Bad Luck

58 3 3
                                    


"Apa maksudmu aku tak tahu apa-apa? Lagipula kita nggak bakal bisa keluar dari sini sampai seseoarang menemukan kita. Jadi kamu hanya akan menonton tembakan kembang api disini bersamaku. Bhuahahahahaha".

***












"duh, udah jam segini.. Jaehyun pasti udah nungguin". Gadis jangkung itu lagi-lagi menggumam pelan. Sementara tuan Kwak mencibir.

"Minho-ku orangnya sangat sabar dan penyayang, tak pernah aku melihat Minho selicik ini, apakah ia mewarisi gen culas Seon Ok? sepertinya gadis bau ini bukan cucuku. aku harus mencoretnya dari daftar". Choi Yuna menoleh kaget.

"Anda mengenal ayahku?". Tuan Kwak pura-pura mengernyit bingung.

"heeeii, mana mungkin aku mengenal ayahmu".

"hahaa.. benar juga ya, paman". Keduanya kompak merapatkan baju karna udara sekitarnya semakin dingin.

"kata ibu, aku tidak mirip ayahku sama sekali. Aku bahkan tidak tahu seperti apa ayahku. Jadi kupikir Anda tadi mengenal ayahku". Tuan Kwak berdecak.

"ayah meninggal saat aku bahkan belum bisa berbicara. Dan ibu menyusul saat aku di tahun kedua SMP". Tuan Kwak tertegun lagi.

'Seon Ok, sudah meninggal? Lalu siapa yang mengasuh anak ini? Dia pasti sudah melalui tahun-tahun tersulitnya' batinnya bertanya gusar.

"keluarga besar ayah mengusir kami karena ibuku adalah perempuan antah berantah yang miskin dan bekerja di tempat kotor. Tapi meski begitu, ibu sering bercerita bahwa ayah selalu membanggakan keluarganya. Ayah bilang bahwa kakekku adalah seorang ayah yang luar biasa". Tuan Kwak tersentak kaget.

"tapi menurut saya, figur seorang ayah yang baik tidak akan pernah membiarkan anaknya terluka meski sesalah apapun pilihan hidupnya. Jadi bagiku, aku tidak punya kakek". Wajah tuan Kwak sedikit pias mendengar kalimat sindiran Yuna padanya.

'kenapa aku merasa ikut bersalah mendengar cerita gadis ini'.

"ah sudahlah, aku harus segera pergi jika tidak ingin Jaehyun marah lagi padaku".

Yuna segera menoleh ke kanan dan kiri sembari bangkit mencoba mencari cara agar bisa membuka pintu gudang. Setelah beberapa kali memutari gudang, Yuna menemukan sebuah kawat yang sedikit karatan mencuat dari sebuah keraanjang bekas.

"wah, ada kawat!". Tuan Kwak menoleh malas.

"kau pikir bisa menggunakan trik murahan itu? Aku sudah mengkondisikan pintu itu hanya bisa dibuka dari luar".

Yuna mengabaikan cibiran tuan Kwak dan masih mengotak-atik lubang kunci. Tidak sampai lima menit terdengar bunyi klik. Yuna bersorak bahagia.

"aku berhasil!". Tuan Kwak menoleh kaget dan langsung bangkit.

"tidak! Kamu tidak akan melihat kembang api bersama si brengsek itu". Tuang Kwak memegangi ujung jaket Yuna karena gadis itu meronta-ronta.

Choi Yuna menghempas tangan tuan Kwak dengan kekuatan ekstra, sehingga membuat pria tua itu terjerembab. Gadis itu bergegas membuka pintu dan berlari keluar. Pintu tersebut kembali menutup dan terkunci otomatis. Tuan Kwak berteriak panik.

"andwaaeeeeeee!!!". Tangannya menggapai-gapai pinggiran pintu hingga menemukan sebuah amplop biru yang sepertinya tidak sengaja dijatuhkan oleh Choi Yuna saat ia menarik ujung jaketnya tadi.



***










"happy birthday, Jung Eunha". Gadis imut itu tersenyum malu-malu saat teman-temannya memberinya kado.

"thanks yak, Kim Umji, Kim Sowon".

Mereka bertiga saat ini sedang makan malam bersama di sebuah restauran bintang lima. Gadis yang paling tinggi, Kim Sowon segera berdehem.

"makan malam kali ini gue yang traktir, pesen sepuas kalian. Oh iya, Eunha-ya. dapat kado apaan dari cowok lo?". Eunha yang tadinya ceria langsung bete.

'haiiissshh! Gak mungkin kan gue bilang si bodoh itu ngasih gue pembalut. Bisa mati berdiri gue'.

Eunha berusaha menampilkan ekspresi cerianya kembali.

"gue bakal dikasi Christian Louboutin sama cowok gue. Kalian pasti tau kan, kalo sepatu itu belum beredar di negara kita. Baru diproduksi 10 pasang saja loh". Jawab Eunha membual.

"gue yakin cowok gue sekarang lagi berjuang berebutan sepatu itu di server web-nya". Umji dan Sowon saling pandang.

"beneran? Gila saja, sepatu itu harganya miliaran Won cuy!". Umji berseru kagum.

"gue yakin cowok lo ini semacam Chaebol, iya kan?". Eunha tersenyum tipis seolah merasa merendah untuk meroket.

'iya, harganya beberapa miliar. Sementara si brengsek itu Cuma ngasih kado seharga 2000 Won saja, sialan!'. Maki Eunha dalam hati.

Tiba-tiba seorang pelayan masuk membawa sebuah kue tart berwarna pink lucu.

"ini kue strawberry dari kekasih Anda, nona". Bahkan lilinnya sejumlah usia Eunha saat ini.

"dari pacarku?". Eunha mendadak gugup.

"woaahh.. cowok lo keren banget sih, Na". Sowon berdecak kagum.

Tiba-tiba lampu berubah redup, sayup-sayup terdengar sebuah alunan lagu. Tak berapa lama seorang pria muda bertubuh tinggi dengan wajah rupawan dan setelan rapi bak seorang pangeran muncul sembari bernyanyi dengan suara bas-nya. Kedua sahabat Eunha tak kuasa menahan kekaguman mereka, bahkan keduanya kompak bertepuk tangan.

'sial! si bodoh Mingyu pake kesini segala bawa kotak pembalut, astaga mau taruh mana muka gue'.

Mingyu maju dan berdiri tepat di depan meja para gadis itu, masih sambil bernyanyi. Umji mengernyit bingung.

"kenapa cowok lo bawa pembalut sebanyak itu?". Eunha memberi kode agar Mingyu segera pergi dari situ.

Tapi cowok itu tidak peka dan malah semakin mengeraskan suaranya sembari berlutut di depan Eunha. Wajah Eunha sudah memerah kesal. Segera saja ia rampas buntalan pembalut itu dan memukulkannya ke wajah Kim Mingyu sembari menyumpahi cowok itu.

"mulai sekarang kita putus! dasar cowok kere nggak modal!".



.

.

.





sorry book ini dianggurin aja selama 2 taon lebih wkwkwk

yakin nih keknya udah pada dibuang dari daftar bacaan kelen book ini.. huhuu maapkeun

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Boarding House NO. '97Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang