Ujian Tatap Muka

346K 38.1K 2.4K
                                    

“Alis, ayo ihh cepetan, kata Ustazah Syifa Gus Ali sudah menunggu di masjid,” ujar Zara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Alis, ayo ihh cepetan, kata Ustazah Syifa Gus Ali sudah menunggu di masjid,” ujar Zara.

“Bentar ngapa, gue deg-degan, sumpah!”

Alisa meremas tangannya, kenapa ini lebih menakutkan dibanding disidang ayahnya?

“Iya, aku tahu kok Gus Ali itu tampan, aku juga sama kok deg-degan.”

“Bukan itu Zar,” dengus Alisa. “Gue belum hafal bener.”

“Sudah ah ayo, berdoa saja supaya tiba-tiba lancar.”

Zara menarik tangan Alisa, mereka menuju masjid di mana Gus Ali sudah menunggunya untuk setoran hafalan.

“Assalamualaikum, Gus,” ucap Zara sopan, sementara Alisa sedang komat-kamit tidak jelas.

“Wa ‘alaikumsalam,” balas Gus Ali. “Duduk!” perintahnya.

Zara duduk lumayan jauh dari Gus Ali diikuti oleh Alisa yang tampak kebingungan.

"Depan saya."

Zara menatap Alisa memberi isyarat, dia tahu apa maksud Gus Ali, sementara Alisa malah balik menatapnya bingung.

"Itu Al, kamu duduknya di depan Gus Ali," bisik Zara.

"Alis, Gus?" tanyanya polos.

"Yang di sini punya salah siapa?" sindir Gus Ali.

Alisa mencebik kesal, ia kemudian duduk di depan Gus Ali, sesaat ia menahan napas melihat wajah tegas dan dingin Gus Ali, tapi entah mengapa wajahnya itu terasa menenangkan baginya.

"Ayo mulai, kenapa malah diam?"

Aish, nih orang gak bisa ngomong ramah, apa? Batin Alisa menggerutu.

"Iya, sabar sedikit lah, Gus!" balas Alisa sarkas.

Alisa mulai melapalkan hafalannya, ia dibuat jengah gara-gara Gus Ali terus memotongnya.

"Mim‘nya panjang, itu hukumnya mad thobi'i, jadi bacanya dua harokat."

Alisa kembali mengulang baca'an nya, tapi lagi-lagi ada saja yang salah.

"Kalo Gus potong mulu, kapan selesainya dong? Sudah susah-susah, malah lupa lagi kan," sewot Alisa yang tidak digubris sama sekali.

"Ulang dari ayat dua puluh!" petintah Gus Ali, tegas.

Alisa ingin protes, tapi tatapan tajam Gus Ali membuat nyalinya ciut, kharisma Gus Ali terlalu besar untuk seorang Alisa.

“Astaga, bisa mimisan gue kalo ditatap gitu terus,” keluh Alisa pelan, jantungnya masih berdetak tidak karuan, entah karena ketampanan Gus Ali atau ketakutan karena tatapan mematikannya.

“Kamu bilang apa?”

“Eh, e-eng-enga kok Gus, gak bilang apa-apa. Ulang dari ayat dua puluh kan?” tanya Alisa mengalihkan pembicaraan.

Suami Rahasia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang