“MAS ALI!” teriak Raka, membelalakkan matanya.
Raka terenyak ketika timah panas Broto berhasil melukai lengan kiri Gus Ali, darah seketika mengalir, entahlah Raka tidak tahu apakah timah itu hanya menggores saja atau justru menembus lapisan kulit kakak iparnya.
Satu hal yang harus disyukuri, Gus Ali refleks bergeser. Kalau tidak, mungkin saja timah panas itu menembus dada kirinya.
“Saya tidak apa-apa, Ka,” ucap Gus Ali menenangkan adik iparnya.
Gus Ali sedikit terhuyung, Raka segera menyangganya, kemudian memapahnya untuk mencari tempat yang lebih aman. Raka harus memastikan seberapa dalam luka yang Gus Ali dapatkan, tentunya untuk memberi pertolongan pertama juga.
Sementara Broto, timah panas milik Darka berhasil melumpuhkannya, Broto seketika mengerang kesakitan saat timah panas itu menembus kaki kanannya.
“Mas, masih bisa mendengar saya?” tanya Raka.
Tindakan itu dilakukan untuk menilai respons pasien, apakah pasien masuk dalam kategori awas, suara, nyeri, atau tidak sadar. Hal ini sangat penting untuk mengambil tindakan selanjutnya.
“Bisa,” jawab Gus Ali.
Keringat dingin terlihat di pelipisnya, tangan Gus Ali juga terasa dingin, hal itu membuktikan jika dirinya tengah menahan kesakitan.
Mata Gus Ali memejam, mencoba mempertahankan kesadaran, sensasi panas dan nyeri yang teramat di lengan kirinya sungguh sangat luar biasa, sementara tangan kanannya ia gunakan untuk menekan bagian lukanya, mencoba menghentikan perdarahan yang terjadi.
Raka kemudian menekan leher Gus Ali dengan dua jari tangannya untuk mengecek denyut nadi karotisnya, hal itu dilakukan karena posisi denyut nadi karotis lebih dekat dengan jantung dibandingkan dengan denyut nadi di pergelangan tangan.
“Maaf yah Mas, tahan sebentar.”
Raka menurunkan tangan Gus Ali yang tengah menekan lukanya, ia menggulung sedikit lengan kaos yang digunakan Gus Ali. Raka kemudian mengecek bagian lukanya, seberapa dalam luka yang didapat, seberapa parah pendarahannya, dan memastikan apakah proyektilnya tertanam atau tidak, serta mencari tahu jenis senjata yang digunakan, guna penilaian prognosis akibat kerusakan jaringan yang dihasilkan oleh senjata api.
“Proyektilnya tidak tertanam Mas, tapi lukanya cukup lebar dan dalam,” ujar Raka sembari membalut luka Gus Ali dengan sapu tangannya.
“Sementara perdarahannya sudah teratasi, kita harus segera ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.”
Gus Ali hanya mengangguk, ia harus menghemat energi agar kesadarannya tidak hilang.
Drtt drttt.
Ponsel Gus Ali bergetar, ia perlahan mengambilnya dari saku celana, tertera nama kuasa hukum mereka dalam panggilan.
“Assalamualaikum.”
“Apa?! Bagaimana bisa?!”
Gus Ali terlonjak dari duduknya, wajahnya memerah menyiratkan kekhawatiran.
“Baik Pak, tolong terus kabari saya jika ada informasi terbaru.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Rahasia✓
RomanceBagaimana ceritanya jika sang ayah menikahkan Alisa tanpa sepengetahuannya? Shock? Jelas! Masa tiba-tiba saja punya suami? > Ali & Alisa namanya, dua orang dengan karakter yang berbeda. Yang satu dingin, yang satu pecicilan. Yang satu berwibawa, ya...