Penangkapan

1.6K 302 31
                                    

FIANNA'S POV

           Kejadian semalam, membuatku tak bisa tidur hingga pagi. Yang kulakukan hanya 'mengobrol' dengan air sampai mulutku pegal. Kurasa itulah kenapa aku hanya diam sepanjang berburu. "Aku tahu kalau kau masih syok karena semalam,tapi kurasa berlebihan jika kau terus mengunci mulutmu." Celetuk Yato yang sedang melepas jerat yang menangkap dua ekor kalkun hutan.

              Bergumam saja sudah cukup untuk menjawabnya. Kami berjalan kekota dan langsung berhenti ditempat Edna. "Oh, kalian sudah datang! Mari kulihat apa yang hari ini dibawakan dua pemburu kecilku." Katanya.

              Harus ku akui, wanita tua itu baik sekali. Kukeluarkan daging Rusa yang sudah kukuliti dan bersihkan. Pagi ini, entah keberuntungan macam apa yang membuat kami mendapat buruan langka seperti Rusa. Kurasa binatang itu yang sial karena bertemu kami. "Pagi ini buruan kami agak berbeda." Kata Yato.

              "Aku bisa melihatnya." Edna menimang-nimang daging binatang bertanduk itu dengan senang, "Orang-orang dari kepolisian militer pasti akan menyukainya."

            "Kepolisian militer? Aku tak percaya mereka mau membeli sesuatu seperti daging Rusa." Ujar Yato. Dalam hati aku menyetujuinya. Selama ini aku berpendapat kalau aparat militer itu terlalu gengsi untuk melirik barang dagangan milik rakyat garis bawah.

             "Oh mereka akan membeli daging apapun yang sejenis dengan daging sapi, nak. Karena tragedi 2 minggu yang lalu, kita kehilangan lahan untuk berternak. Jadi, bagi mereka yang hobi makan daging tentu akan mati-matian mencarinya." Tutur Edna teduh. Dia mengulurkan sekantong koin yang lebih banyak isinya dari biasanya. "Semoga keberuntungan berpihak pada kalian. Oh, satu lagi! Akhir-akhir ini ada beberapa prajurit pengintai yang menanyai kalian loh."

              "Prajurit pengintai? " kali ini aku buka mulut, karena kemungkinan terwujudnya mimpi burukku agak membesar saat mendengarnya.

              "Ya, tapi aku tak tahu kenapa mereka melakukannya." Aku berterima kasih dan berjalan pergi kepinggiran kota. Yato menyusulku dan terlihat sama khawatirnya denganku.

              "Apa kita harus berpindah tempat?" Tanyanya cemas.

              "Terserah kau, Yato. Aku ngikut aja." Jawabku asal. Baiklah, sebenarnya tidak asal. Karena dia 'inangku', jelas aku selalu mengikutinya kemanapun dia pergi. Insting ini akan terus mengikatku hingga mati. Tidak, bukan hingga mati, tapi hingga Yato mati. Tapi aku tidak sesadis itu untuk memikirkannya. Dia adalah teman masa kecilku, penyelamat hidupku dan dia terus memberiku alasan untuk tidak melompat jatuh dari balkon rumahku.

              "Kau masih saja begitu. Tapi kalau kau bilang begitu, maka aku lebih suka menetap saja dihutan itu." Ujarnya mengakui.

              Keadaan kota perlahan membaik seiring ramainya pengungsi yang meninggal. Kenyataan seperti ini pasti takkan melenyapkan keraguan rakyat pada pemerintah karena kudengar mereka mengirim kembali penduduk Shiganshina kepemukiman mereka yang masih tak aman. Akibatnya, jumlah penduduk disini berkurang drastis. Itu artinya, ada lebih sedikit mulut untuk diberi makan. Kebijakan ini tergolong wajar dizaman ini -- meski berat bagiku untuk mengakuinya.
  
             "ITU MEREKA!!! TANGKAP!!" Teriakan yang menghantam gendang telinga kami berdua mengirim sinyal waspada pada otakku. Yato menoleh untuk melihat kenyataan bahwa sekelompok pasukan pengintai mengejar kami dengan 3 ODM.

             "LARI, FIAN!!" Jerit Yato sembari menarikku keras kearah hutan. "Kita bisa sembunyi disana, ayo lari lebih cepat!!" Desisnya padaku.
             Tapi, seseorang punya rencana lain

.....

AUTHOR'S POV
Yesterday...

WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang