Alisanya Ali

364K 40.9K 4.2K
                                    

Setelah kepergian Revan Alisa jadi lebih pendiam, padahal awalnya Si Alis ini pecicilan, ketika ada yang mengganggunya pun Alisa hanya membiarkannya tanpa membalas, mungkin bagi penghuni pesantren ini adalah kabar baik karena beranggapan si pembua...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kepergian Revan Alisa jadi lebih pendiam, padahal awalnya Si Alis ini pecicilan, ketika ada yang mengganggunya pun Alisa hanya membiarkannya tanpa membalas, mungkin bagi penghuni pesantren ini adalah kabar baik karena beranggapan si pembuat onar sudah tobat, namun tidak bagi keluarganya, terutama bagi Gus Ali.

"Al lagi apa sih? Kok serius banget?" tanya Mia.

"Hafalin Surah Ar-Rahman."

"Masya 'Allah Alis, bentar lagi jadi Ustazah Alisa nih pastinya," ujar Mia takjub, seorang Alisa menghafal Al-Quran? Luar biasa.

"Gus Ali yang nyuruh, nanti sore setoran sama dia."

Satu minggu sekali Alisa memang ada kelas khusus dengan Gus Ali, katanya biar bisa merubah akhlak Si Alis, tapi pastinya itu alasan Gus Ali saja agar bisa berduaan dengan Alisa.

Walau di pesantren yang sama, Gus Ali tentu tidak bisa seenaknya bertemu Alisa, Gus Ali hanya bertemu Alisa ketika ada kelas saja, itu pun hanya rabu dan kamis pagi karena dia harus mengajar juga di kampus.

"Kamu beruntung banget tahu Al, bisa dapat kelas privat bareng Gus Ali," ujar Fahira, sedikit iri.

"Ya, Alis memang beruntung," balas Alisa tanpa sadar.

"Tapi kok bisa yah kalian cuma berdua? Kan harusnya tidak boleh," timpal Mia.

Jangankan Mia, Alisa sendiri juga bingung, namun kapasitas otaknya tidak cukup untuk berpikir jauh, jadi Alisa masa bodo saja.

"Walau berdua tapi kan di tempat umum, Gus Ali juga gak pernah macam-macam."

Memang tidak pernah macam-macam, hanya saja Alisa sering dibuat tidak mengerti dengan ucapan Gus Ali yang terkesan misterius. Tetapi sebenarnya tidak misterius, Alisanya saja yang lemot, mungkin jaringannya masih edge.

"Gus Ali sih gak bakal macam-macam, tapi kamunya yang macam-macam," sahut Mia, Alisa mendelik tak terima.

"Gak usah banyak omong, gue gak semurahan itu!" balas Alisa, ia lalu keluar dari kamarnya.

Mia dan Fahira tersentak kaget, mereka jadi merasa bersalah, padahal hal mereka hanya bercanda, tapi mengapa Alisa seperti menganggap serius?

Alisa berjalan pelan menuju rumah kakeknya, mungkin sebagian santri akan bingung mengapa Alisa sering keluar masuk rumah pimpinan pesantren, namun manusia kadang lebih sering berprasangka buruk terlebih dahulu, di pikiran mereka Alisa berbuat kesalahan lagi sampai dewan santri sudah tidak sanggup, hingga akhirnya keluarga ndalem yang bertindak.

Orang kebanyakan melihat covernya doang, gue jadi penasaran reaksi mereka kalo tahu gue cucunya Kiai Abdullah. Batin Alisa .

Selalu saja ada satu atau dua orang yang memandangnya remeh, padahal akhir-akhir ini Alisa tidak pernah berulah.

Suami Rahasia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang