Gara-gara ponsel

371K 38.2K 5.9K
                                    

Alisa kembali lagi ke Asrama, ia duduk dengan wajah menekuk lesu, tangan nya masih memegang sorban yang disampirkan Gus Ali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alisa kembali lagi ke Asrama, ia duduk dengan wajah menekuk lesu, tangan nya masih memegang sorban yang disampirkan Gus Ali. Entah hatinya harus senang atau justru sebaliknya, ponselnya memang selamat dari eksekusi, tapi masalahnya ponselnya juga tidak kembali, beruntung kalau dikembalikan lagi, bagaimana kalau tidak?

Alisa melepaskan sorban yang menutupi rambut dan badan nya, ditatap nya sorban itu dalam, seperti ada energi kuat di dalam sorban itu, energi yang dapat membuatnya tersenyum tanpa sebab.

"Wangi," lirih Alisa.

"Ehem-ehemm, cieee."

Lamunan Alisa buyar gara-gara suara Zara.

"Napa Lo? Masih waraskan?"

"Owalahhh, yang ada itu kamu yang ndak waras, senyum-senyum sendiri sambil liatin sorban Gus Ali."

"Emang gue barusan senyum?" tanya Alisa, tidak sadar.

"He'em," jawab Fahira. "Aku iri loh sama kamu Al, aduh itu Gus Ali bikin klepek-klepek aja."

"Klepek-klepek apanya?! Yang ada gue pengen gampar tuh muka, se'enaknya aja sita ponsel gue."

"Tapi ganteng, kan?" goda Zara .

"Kagak!" balas Alisa sarkas.

"Tapi yah Alis, kamu itu harus bersyukur Gus Ali gak hancurin ponsel kamu, biasanya beliau gak pernah loh ampuni terdakwanya," ujar Mia menasehati.

Alisa melotot tidak terima, apa katanya? Terdakwa?

"Lo kira gue maling, apa?! Enak aja sebut gue terdakwa."

"Kamu kan sudah langgar aturan, ya tidak salah  kalau disebut terdakwa."

Alisa memutar bola mata nya malas. "Ya...ya...ya, terserah kalian."

Alisa lalu mengganti pakaian nya, ia sudah di tunggu pengurus asrama putri, pastinya juga akan ada ustadzah perwakilan dewan santri.

"Oh iya, kalian tadi bilang apa? Gus Ali? Bukannya dia itu ustadz? Kok dipanggil gus?"

"Ya karena beliau memang gus, Gus Ali itu putra Kiai Abdurrahman dari Pesantren Miftahul Huda," balas Mia.

"Lah, kalo punya pesantren sendiri ngapa nyasar kesini? Diusir yah sama bokapnya? Pantes sih orang sifatnya kejam gitu."

"Huss gak boleh gitu! Nanti kamu kuwalat, Gus Ali bukan diusir, tapi beliau memang mau ngabdi dulu di sini, baru bulan lalu Gus Ali ngajar disini dan jadi ketua dewan santri juga," sahut Fahira, menjelaskan.

"Ohh, gak perlu terlalu jelas, gak penting juga."

Setelah rasa penasarannya tentang lelaki yang sudah mengusik kenyamanannya terjawab, Alisa berdiri hendak keluar. Jangan harap Alisa memakai gamis plus khimar lebar, ia hanya memakai kaos lengan panjang dan rok, dengan khimar yang tersampir di pundak.

Suami Rahasia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang