Obsesi

276K 28.6K 1.7K
                                    


Alisa masih belum memutuskan apakah akan menemui si peneror atau tidak, namun lagi-lagi ia menerima pesan agar dirinya datang ke tempat yang sudah disebutkan, jika tidak maka suaminya yang akan celaka.

Kesabaran'nya sudah habis, Alisa mencoba menghubungi nomor itu, namun nomornya malah sudah tidak aktif.

"Apa yang harus gue lakukan?"

Alisa mondar-mandir tidak jelas, ia akhirnya memutuskan untuk menemui orang itu, Alisa tidak ingin Gus Ali kenapa-napa, walaupun Alisa yakin orang itu tidak akan membunuh Gus Ali, tapi Alisa tidak tahu apa yang akan dilakukan orang itu kepada suaminya, sedikit pun Alisa tidak ingin Gus Ali terluka.

Alisa pergi tanpa sepengetahuan Gus Ali, Alisa benar-benar merasa berdosa, baru saja semalam ia dinasihati suaminya, tapi sekarang ia malah melanggarnya kembali.

"Ya Allah, maafkan Alis," ucap Alisa lirih, air matanya mengalir tanpa dipinta, sungguh ia merasa sangat bersalah.

Alisa tiba di sebuah bangunan kosong, jaraknya lumayan jauh dari perumahan tempatnya tinggal.

Alisa langsung masuk tanpa rasa takut sedikit pun, ia malah berteriak-teriak seperti orang kesetanan.

"Woy, lo di mana, Bangsat?!"

Alisa mencari ke segala arah, namun belum juga menemukan keberadaan manusia seorang pun.

"Katanya suruh ke sini tapi gak ada siapa pun, masa sih yang kirim sms ke gue itu setan?"

Prok prok prok prok.

Alisa seketika membalikkan tubuhnya setelah mendengar tepukan tangan, matanya menatap tak percaya manakala netranya melihat si tersangka.

Seorang wanita seumuran dengan nya, berpakaian yang menurutnya lumayan sexy, sangat jauh berbeda dengan penampilan yang sebelumnya ia lihat, bibirnya menyeringai menyaksikan Alisa yang terkejut dengan kenyataan yang tidak bisa diterima akal sehatnya.

"Mia?" lirih Alisa tak percaya.

"Ya ini gue, Mia, hahahaha," balasnya tertawa jahat.

Alisa menampar pipinya sendiri, ia masih tidak percaya dan menyangka semua ini hanyalah mimpi.

Benarkah Mia pelakunya?

Teman'nya sendiri?

Mia yang di depan'nya bukanlah Mia yang Alisa kenal, Mia tidak seperti ini, bisa dibilang Mia adalah yang paling agamis dari ketiga teman nya waktu di pesantren.

"Mia, lo—"

Alisa kehilangan kata-kata, sungguh ini tidak bisa dipercaya, bagaimana mungkin orang seperti Mia dapat melakukan hal sebesar ini?

"Gue tau lo pasti gak menyangka kalo gue pelakunya, tapi ya ... gue memang gak seperti yang lo pikir."

"Maksud lo apa lakuin semua ini sama gue? Kenapa lo ... kenapa lo jadi seperti ini?" tanya Alisa pelan.

"Karena gue cinta sama Gus Ali."

"Mia." Alisa mencoba menyadarkan Mia, karena bagaimana pun juga, Mia bukan hanya teman'nya, Mia sudah seperti sahabat dan saudaranya sendiri.

"Hustt!" Mia menyimpan telunjuknya di bibir dan mendekati Alisa, jujur saja Alisa merasa ngeri melihat ekspresi Mia yang seperti orang tidak waras.

"Sekarang bukan kesempatan buat lo ngomong, Al. Oh ya gue mau bilang, enggak bukan bilang sih lebih tepatnya gue mau curhat sama sahabat terbaik gue, hahaha," ujar Mia sambil merangkul bahu Alisa yang mendadak kaku, bukan mengapa Alisa jadi seperti itu, Alisa saat ini benar-benar syok hingga tak bisa berpikir apa pun.

Suami Rahasia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang