Bersama Revan

399K 39.2K 4.9K
                                    

Saat ini Revan dan Alisa tengah dalam perjalanan ke suatu tempat, niat mereka untuk menghabiskan waktu hanya berdua saja benar-benar terlaksana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ini Revan dan Alisa tengah dalam perjalanan ke suatu tempat, niat mereka untuk menghabiskan waktu hanya berdua saja benar-benar terlaksana.

"Alis."

"Hemm?"

Revan melirik Alisa yang kini tengah melihat ke arahnya.

"Apa arti bahagia buat kamu, Al?" tanya Revan memecah kesunyian.

Alisa mengetuk-ngetuk dagunya memikirkan jawaban yang terbaik, ia tahu jika sejatinya Revan itu anak senja, Revan sangat tertarik dengan dunia literasi, dan Revan sangat menginginkan masuk jurusan sastra indonesia, tapi sayang ayahnya tidak mengizinkan, alhasil Revan terdampar di fakultas ekonomi.

"Bahagia itu ketika kita bisa hidup dengan tenang, melakukan apa pun yang kita mau, dan di kelilingi orang yang benar-benar peduli sama kita tanpa mempermasalhkan semua sisi negatif kita," jawab Alisa tersenyum.

"Dan apa kamu sudah mendapatkan itu semua?"

Alisa terdiam sejenak, ia mencoba memahami isi hatinya sendiri.

"Entahlah, terkadang Alis merasa sudah mendapatkan itu semua, tapi terkadang seperti masih ada yang kurang, tapi Alis gak tahu itu apa."

Dua jam perjalanan, mereka kini sampai di sebuah pantai. Berjalan hanya berdua sambil berpegangan tangan, semilir angin dan deburan ombak seakan menjadi saksi kisah cinta Revan dan Alisa.

“Sunyi, tapi menenangkan,” ucap Alisa.

Ya, terkadang pantai menjadi pelarian terbaik untuk mengembalikan suasana hati, pantai seperti memiliki magnet tersendiri bagi penikmatnya, serta menjadi pengingat diri akan kuasa Tuhan.

Revan memandang lautan luas di hadapannya, tangannya bertengger manis di pundak Alisa, pantai ini seakan hanya milik mereka.

“Kamu tahu Al, ombak dan pesisir pantai itu adalah bukti cinta sejati yang tidak akan pernah bersatu," ucap Revan.

“Kenapa? Mereka kan gak akan pernah terpisahkan, kenapa gak akan pernah bersatu?” tanya Alisa tidak setuju.

Revan tersenyum dan mencium puncak kepala Alisa, entah apa yang membuatnya begitu menyayangi wanita di sampingnya ini.

“Nama mereka memang akan tetap bersanding, tapi sekeras apa pun perjuangan ombak untuk sampai di tepian pantai, sesering apa pun ombak sampai di tepian pantai, pada hakikatnya ombak tetaplah milik lautan.”

Alisa mengerutkan keningnya, otaknya berusaha memecahkan kiasan kata yang diucapkan kekasihnya.

“Cinta terlarang? Ombak selalu ingin menemui pantai, begitu pun pantai yang selalu merindukan ombak. Kenapa mereka tidak ditakdirkan bersama, Van?”

Suami Rahasia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang