Sore ini Alisa akan menemui Revan, entahlah Revan sudah sampai atau belum di kedai yang kemarin mereka rencanakan.
Sebenarnya Alisa sedikit ragu, entah mengapa hatinya sangat berat untuk pergi, seperti ada suatu hal yang menghalangi dirinya. Tapi Alisa menampik itu semua, ia sudah sangat lama tidak bertemu Revan, bagaimana kabar kekasihnya itu? Apakah masih sama?
Sore hari memang biasanya banyak santri yang keluar kompleks pesantren, tapi pastinya ada aturan yang diberikan dewan santri, mereka harus sudah kembali maksimal empat puluh menit sebelum azan magrib.
Kenapa wajah Gus Ali kebayang terus yah? Batin Alisa tidak tenang.
Butuh waktu lima belas menit untuk Alisa sampai di tempat yang mereka janjikan, di sana sudah ada Revan yang tersenyum menyambut kedatangannya, tentu saja Alisa ikut tersenyum melihat wajah meneduhkan sang kekasih.
Revan merentangkan tangannya hendak memeluk Alisa, tapi entah mengapa Alisa merasa malu jika harus berpelukan seperti dulu, apalagi dengan pakaian seperti sekarang. Alih-alih menyambut pelukan Revan, Alisa malah mengambil tangan Revan dan menyalaminya, bukan dikecup, tapi ditempelkan ke kening.
Revan cukup terkejut dengan tindakan Alisa, di matanya kini Alisa sudah lebih banyak berubah, tentu Revan senang melihat hal itu. Revan mencintai Alisa apa adanya, Revan tidak pernah meminta Alisa harus seperti ini atau itu, Revan selalu meminta Alisa untuk jadi dirinya sendiri, dan ketika kekasihnya menjadi pribadi yang lebih baik, tentu saja Revan sangat mendukungnya.
“Calon istri sholehah,” ucap Revan mengusap kepala Alisa yang tertutup khimar
“Jangan bilang gitu, Alis masih belum berhak mendapatkannya.”
Mereka duduk berhadapan dan memesan minum, Revan tidak henti memandang wajah Alisa yang saat ini jauh lebih memesona.
“Alis colok nih mata kamu! Liatinnya jangan kayak gitu ih!”
Revan terkekeh kecil.
“Kamu makin cantik saja Al.”
“Ya iyalah, kalo gak cantik mana mungkin kamu sampai terpesona segitunya.”
Mereka berbincang berbagai hal, sesekali terdengar tawa dari keduanya, beginilah jika Alisa bertemu Revan, walaupun awalnya tampak ragu, pada akhirnya seakan dunia milik berdua.
“Jadi, sekarang sudah betah nih di pesantren?”
“He'em,” angguk Alisa. “Lumayan lah, Alis sudah mulai terbiasa dan mulai menerima takdir Alis di sini.”
“Aku senang dengarnya, apa pun keputusan kamu, aku akan selalu mendukung terlebih jika keputusan itu ke arah kebaikan. Aku sadar aku bukan cowok yang baik, aku gak bisa membimbing kamu Al, untuk membimbing diri sendiri saja aku masih susah. Tapi walau begitu, aku selalu berharap kamu bisa lebih baik dari aku dalam hal apa pun.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Rahasia✓
RomanceBagaimana ceritanya jika sang ayah menikahkan Alisa tanpa sepengetahuannya? Shock? Jelas! Masa tiba-tiba saja punya suami? > Ali & Alisa namanya, dua orang dengan karakter yang berbeda. Yang satu dingin, yang satu pecicilan. Yang satu berwibawa, ya...