Siapa dia?

281K 30.4K 1.9K
                                    

Alisa mematung, bibirnya seakan kelu, entah apa yang harus ia sampaikan, apakah ia harus jujur saja? Tapi, apakah Gus Ali akan percaya.

"M-mas-"

"Tatap mata Mas, Alisa!" geram Gus Ali.

Alisa menatap Gus Ali sebentar, setelahnya ia menunduk lagi, tatapan Gus Ali sangat menyeramkan baginya.

"Maaf Mas. Tapi itu gak seperti yang Mas pikirkan, Alis gak mungkin menghianati laki-laki yang Alis cintai," cicit Alisa.

"Jelaskan!"

Hanya satu kata, namun tidak bisa Alisa pungkiri jika kata yang Gus Ali ucapkan sarat akan kemarahan.

"Alis ... Alis diteror, Mas," jujur Alisa dengan suara yang sangat pelan.

Gus Ali membelalakan matanya, diteror? Teror seperti apa, maksudnya? Kenapa Alisa menyembunyikan hal sebesar itu darinya?

"Sudah empat hari Alis dapat kiriman ancaman, entah kenapa Alis yakin banget kalo pengirimnya tuh Si Syifa, Alis gak bisa terus biarin hal ini berlanjut, tadi Alis minta bantuan Rizal buat anterin ke rumah Si Syifa, tapi tadi malah ada yang mau nyerepet Alis, di foto itu saat Rizal selamatin Alis. Alis juga gak sadar ternyata ada orang yang fotoin kejadian itu, Alis gak bohong Mas, sumpah deh!"

"Kenapa malah laki-laki lain? Mas suami kamu, Alisa! Apa pantas kamu pergi dengan laki-laki yang bukan makhrom kamu? Tanpa sepengetahuan Mas, sedikitpun? Apa yang kamu lakukan, telah melukai harga diri Mas sebagai seorang suami!"

Alisa terhenyak kaget, ia tidak menyangka suami nya akan semarah ini.

"Engga Mas, gak gitu, Alis ... Alis gak bermaksud seperti itu, Alis ... Alis cuma gak mau Mas terlibat dalam masalah ini, Alis merasa Alis masih mampu menangani masalah ini sendiri."

Alisa panik, ia kalut dengan ucapan Gus Ali yang baginya begitu menusuk hati, Alisa tidak bisa membayangkan sebesar apa sakit hati yang suaminya rasakan hanya karena satu kesalahan nya saja.

"Tapi mas itu SUAMI kamu, Alisa! Bukankah dalam rumah tangga, keterbukaan adalah poin utama? Mas rasa kamu sudah cukup dewasa untuk mengerti kewajiban kamu sebagai seorang istri."

"Demi Allah Mas, Alis gak ngelakuin hal macem-macem sama Rizal, Alis cuma minta bantuan dia soalnya cuma dia teman yang Alis punya, Alis juga gak kasih tahu dia soal teror itu, cuma Alis sama Mas saja yang tau."

Gus Ali mengeraskan rahangnya, Alisa memang sangat keras kepala.

"Apapun alasan nya, kamu telah berbohong, dan mas kecewa!"

"Alis berbohong demi kebaikan kita, Mas," sahut Alisa cepat.

"KEBAIKAN APA?!"

Alisa sampai terlonjak saat pertama kalinya mendengar bentakan Gus Ali. Gus Ali berdiri dan menatap Alisa tajam.

"Mas bisa maafkan saat kamu menyembunyikan tentang teror itu, tapi Mas tidak bisa terima saat kamu berbohong akan bertemu dosen kamu untuk membahas kuliah, tapi nyatanya kamu malah bersama laki-laki lain, hanya berdua dan dalam satu mobil yang sama. Tapi apapun itu, tidak seharusnya kamu menyembunyikan hal sebesar ini dari suami mu sendiri, teror berupa ancaman bukanlah hal main-main yang bisa kamu selesaikan sendiri, apa kamu merasa dirimu hebat?"

Alisa terdiam, ini salahnya, ia yang sudah memercikan api dalam rumah tangganya sendiri.

Gus Ali pergi meninggalkan Alisa yang mematung, setelah beberapa langkang akhirnya Alisa tersadar, ia segera berlari menyusul Gus Ali, Alisa memeluk Gus Ali dari belakang, hal itu sukses membuat langkah Gus Ali berhenti.

"Maaf Mas maaf. Alis gak mau Mas kenapa-napa, Alis juga gak mau keluarga Alis tahu tentang masalah ini, Alis sudah banyak merepotkan kalian, maaf karena Alis sudah bohongi Mas. Tolong jangan marah hiks-hiks, Alis takut."

Suami Rahasia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang