Rumah kedua Alisa

264K 31.9K 1.7K
                                    

Kangen-kangenan sama Alisa dulu yuk 😅

Komentar yang aktif yah, wkwk. Per paragraf juga gak papa 😂

Selamat membaca 🧡

💍💍💍

Alisa menangis terisak di balik jeruji besi, ia meringkuk layaknya janin dalam kandungan, sungguh siapa pun akan merasa kasihan.

Tidak ada lagi Alisa yang ceroboh, Alisa yang pecicilan, bahkan Alisa yang bar-bar. Sekarang Alisa sendiri tanpa teman, entah apa yang membuat dirinya tidak disatukan dengan "Penjahat" lainnya, apakah ia se-bahaya itu, sampai dirinya seakan diisolasi?

"Bunda, hiks hiks dingin."

Alisa menggigil kedinginan, baju yang dikenakannya cukup basah, walaupun tidak sebasah dua jam yang lalu. Entah apa alasan mereka kembali menginterogasinya, bahkan tadi adalah interogasi yang ketiga baginya, dan lagi-lagi mereka memaksa Alisa mengakui apa yang tidak pernah ia lakukan.

Apakah mereka serendah itu?

Alisa yakin jika lembaga kepolisian yang sesungguhnya tidaklah seperti itu, lembaga kepolisian pasti memegang teguh keadilan dan kebenaran, adapun yang kini Alisa hadapi pasti hanya oknum yang mencari keuntungan di balik nama besar lembaga yang menaungi mereka.

"Mas Ali," lirih Alisa dengan terisak.

Racau Alisa untuk kesekian kalinya, kondisinya benar-benar memprihatinkan, tidak jarang mereka menggunakan kekerasan hanya agar Alisa mengatakan apa yang mereka inginkan.

Tapi Alisa tetaplah Alisa, Alisa wanita kuat yang tidak akan pernah bisa ditindas. Tamparan bahkan guyuran air telah ia terima dari mereka, namun Alisa tidak akan pernah mengakui apa yang tidak pernah ia lakukan.

"Gue gak akan pernah nurutin kemauan manusia iblis kayak kalian!! Gue gak pernah nusuk psikopat itu, apa kalian tuli, hah?!" murka Alisa saat mereka menginterogasinya.

Byurr.

Air yang terasa sangat dingin kembali membasi tubuh Alisa.

Teringat kejadian tadi, Alisa dihantui rasa ketakutan, ia tidak tahu apalagi yang akan mereka lakukan setelah ini.

"Alis ... Alis gak salah," lirih Alisa.

Alisa berusaha mengambil tasbih pemberian Gus Ali, tubuhnya terasa remuk, ia berusaha untuk duduk dan mulai berzikir seperti apa yang suaminya perintahkan, memohon pertolongan pada sang pencipta adalah satu-satunya jalan yang bisa ia lakukan.

Seorang sipir datang membawa makanan untuknya, dengan tertatih Alisa mengambil makanan itu, hanya satu botol air mineral serta nasi yang sudah dingin dan lumayan keras dengan tahu dan tempe goreng sebagai lauknya.

Apa yang bisa diharapkan dari makanan penjara? Masih layak dimakan saja sudah bersyukur.

Dengan air mata yang terus mengalir, Alisa berusaha memakan makanan seadanya yang ia dapatkan, tentu saja makanan itu terlalu miris untuk seorang Alisa, tapi perutnya sudah sangat lapar, terpaksa ia memakannya walau tidak suka.

Satu pelajaran yang Alisa dapatkan dalam keadaan ini, Alisa belajar tentang yang namanya bersyukur.

Alisa membayangkan orang di luaran sana yang mungkin bernasib lebih buruk darinya, mereka tetap bisa tersenyum walaupun kesulitan mendapatkan makan, mereka tidak pernah mengeluh dan bersyukur atas apa pun yang mereka terima.

Suami Rahasia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang