Menjadi ibu dari dua balita di usia 24 tahun bukanlah hal yang mudah, melawan ego sendiri adalah rintangan terbesar bagi Alisa, apalagi harus menghadapi anak seaktif Shaka, kadang Alisa kewalahan jika tidak ada Gus Ali, Shaka selalu saja membuat ulah tanpa memedulikan dirinya harus membereskan bekas kekacauan yang dilakukan sang putra.
Kadang Alisa menyesali kelakuannya dulu, jika ada istilah buah tidak akan jatuh dari pohonnya maka Alisa membenarkan istilah itu, tapi kenapa Shaka harus mengambil bibit darinya? Kenapa tidak bibit Gus Ali saja?
Allah memang adil, semua sudah diciptakan dengan sebaik mungkin dan sesempurna mungkin. Putra kedua Gus Ali dan Alisa sudah lahir sejak satu minggu yang lalu, putra kedua mereka diberi nama Arghi Fauzan Adnandi, laki-laki menyenangkan yang selalu hidup dalam kemenangan dan kebahagiaan.
Alisa dan Gus Ali sekarang tengah berada di rumah Abi Abdurrahman, tentunya dengan bocah nakalnya juga, siapa lagi kalau bukan Arshaka.
“Arghi beda banget sama Shaka yah, Nak, sepertinya Arghi akan lebih pendiam,” ujar Umi Aisyah yang tengah menggendong Arghi.
“Iya Umi, Arghi itu gak mau digendong sama orang baru, kayaknya Arghi bakalan mirip Mas Ali, Mi,” sahut Alisa terkekeh pelan.
Kedua putranya memiliki keistimewaan masing-masing, dan pastinya baik Shaka maupun Arghi keduanya memiliki tempat yang sama di hati Alisa. Hanya satu harapan Alisa, semoga anak-anaknya bisa saling menyayangi di kemudian hari.
“Umi, Umi,” teriak Shaka, ia berlari menghampiri Alisa.
“Abang, jangan lari-lari nanti ja—”
Brukk.
“Tuh,” sambung Alisa, terlambat.
“Huwaaa, Umi, hu hu hu.”
Alisa menepuk keningnya, ia menghampiri Shaka yang masih tengkurap, putranya masih menangis heboh, Alisa segera menggendong Shaka dan menepuk-nepuk punggungnya.
“Cup cup cup, Abang kan kuat, sudah yah jangan nangis,” ucap Alisa.
Tidak lama Gus Ali datang, ia mengambil alih Shaka dari gendongan Alisa, putranya itu masih menangis sesenggukan.
“Shaka kenapa, Sayang?” tanya Gus Ali pada Alisa.
“Lari-larian, Mas, eh malah jatuh.”
Gus Ali mengusap surai hitam putranya, putra sulungnya memang aktif dan nakal, namun Gus Ali tidak pernah memarahi Shaka sekalipun putranya berulah, ia akan lebih menasihatinya secara tegas, sifat Shaka yang sama seperti Alisa memudahkan Gus Ali mengetahui cara untuk mendidiknya.
“Abang, lihat Abi.”
Shaka menurut, ia menatap Gus Ali walaupun tangisnya belum reda, matanya yang berkaca-kaca serta pipi chuby Shaka akan membuat siapa pun gemas padanya.
“Kenapa Abang nangis, hemm?”
“Ja-tuh hiks hiks hiks”
“Kenapa Abang bisa jatuh?”
Gus Ali dengan lembut menghapus air mata di pipi putra sulungnya, Gus Ali benar-benar menunjukkan sosok seorang ayah.
“Abang lali,” jawab Shaka mengerucutkan bibirnya.
“Nah, berarti siapa yang salah?”
“Abang,” cicitnya.
Gus Ali tersenyum hangat, ia kembali memeluk putranya dan mengelus punggungnya, menanamkan sifat bertanggung jawab sejak dini sangat baik untuk kehidupan putranya di masa depan, jika memang salah maka Shaka harus mengakuinya.
“Abi kan sudah bilang, Abang jangan lari-lari, yang merasakan sakitnya kan Abang sendiri,” nasihat Gus Ali.
“Maaf, Abang salah.”
Gus Ali mengecup kedua mata putranya, satu hal yang sangat Gus Ali suka dari Shaka, putranya tidak akan malu meminta maaf jika dirinya salah.
💍💍💍
“Mas,” panggil Alisa.
“Ada apa, Sayang?”
“Shaka mana, Mas?” tanya Alisa, ia celingukan mencari bocah nakalnya.
“Loh, tadi kan sama kamu Al.”
“Iya Mas, tapi tadi katanya mau ke Abi.”
Sepuluh menit yang lalu Shaka memang bersama Alisa, tapi setelahnya Shaka mengatakan ingin ke tempat suaminya, dan sekarang anak itu malah tidak ada, padahal Alisa niatnya mau menyuapi Shaka.
“Tapi Shaka tidak ke sini, Sayang.”
Alisa panik, ia bingung ke mana putranya pergi, Alisa takut jika terjadi apa-apa pada Shaka.
“Mas, terus Shaka di mana? Gimana kalau Shaka diculik?” panik Alisa.
Gus Ali mengelus pundak istrinya, ia berusaha menenangkan Alisa yang tengah panik, walaupun dirinya juga panik, wajah tampan dan menggemaskan Shaka memang sangat cocok untuk para penculik.
“Kamu tenang dulu, biar Mas cari Shaka dulu, mungkin ada santri yang melihatnya.”
“Alis mau ikut.”
“Kamu di sini saja, Arghi nanti nangis jika bangun kamu malah tidak ada.”
Benar juga, putra keduanya itu sangat dekat dengan Alisa, Arghi akan menangis keras jika Alisa tidak ada di sampingnya.
Gus Ali dibantu beberapa ustaz mulai mencari Shaka, mereka mencari di kawasan pesantren lebih dulu, tapi bocah nakal itu belum ditemukan juga.
“Rif, kamu lihat Gus Shaka?” tanya Ustaz Subhan pada salah satu santri.
“Gus Shaka?” Santri itu tampak mengingat-ingat. “Oh iya saya lihat, Ustaz, tadi sepertinya Gus Shaka masuk ke asrama putri.”
Gus Ali melotot, asrama putri? Buat apa putranya ke sana?
Gus Ali bergegas ke asrama putri, jujur saja ia cukup jengkel dengan putranya.
Beberapa santriah yang melihat kedatangan Gus Ali segera menundukkan kepalanya dan mengucapkan salam, Gus Ali hanya membalas salamnya saja tanpa melihat, ia kemudian menanyakan tentang keberadaan Shaka.
Gus Ali menuju tempat di mana Shaka berada, ia mengembuskan napas berat saat melihat putranya tengah asyik tertawa bersama beberapa santriah.
Tidak tahukah Shaka, jika keluarganya sangat panik saat dia tiba-tiba menghilang?
“Shaka.”
Shaka seketika menghentikan tawanya, ia kemudian melihat Gus Ali dengan wajah menggemaskannya, setelahnya Shaka segera menghampiri abinya.
“Kenapa, Abi?” tanya Shaka tanpa merasa bersalah.
“Pulang! Abang kenapa tidak izin dulu?”
Shaka membelalakkan matanya dan menutup mulutnya, “Abang lupa, Abi.”
Kebiasaan, entah Gus Ali harus marah atau tidak, melihat wajah menggemaskan Shaka malah membuatnya ingin memeluknya dibanding memarahinya.
“Ya sudah, sekarang ayo pulang, Umi panik gara-gara Abang menghilang.”
Shaka mengangguk patuh, ia kemudian merentangkan tangannya meminta digendong. Gus Ali tentu saja mengabulkan keinginan putranya, dengan gemas ia mengecupi pipi Shaka membuat anak itu tertawa kegelian.
“Kakak cantik, nanti jadi pacalnya Abang yah,” teriak Shaka sambil mengedipkan matanya, benar-benar mirip Alisa.
Harapan besar selalu menyertai Gus Ali saat melihat putra sulungnya, bagaimana pun juga Shaka kelak akan menjadi penerusnya, bukan maksud membedakan Shaka dengan Argi, hanya saja anak pertama selalu memiliki tanggung jawab yang lebih besar.
Tetapi walaupun begitu, Gus Ali selalu berharap Shaka dan Arghi dapat bekerja sama dengan baik di masa depan, Gus Ali tidak akan memaksa anaknya memilih menjadi apa di masa depan, tetapi kepemimpinan pesantren tetap harus ada yang melanjutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Rahasia✓
Storie d'amoreBagaimana ceritanya jika sang ayah menikahkan Alisa tanpa sepengetahuannya? Shock? Jelas! Masa tiba-tiba saja punya suami? > Ali & Alisa namanya, dua orang dengan karakter yang berbeda. Yang satu dingin, yang satu pecicilan. Yang satu berwibawa, ya...