Duel Ackerman

783 124 3
                                    

AUTHOR' S POV

Kenny membawa Fianna bersama dengan Thomas---si anak malang yang jadi sandera---ke sebuah bangunan terbengkalai. Lebih tepatnya mereka sekarang berada di roof top yang anehnya cukup luas. "Kau tak mungkin takut ketinggian kan?" Tanya Kenny saat melihat Fianna menatap kebawah dengan datar. "Baiklah, Nona manis~ akan ku beritahu peraturannya."

"Apa anak itu memang harus ada disini?" Tanya Fianna dengan wajah kesal. Mendengar keluhan gadis berumur 17 tahun itu, Kenny menyeringai.

"Oe oe, kau pikir aku sebodoh itu menantang penyihir tanpa jaminan apapun?" Kenny menjawab pertanyaan Fianna dengan pertanyaan. Persis seperti Levi. "Baiklah, peraturannya adalah, kau tak boleh memakai sihir atau apapun yang menyangkut ketidak-normalan mu itu. Aku juga takkan pakai senjata api." Ujarnya tepat ketika ia melempar jauh hand-gunnya.

"Huh, dasar pak tua." Gumam Fianna memandangi hand-gun Kenny terlempar lalu menghilang dibalik bangunan. Memperoleh senjata api agak sulit di Paradis sini. Tapi Fianna maklum ketika melihat betapa cerobohnya Kenny dalam memperlakukan senjata api. Mungkin itu karena dia punya banyak persedian senjata, atau dekat dengan penyelundup benda-benda semacam itu.

Fianna melepas pita ungu yang selalu setia menghias rambutnya, lalu menguncir ketat rambutnya agar tak menghalangi. Hanya poni yang tergunting asal-asalan yang ada didahinya. "Matamu itu membuatku teringat pada orang yang kukenal dulu." Komentar Kenny seraya membebat buku tangannya dengan perban.

Fianna menaikkan alisnya sambil melipat lengan bajunya. "Aku tak peduli dengan ceritamu atau warna mata temanmu."

Kenny menggeleng-geleng pura-pura kecewa. "Dingin sekali sikapmu pada sesama Ackerman. Padahal Ackerman yang tersisa bisa jadi hanya tinggal aku, kau, dan sicebol sialan itu."

Fianna menyipitkan matanya seakan meremehkan Kenny. "Simpan rasa kecewamu. Kalau memang begitu, kenapa kau meneruskan pertarungan ini?"

Kenny mendudukkan sanderanya di atas pagar batu pembatas. Seakan mengancam Fianna untuk tidak macam-macam dan melakukan hal yang bersifat 'sihir'. "Pokoknya aku punya alasan sendiri. Bersiaplah!"

Fianna memasang kuda-kuda bertahan dan memutuskan untuk membiarkan Kenny maju duluan. Seperti yang sudah gadis itu duga sebelumnya, Kenny akan menyerangnya lebih dulu dengan tangan kanan. Tapi Fianna lengah karena dia lega sesaat. Pak tua yang gesit itu mengecoh perhatian Fianna dengan tangan kanan, karena dia ingin menyapu kaki ramping gadis Ackerman tersebut. "Kau pikir aku bakalan memakai teknik yang sama berulang-ulang?!"

Bruak! "Uagh!" Fianna terbanting ke permukaan semen. Selama sepersekian detik dunia seakan berhenti ketika ia melihat sol sepatu bot tebal Kenny berada diatas kepalanya. Dengan cepat, Fianna berguling ke samping. Lantas mengangkat kakinya dan menendang telak dagu Kenny.

'Dimana... dimana titik kelemahan pak tua ini?!' Batin Fianna menjerit saat matanya nyalang ke seluruh tubuh Kenny yang mulai bangkit berdiri.

"Kau ini jarang bertarung dengan tangan kosong ya?!" Kenny maju kembali, tapi sekarang ia menyerang dengan tangan kosong. Gadis itu mengunci kepalan tangan Kenny dan menggertakkan giginya lantaran kaget merasakan betapa kuatnya dorong Kenny. "Nyaris semua seranganmu mengandalkan kaki saja. Padahal sudah susah-susah ku lepas rantainya~"

"Duel tidak seharusnya seberisik ini, sialan!" Decih Fianna mendengar segala ocehan Kenny. Dengan segenap kekuatan Fianna mengangkat kaki kirinya dan secara vertikal menendang dagu Kenny lagi.

"Ukh!!" Darah keluar dari mulut Kenny, tanda bahwa ia menggigit lidahnya sendiri akibat hantaman keras kaki Fianna.

Buak!! Gadis kuat itu menghantamkan kepalan tangannya ke pipi Kenny, seakan ingin membalas kata-kata Kenny yang menyindir kebiasaannya memakai tendangan untuk menyerang lawan. "Aku memang sering mengandalkan kakiku, tapi bukan berarti aku payah dalam meninju."

WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang