat.

Meski aku sangat menginginkannya, tapi Aku tidak mungkin mengatakan sejujurnya siapa diriku pada Jungkook..

Begitu melepas pelukan harunya, Tuan Kwak langsung menyingkap lengan sweater Jungkook. Pria tua itu membulatkan mulutnya kala menatap gelang anyaman berwarna hitam itu melingkar manis di pergelangan tangan kanan Jungkook.

"Jungkook-aah". Laki-laki bergigi kelinci itu hanya terus menatap bingung pada tuan Kwak.

Cucuku...
Aku akan menjalani seumur hidupku untuk merawatmu

Tuan Kwak kembali memeluk Jungkook. Sementara Mingyu menatap adegan haru biru itu dari balik jendela.

Paman Kwak akhirnya menemukan cucunya...

***

Bus besar berwarna gradasi oranye itu terhenti di sebuah halte. Para penumpangnya berhamburan keluar. Begitu pula Jaehyun dan Yuna. Keduanya turun sambil merengangkan otot-ototnya yang kaku karena duduk berjam-jam di dalam bus. Mereka berjalan beriringan sambil bercakap random hingga sampai pada sebuah persimpangan.

"Ayo kita berpisah disini. Aku harus pergi sendirian mulai sekarang". Jaehyun mengangguk.

"Hmm. Oke, hati-hati ya". Keduanya saling bertos.

Jaehyun mengambil jalan sebelah kanan dan Yuna sebaliknya.

"Hmm.. cuaca yang cukup bagus buat liburan". Tepat setelah mengatakan hal itu, tiba-tiba topi Yuna tertiup angin kencang hingga tersangkut di pohon tinggi di depannya.

"ANDWAAEEE!!!".

Teriakannya mengundang raut penasaran Jaehyun yang memang masih belum terlalu jauh darinya. Mau tidak mau laki-laki itu bergegas mendekati Yuna.

































"Maju dikit lagi, Jae!".

Selama kurang lebih 15 menit keduanya masih kesulitan menggapai topi hitam itu. Padahal Jaehyun sudah menggendong Yuna di pundaknya. Dan dengan proporsi tubuh tinggi mereka, seharusnya topi itu sudah mampu tergapai oleh tangan Yuna. Tapi memang dasar angin kencang, membuat dahan pohon bergerak-gerak hingga menyusahkan Yuna untuk meraihnya.

"Kejauhan kamu majunya, mundur dikit lagi!".

"Woi! Astaga, teman makan gue berat juga ternyata. Yaampun pundak gue mau patah, anjir!". Jaehyun hanya mampu bergumam.

"Berapa lama lagi, Yuna-ya! ".

"Nah, udah. Turunin!".

Jaehyun mengerang kesakitan sambil memijat punggungnya sesaat setelah menurunkan tubuh Yuna dari pundaknya. Yuna memakai kembali topi itu di kepalanya dan ketika menatap pergelangan tangannya, ia baru menyadari gelang hitam pink pemberian dari Jungkook hilang. Ia menoleh ke kanan kiri dan menemukannya terjatuh di tanah dalam keadaan sudah putus.

"Yaah... putus. Gimana nih?".

"Kenapa lagi?". Yuna langsung menyembunyikan gelang itu di saku jaketnya.

"Nggak apa-apa. Nah, Kalo gitu gue pergi beneran sekarang". Jaehyun mengangguk.

Laki-laki itu menoleh ke belakang mencari sesuatu sambil menggaruk tengkuknya bingung.

"Btw, Tas ransel gue dimana, ya?". Yuna juga baru menyadari bahwa tasnya juga raib.

"Oh? Tasku juga disini tadi". Keduanya sontak saling pandang kaget.

"Aish! Jangan bilang kita baru aja kecopetan? Lo liat orangnya nggak?". Yuna menggeleng.

"A..aku terlalu sibuk berusaha menyelamatkan topiku, jadi aku nggak liat ada yang lewat. Aduh, gimana nih?". Keduanya saling tatap bingung.

"Dompet dan hp gue di dalem situ juga. Siniin hp lo, biar gue laporin polisi".

"Hpku juga di dalem tas". Jaehyun menepuk dahinya.

Keduanya lantas berjalan mencoba mencari bantuan. Hingga menemukan seorang ibu-ibu tengah memanen kubis.

"Permisi, nyonya?".

"Ya?".

"Bolehkah kami pinjam ponsel anda sebentar?".

"Ponsel?". Jaehyun mengangguk.

Wanita paruh baya itu berdiri dan merogoh saku bajunya. Memberikan ponselnya pada Jaehyun. Laki-laki itu langsung menelepon nomor darurat.

"Ya, halo?".

"...".

"Saya dan teman saya baru aja kehilangan tas".

"...".

"Kami rasa itu di curi. Ah, alamatnya...". Jaehyun menoleh pada wanita di sampingnya.

"Hang-Woon-Ri, nomor 23. Daerah ini dekat dengan halte bus".

"...".

"Ya, tapi semua barang berharga kami ada di dalam tas".

"..."

"Ya..".

"...".

"Nama saya... Jung Jaehyun".

"...".

"Ya, tolong bantu kami menemukannya". Jaehyun mematikan panggilannya dan mengembalikan benda persegi itu pada pemiliknya.

"Apa kata mereka?".

"Mereka bilang agak susah nemuinnya".

"Apa yang terjadi? Tas kalian hilang?". Jaehyun dan Yuna kompak mengangguk.

"Terus Apa yang mau kalian lakukan? yaampun kasihan sekali". Wanita itu menatap kasihan pada Jaehyun dan Yuna.

Tapi otak cerdik Jaehyun langsung menyusun rencana dan mendadak mendapat sebuah lampu kuning di dalam kepalanya.

"Ngomong-ngomong, nyonya... apa kita pernah bertemu sebelumnya?". Wanita itu menunjuk dirinya sendiri Saat Jaehyun memandangnya intens.

"Aku? Masa sih?".

"Kayaknya saya pernah melihat anda di suatu tempat". Jaehyun mengetuk dagunya, pura-pura berpikir.

"Ah, iya! Saya melihat anda di dalam drama! Drama tentang tentara Itu loh!".

"Hah? 'Descendants of The Sun'?".

"Bukan, dramanya Son Ye Jin dan Hyun bin. Kalo nggak salah judulnya 'Crash Landing on You'. Anda terlihat sangat mirip dengan Son Ye Jin". Wanita itu tersipu malu saat Jaehyun mengatakan wajahnya mirip 'Son Ye Jin'.

"Aigoo... kau ini kenapa imut begini. Tapi emang bener, banyak yang bilang wajahku mirip aktris drama. Hihihii... Ah iya, kalau kalian butuh bantuan, datang saja ke desa kami, oke?". Wanita itu berlalu sambil menggumam bangga karena wajahnya dibilang mirip aktris 'Son Ye Jin'.

"Mirip darimananya, anjir!". Yuna mengernyitkan dahinya bingung.

"Ssstttt, gue cuma berusaha deketin dia. Manatahu kalo dia ntar bakal bantuin kita. hmm... Pertama, ayo cari tempat singgah sementara dulu". Yuna menoleh.

"Kenapa kamu nggak pergi tanpa aku? Aku bakal nyoba lakukan perjalanan hemat".

"Perjalanan hemat?". Yuna mengangguk.

"Aku udah lama pengen ngelakuin hal ini. Jadi ini kesempatan bagus".

"Lo itu cewek, pergi sendirian tanpa bawa apapun lagi. Lo gila, ya!".

"Aku pergi". Yuna tak mengindahkan peringatan Jaehyun dan malah melenggang santai sambil menepuk pelan lengan kanan laki-laki itu.

Jaehyun menghela napas kasar sambil memperhatikan punggung Yuna yang semakin menjauh.

"Aish! Tapi gue yang khawatir, anjir! Yak, Choi Yuna, tunggu! Gue ikut sama lo!". Jaehyun berlari kecil menyamai langakah Yuna.
.
.
.

Boarding House NO. '97Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang