Lies

444 59 30
                                    

Gambar hanya pemanis yak🙃🙃
Okheh, abaikan!







Tuan Kwak tengah sibuk membersihkan dapurnya. Memang asisten rumah tangganya banyak yang ia pindahkan ke mansionnya yang lain karena rumah ini ia khususkan sebagai tempatnya menemukan 'cucunya'.

"Kakek?". Pria tua itu menoleh kaget.

Nampak mingyu berdiri di ambang pintu dapur dengan wajah berurai air mata. Seketika matanya melebar terkejut. Jakunnya naik turun karena mendengar kata yang baru saja disebut oleh laki-laki tinggi besar itu.

"K..ka..kakek? Barusan aku dengar kamu-".

"Kakek. Akulah cucu yang kakek cari selama ini". Tuan Kwak mengangkat alisnya bingung.

"Apa kepalamu terbentur sesuatu? Kenapa kamu-".

"Sebenarnya aku juga sudah berusaha mencari anda selama tiga tahun ini. Setelah aku tahu itu anda, aku masih belum memiliki keberanian untuk mendekat. Jadi aku hanya mampu melihat anda dari jauh sambil berusaha menemui anda baik-baik dan memberitahukan bahwa aku adalah cucu anda. Lalu setelah aku benar-benar berada di dekat anda, aku akhirnya berhasil menghimpun keberanian ini untuk memberitahu anda, bahwa akulah putra mendiang Minho, ayahku". Tuan Kwak menganga terkejut.

"Be..benarkah? Ja..jadi kamu benar cucuku?". Mingyu membuka kaos hitamnya dan menunjukkan tanda lahir mirip sebuah tato di bahunya.

"Jadi memang benar ada tanda lahir khusus?".

"Ayah Minho bilang sebelum kematiannya bahwa tanda inilah yang akan membawaku pada kakek". Tuan Kwak menyentuh bagian kulit kehitaman itu dengan mata berkaca.

"Astaga cucuku!". Pria tua itu langsung membalik tubuh Mingyu menghadapnya dan memeluknya dengan erat.















"Maafkan aku karena tidak mengenalimu. Itu karena Minho hanya memperlihatkanmu padaku saat kamu masih bayi, bahkan dari pertemuan singkat itu kukira kamu adalah anak perempuan. Tapi ternyata cucuku memang mewarisi ketampananku". Mingyu sedikit meringis geli.

"Saat itu pertengahan tahun 1996. Minho tiba-tiba membawa seorang wanita yang ia kenalkan sebagai calon istrinya. Wanita itu sangat jauh derajatnya dari keluargaku. Tentu saja aku sangat menentangnya, mana sudi aku punya menantu seorang wanita yang bekerja di tempat kotor seperti itu. Entah trik apa yang digunakan wanita itu hingga membuat Minho-ku tergila-gila padanya hingga berani menentangku. Sejak itu Minho tidak pernah menginjakkan kakinya di rumahku. Tiba-tiba sepuluh bulan kemudian, asistenku menelepon kalau isteri Minho melahirkan seorang anak hasil dari hubungan terlarang mereka". Tuan Kwak menyeka air matanya yang tiba-tiba menetes.

"Mau tidak mau saat itu juga aku merestui pernikahan mereka. Tapi Minho dengan sombongnya kembali menentangku dan memilih pergi dariku demi bersama wanita itu. Hingga sepuluh tahun kemudian, putraku satu-satunya itu meninggal karena kecelakaan hebat. Aku sangat terpukul hingga penyakit yang sudah sembuh kembali menggerogoti tubuhku. Hingga beberapa bulan lalu tiba-tiba sebuah surat-". Tuan Kwak menghentikan kalimatnya mendadak, membuat Mingyu menaikkan alisnya.

"Apapun, yang penting aku sudah menemukan cucuku! Mingyu-ya, cucu kandungku". Tuan Kwak kembali memeluk tubuh Mingyu sambil mengelus rambut hitamnya.

Sementara Mingyu dibalik tubuh renta itu mendesah frustasi.

Maafkan aku tuan, aku terpaksa melakukannya..
Aku akan segera mengatakan semuanya kalau si kampret Eunbi sudah pergi jauh dariku..





***


Yuna tengah berbaring gelisah di atas kasurnya. Ia berkali-kali mengecek ponselnya.

"Aku jadi penasaran. Apa dia berhasil melewati interviewnya? Aku bahkan tidak memberinya semangat. Dan kue mochiku... aish! Menyebalkan sekali!". Gadis cantik itu berguling-guling dan pandangannya terhenti pada sebuah benda yang baru saja beberapa hari yang lalu ia letakkan di atas mejanya.

Batang keberuntunganku!

Ia lalu menulis sebuah surat pendek untuk diletakkan di dalam pot kecil itu.

합격기 🙂

Yuna lalu membawa pot berisi sepotong batang tumbuhan itu keluar kamarnya. Tentunya dengan perlengkapan khasnya yaitu masker dan topi hitamnya. Ia mengetuk pintu kamar seberangnya dan sepertinya lelaki penghuni kamar itu memang belum ada di kamarnya.

Dengan lesu ia kembali ke kamarnya dan membuka jendela balkonnya. Ia melirik jendela kamar seberangnya yang tertutup itu. Lalu seperti mendapat ide, gadis itu langsung memanjat pagar pembatas dengan susah payah hingga akhirnya berhasil sampai di balkon kamar seberangnya. Yuna meletakkan pot kecil itu di sudut balkon yang mudah terlihat. Lalu kembali memanjat pagar pembatas kembali ke kamarnya.







***




Siang hari yang cukup terik ini dimanfaatkan Jung Jaehyun untuk melakukan barbekyu di halaman. Ia tadinya sudah janjian untuk mengundang Taeyong karena laki-laki itu kemarin sudah mentraktirnya. Ia mulai mempersiapkan peralatan memanggangnya dan menata daging serta sayur-sayuran di meja.

Jaehyun berkali-kali mengipasi panggangan itu. Namun karean hanya menggunakan batu bara, maka api tak kunjung berkobar. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru halaman berharap ada sesuatu yang bisa membantunya membuat api. Pandangannya terhenti pada pot pink kecil yang nampak ganjil di balkon lantai 3.

Di pot itu tertanam sebuah batang kayu seukuran lengannya. Seketika Jaehyun mengambil tangga lipat di gudang dan mengambil batang itu tanpa pikir panjang.

"Sejak kapan ada benda seperti ini disini?". Jaehyun menaikkan alisnya sebelum...

"Siapa lagi yang bisa melakukannya? Ini adalah hadiah dari para dewa biar gue nikmatin barbekyu lezat itu". Ia langsung mendongak menatap langit sambil memeluk batang itu di dadanya.

"Terima kasih, Dewa!".

Sementara itu di kamar Yuna, sayup-sayup gadis itu mencium bau asap yang masuk ke kamarnya. Ia langsung berlari ke balkon kamarnya. Di bawah sana nampak lelaki penghuni kamar nomor 5 tengah mengipasi sebuah alat pemanggang.

Namun bukan itu yang membuatnya tertegun. Batang keberuntungan yang harusnya diterima lelaki kamar seberangnya itu malah berada di genggaman lelaki penghuni kamar nomor 5 itu. Yuna semakin melebarkan matanya saat laki-laki itu melempar batang keberuntungannya ke dalam pemanggang.

"TIDAAAAAAAKKK!!!".

Api langsung membakar batang itu tanpa ampun. Yuna menggigit bibir bawahnya menahan kesal yang teramat sangat.

"Aku nggak bakal biarin ini. Tadi sudah membuat mochiku mendarat tidak sempurna. Dan sekarang batang itu juga hampir lebur. Tunggu saja tuan kamar nomor 5!!".
.
.
.











*Berharap kamu lulus🙂 (tulisan di pot)

Boarding House NO. '97Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang