Yang Dirahasiakan

342K 35.8K 4.3K
                                    

Gus Ali melangkahkan kakinya menuju kediaman Kiai Abdullah, ada hal serius yang harus mereka bicarakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gus Ali melangkahkan kakinya menuju kediaman Kiai Abdullah, ada hal serius yang harus mereka bicarakan.

Keberadaan Gus Ali di Pesantren Daarussalaam tentu menjadi pusat perhatian, karena selain ustaz beliau juga putra dari seorang kiai besar pimpinan Pesantren Miftahul Huda, tentu saja kehadirannya lebih dihormati dibanding ustaz lainnya.

Masih menjadi tanda tanya besar bagi para santri tentang alasan Gus Ali memilih mengajar di pesantren mereka, jika hanya untuk mengabdi tentu saja mengabdi di pesantren orang tuanya sendiri jauh lebih masuk di akal, tapi tidak ada yang berani bertanya sejauh itu dan mereka lebih memilih mensyukurinya saja.

Jelas harus disyukuri, kapan lagi ada seorang gus yang luar biasa menawan ditambah kharismanya yang begitu kuat bersedia menjadi tenaga pengajar di sana, siapa pun akan terpesona melihatnya, sayang sifatnya sangat dingin dan tidak bisa tersentuh. Santriah di sana sudah takut duluan jika bertemu Gus Ali, makanya mereka lebih memilih mengagumi dalam diam.

Sudah bukan rahasia lagi jika ada santriah yang mencintai ustaznya sendiri, apalagi ustaznya setampan Gus Ali.

“Masya ‘Allah, calon imam aku.”

“Maka nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan.”

“Gus Ali memang suami idaman.”

Ya, begitulah bisik-bisik para santri putri setelah Gus Ali melewat di depan mereka.

“Assalamualaikum.”

Ceklek.

“Wa ‘alaikumsalam. Masuk Mas,” jawab Gus Haikal sopan, bagaimana pun juga usia Gus Ali di atasnya.

Di dalam sudah ada Kiai Abdullah dan Om Irfan.

Gus Ali kemudian menyalami dan mencium tangan keduanya dengan hormat, memang suami idaman sekali gus yang satu ini.

“Bagaimana Li, apa Alisa masih suka ngelawan?” tanya Kiai Abdullah.

“Alhamdulillah tidak Kiai, hanya saja masih sedikit keras kepala.”

Memang benar, Gus Ali tidak pernah mendapati Alisa melawan dirinya, bahkan berkata kasar pun tidak pernah lagi, entah apa yang membuat dia seperti itu.

“Alisa memang seperti itu, kami pun tidak mengerti sifat dia turun dari siapa, semoga kamu kuat menghadapinya Li,” sahut Om Irfan terkekeh kecil.

“Kakek hanya minta agar Ali bisa membimbingnya menjadi lebih baik, jadikan dia muslimah yang sesungguhnya.”

“Itu sudah jadi kewajiban saya Kiai, insya ‘Allah perlahan Alisa mengerti akan kewajibannya, saya minta doanya dari Kiai, Akang, dan keluarga.”

Kiai Abdullah mengangguk pasti, tentu tanpa diminta pun beliau selalu mendoakan kebaikan untuk keduanya.

“Ngomong-ngomong, kapan Alisa mau dikasih tahu, Mas?” tanya Gus Haikal penasaran.

Suami Rahasia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang