Alisa kembali tidur saat santriah lainnya tengah melaksanakan salat Tahajud, salat wajib saja sering dilewatkan, ini malah disuruh salat yang sunah, bikin capek saja pikirnya.
Sayang, subuh ini ia tidak selamat dari amukan keamanan, sepertinya keamanan sudah tidak bisa memberikan toleransi lagi pada Alisa, kalau terus dibiarkan malah akan membuat Alisa keenakan.
Byurr.
“Huwaa, bocor-bocor,” teriak Alisa langsung terbangun.
Tak ayal hal itu menjadi tontonan gratis santriah lainnya, jarang-jarang loh ada santriah kena siram seperti ini, mana satu gayung lagi.
“Bukannya Tahajud, kamu malah tidur! Cepat bangun terus Tahajud! Masih mending cuma disiram segayung,” ujar Asma berlagak galak.
Mata Alisa menatap tajam Asma, sang ketua keamanan santri putri. Kenapa ia disiram? Apakah keamanan di pesantren kakeknya ini tidak diajarkan kesopanan?
“Lo apa-apaan hah?! Sialan, lo pikir gue tanaman?!”
“Jaga ucapan kamu! Ini pesantren, bukan lingkunganmu dulu!!”
Alisa memutar bola matanya jengah, kenapa orang-orang di sini selalu menyangkut pautkan dengan kehidupan sebelumnya?
Apakah mereka berpikir jika dirinya berasal dari lingkungan yang tidak benar?
Apakah mereka merasa paling suci karena tinggal di pesantren?
Dasar munafik! Batin Alisa.
“Terus, apa bedanya dengan lo? Lo seenaknya nyiram, dan lo merasa tindakan lo itu benar? Shit, dasar munafik! Jangan mentang-mentang lo pengurus, terus lo merasa paling berkuasa!”
Alisa selalu siap dengan seribu cara untuk membalikkan ucapan orang lain, bukan Alisa namanya jika tunduk begitu saja.
“Berani-beraninya yah kamu sama saya!” bentak Asma, dia merasa dihinakan oleh Alisa yang hanya santri biasa.
“Memangnya lo siapa? Gak usah berlagak sok penguasa deh! Lo cuma pengurus kan? Jangan berlagak layaknya anak kiai! Lo kira gue gak tahu kelakuan lo, hah?! Jangan mentang-mentang lo pengurus, jadi lo bisa bertindak seenaknya, lo bentak-bentak santri di sini bahkan hanya karena masalah kecil? Maksud lo apa? Lo pengen ditakuti? Lo pengen kita tunduk sama lo, gitu?
"Jangan harap! Pesantren ini gak butuh personality kayak lo! Sikap lo itu justru merusak citra pengurus bahkan pesantren, sama kayak Si Sarah. Lo seharusnya bisa memberi contoh dan membimbing kami, bukan hanya menuntut! Ada yang salah atau melanggar ya di ‘ingatkan baik-baik, kalau memang harus di hukum ya gak perlu dengan menjatuhkan harga dirinya juga!”
Asma memang ditakuti karena sikapnya yang tidak segan-segan dalam memberi hukuman, bahkan terlalu berlebihan. Hal seperti ini memang sudah lumrah terjadi, di mana pun kita berada pasti ada saja orang yang ingin terlihat menonjol, tapi justru hal itu malah merugikan orang di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Rahasia✓
RomanceBagaimana ceritanya jika sang ayah menikahkan Alisa tanpa sepengetahuannya? Shock? Jelas! Masa tiba-tiba saja punya suami? > Ali & Alisa namanya, dua orang dengan karakter yang berbeda. Yang satu dingin, yang satu pecicilan. Yang satu berwibawa, ya...