AUTHOR' S POV
Dengan masih menggendong jasad Bella, Fianna menegakkan kepalanya dan berjalan sendu menuju kudanya. Mata kanannya yang terekspos terbuka dan waspada kesana-kemari. Bahkan menyapu dua sosok atasannya yang tengah memandangi jasad Bella. Fianna tak heran melihat Hanji berwajah datar dengan sedikit raut wajah menyesal ketika melihat Bella yang kakinya sudah tak ada ditempatnya. Gadis pemburu itu mengerti sepenuhnya kalau wanita dihadapannya ini sudah mengalami banyak kehilangan dimasa lalu. "Aku turut berduka, Fianna..." desis Hanji lirih sambil memegang kedua bahu bawahannya yang terdiam.
Meski kosong, raga gadis itu patuh mengikuti perintah Hanji untuk bergabung dengan unit lain dititik kumpul. Lengannya tampak tak lelah menggendong Bella yang telah pergi dari sisinya. Fianna memapah Bella seraya menaiki kudanya yang setia menunggu.
Berkuda dengan perasaan campur aduk dan termenung menatap kereta kuda pengangkut mayat. Sang komandan yang melihat kehadiran sang prajurit penyendiri itu, tampak terkejut melihat satu kenyataan. Gadis berambut hitam itu tak berusaha menutupi wajahnya---meski yang terlihat hanya bagian kanan wajahnya. Iris permatanya menatap kedepan dengan sendu, berusaha memberi kode bahwa ia tak ingin diganggu.
Dilain pihak, Yato yang masih bertarung untuk mengulur waktu nyaris merasa putus asa. Apalagi disaat sahabatnya Faro, ditelan hidup-hidup tepat didepan mata birunya sendiri. Ya, Faro Benedict---sahabat Yato dan Fianna yang lainnya---telah menyusul sang rekan tersayang, yaitu Bella Asteria. Pria bangsawan itu berpikir cepat karena situasinya tak memungkinkan ia untuk berkabung, walau kenangan penuh kejahilan dan kesenangan milik mereka membanjiri benak Yato. Apa yang harus ia katakan pada Fianna? Gadis itu baru saja berkabung atas kematian Bella. Sekarang keadaan diperburuk berita kematian Faro yang terjadi secara seketika tanpa ampun.
Berbeda dengan temannya yang berhati rapuh, Yato melampiaskan kesedihan dan deritanya melalui tindakan ekstrim. Pria itu menantang para titan dan meneriakkan amarahnya pada langit yang tak bersalah. Bertanya mengapa ia harus melihat kematian sahabatnya, tanpa bisa mencegah apapun. "Sial... Faro... ka-kau melanggar janjimu, Sialan." Yato berbisik pada segunung mayat titan yang ia bunuh.
Satu lagi bunga sudah gugur ditengah permekaran....
Dengan langkah lemah Yato mendekati Fianna yang masih setia mendampingi pembaringan Bella. Gadis Aster itu sudah dibungkus kain mayat berwarna putih, jelas dipenuhi bercak darah segar. Air mata gadis itu telah berhenti, tapi wajahnya lah yang sedang menangis dengan caranya sendiri. Ackerman itu bahkan tak bergeming ketika Yato datang dalam diam. "Fian?"Panggilan kecil itu... membuat empunya nama melirik sedikit. Dia melihat Yato merentangkan tangannya, lalu keputus-asaan menguasai kepala Fianna. Pikiran kalutnya menjerit meminta sebuah sandaran hangat, dan Yato memberikannya. Dua lengan kuat milik lelaki blonde keemasan itu merengkuh tubuh mungil Fianna, mentransfer kehangatan yang terasa hidup. "Bella... dia tewas karena aku."
"Shh... jangan katakan apapun..." Yato memotong kalimat Fianna lantaran tak kuasa mendengarnya. Seluruh prajurit yang sama berdukanya menjadi saksi kekejaman nenek moyang bangsa Eldian. Titan sudah menang terlalu banyak sejak lama dan tanpa ampun menghadiahkan manusia kekalahan. Jasad para prajurit yang gugur akan dibariskan dikereta kuda untuk dikebumikan secara layak. Tak banyak mayat yang seberuntung mereka. Kebanyakan jasad dibiarkan membusuk dihutan karena memandang segi keamanan.
Fianna sadar ada yang tak biasa dari kemunculan Yato. "Faro.... dimana dia?"
Yato tak langsung menjawabnya karena khawatir dengan reaksi Fianna. Gadis yang tengah memeluknya itu sedang dalam puncak kerapuhannya selama 4 tahun terakhir. Apa ia sanggup menahan yang satu ini? "Faro... dia sudah menunaikan tugasnya sebagai prajurit dengan amat berani. Faro harus beristirahat sekarang, Fian."
Fianna terdiam. Dia kehilangan satu bunga lagi. Ia bisa merasakan Yato gemetar ketika mengatakan berita kematian sahabat baik mereka. Tak ada tanggapan selain isak pedih dan luapan emosi dari Fianna, menangisi kepergian dua rekan sekaligus teman baiknya selama terjebak dineraka itu. Tapi tangisan itu harus berhenti. Ada misi yang harus diselesaikan dan ada kebenaran yang harus terungkap. Dan juga ada orang yang harus pulang ke rumah sejatinya. Sungguh Fianna sadar akan hal itu. Karena itulah ia mengusap air matanya dan menatap lurus-lurus menuju cakrawala. "Ayo kita pulang..."
KAMU SEDANG MEMBACA
WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)
FanfictionFianna Hyacinth Ackerman, adalah keturunan murni klan Ackerman. Gadis bermata ungu muda serta gemar memakai pita yang berwarna sama dengan matanya itu, adalah cucu dari Levi Ackerman, Sang prajurit terkuat dimasa lalu saat titan masih meneror pulau...