Pesantren

389K 41.2K 6.8K
                                    

Alisa sampai di depan rumah kakeknya, wajahnya masih masam karena mendapat ceramah dadakan dari seorang pria bernama Ali yang katanya dewan santri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alisa sampai di depan rumah kakeknya, wajahnya masih masam karena mendapat ceramah dadakan dari seorang pria bernama Ali yang katanya dewan santri.

“Apa hak dia nyuruh-nyuruh gue? Jadi cowok kok resek banget sih! Gue sumpahin, dia gak bakalan laku,” dumel Alisa.

Setelah mengucapkan salam, Alisa masuk dengan ceria, kedatangannya memang sudah dinantikan oleh Kiai Abdullah dan keluarga.

“Aahhh Kakek, Alis kangen banget loh,” ucap Alisa heboh, ia langsung memeluk Kiai Abdullah.

Kiai Abdullah dan yang lainnya hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Alisa, lihatlah pakaian yang digunakannya sungguh tidak sopan, tapi mau bagaimana lagi, Alisa memang seperti ini.

“Masya 'Allah, Alis, kamu makin cantik saja Nak,” puji Kiai Abdullah membelai rambut cucu kesayangannya.

“Iya dong, itu sih sudah gak diragukan lagi Kek,” sahut Alisa bangga.

“Tapi akan lebih cantik kalau auratnya ditutup, Al,” timpal Gus Haikal, putra dari Gus Irfan yang merupakan anak pertama Kiai Abdullah, para santri biasanya memanggil Gus Irfan ‘Akang’, dan untuk istrinya biasa dipanggil ‘Teteh’.

“Gerah Mas, enakan gini, keren lagi."

Gus Haikal hanya bisa beristigfar, kenapa adik sepupunya ini sangat susah dinasihati?

“Alis kan sekarang di sini sebagai santri, jadi Alis harus mengikuti peraturan pesantren Sayang, Om sama Kakek tidak akan memberi pengecualian apa pun jika kamu melanggar, Alis sendiri kan yang minta identitasnya disembunyikan?” ujar Om Irfan menasihati.

Alisa hanya mengangguk-angguk tanpa sepenuhnya mendengar nasihat dari om tersayangnya, Alisa tidak akan mempan jika hanya dinasihati, seharusnya dia itu diruqiah, entah setan jenis apa yang merasukinya.

“Tapi Alis gak papa kan bawa ponsel?”

“Gak boleh dong Sayang, di sini semua santri tidak ada yang diperbolehkan membawa ponsel,” jawab Tante Farida.

Alisa mengerucutkan bibirnya sambil memasang wajah memelas, jurus pamungkas agar keinginannya dikabulkan.

“Kakek,” rengek Alisa sambil menangkupkan kedua telapak tangannya memohon.

“Kakek, jika sampai santri lain tahu, mereka akan merasa diperlakukan tidak adil,” sahut Gus Haikal yang sudah tahu akal bulus adik sepupunya ini.

“Jangan dengerin ucapan sesat Mas Haikal, Kek, ponsel kan bukan barang haram, lagian Alis masih santri baru juga,” mohon Alisa.

Suami Rahasia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang