Pusaka magis

1K 200 1
                                    

FIANNA' S POV

              Malam ke- 20, disaat bulan bersinar terang disinggasananya yang akan terus bergerak seiring sang waktu berdetak, aku dan Yato pergi ke hutan dengan membawa senjata andalan kami. Yato dengan dua belatinya, aku dengan busur dan panahku. Senjata yang membuatku bisa menjadi diri sendiri setiap kali dihadapkan masalah. "Kemarikan belatimu." Yato memberikan dua belatinya dengan enggan. Jelas tampak ragu dengan keputusan Ryo ketika roh bulan itu bilang, "Setelah melihat perkembangan Yato yang tak bertambah dari hari ke hari, kuputuskan untuk mengubah konsep pertahanan kalian."

              "Bukan salahku rohnya rewel!" Rutuk Yato sebal.

               Ryo meneruskan ucapannya, "Fianna pernah bilang padaku kalau rahasia kecepatan penguasaan suatu senjata itu berasal dari diri sendiri. Lebih tepatnya, sebuah hal yang sangat kalian kuasai dan sudah menjadi bakat kalian."

              Aku mulai memahami ujung dari pembicaraan ini. Sederhana saja, bagi Yato roh petirnya tak mau bersatu dengannya karena otak jeniusnya menolak memercayai sesuatu yang tak nyata seperti ini. "Jadi, apa inti dari penjelasan panjangmu ini?" Tanya Yato

               Ryo menatap langsung iris biru jernih Yato, tampak bosan mendengar lemparan pertanyaannya yang tak kunjung berhenti. "Maksudku bocah, aku berniat mengambil kembali roh itu lalu memasukkannya kedalam senjata kalian. Tentu saja, itu semua bisa dilakukan jika kalian setuju sih." Untuk apa aku keberatan? Tak ada bedanya jika senjata kami diubah. Tetap saja konsepnya aneh dan magis. "Aku akan memulai pemindahannya."

                Ryo memegang dua belati andalan Yato lalu dahinya berkerut saking fokusnya. Ada pias sinar redup yang keluar dari belati itu saat Ryo mengembalikannya ke tangan Yato. Yato menatap belatinya dengan ragu, "apa yang harus kulakukan dengan ini?"

                "Ooh tuhan... tentu saja digunakan! Memangnya kau bisa melakukan apa lagi selain menikam atau menebas, Yato?!" Repet Ryo kesal. Kurasa kepalanya nyaris pecah lantaran Yato terus-terusan bertanya tak jelas. "Giliran busurmu, kemarikan." Kata Ryo sembari meminta busurku.

               "Panahnya tidak?" Tanyaku memastikan.

                "Tidak. Busurmu hanya perlu diberi sentuhan kecil pada bagian talinya." Ujarnya sambil tersenyum miring. Pertama, dia memandangi busurku seakan benda itu adalah hal teraneh didunia, lalu seakan tak peduli dengan tampilannya, dia memilin tali busurku dengan jemarinya. Jejak jemarinya berubah menjadi pias sinar redup seiring berubahnya warna busurku menjadi warna perak kebiruan. Persis seperti iris mata Yato. "Nah, coba gunakan."

               "Aku dulu!" Yato membenamkan dua belatinya kedalam sebuah pohon rindang. Betapa herannya aku melihat senjatanya bisa terbenam begity mudah. Atau batangnya memang selunak itu. Tapi, ketika Yato hendak protes karena belatinya tak melakukan apa-apa, pohon itu dipenuhi listrik dan hangus tanpa meninggalkan api. Hanya ada asap pekat berbau kayu yang terbakar. "Whoa... aku tak melihat itu datang... "

               "Kau telah menyambar pohon itu ketika kau menusuknya. Sama saja dengan konsep dari petir kan? Menyambar, lalu hilang tanpa jejak." Ryo berkata pongah sambil melayang-layang didepan Yato yang terkesiap kagum. "Hei, aku tak mendengar kata 'terima kasih' dari mu "

              "Terima kasih, Ryo. Kurasa kau tidak... terlalu jelek." Ucapan itu lebih terdengar seperti ledekan, tapi Ryo tampak puas bukan main. Yah, roh-pun punya perasaan kan?

               "Giliranmu Fianna." Ryo menyikutku dibahu. Aku melirik kantong panahku lalu menatap mata merah Ryo dengan penuh tanda tanya. Bagaimana jika kemagisan itu tak berhasil kalau panahnya biasa? "Coba saja. Nanti kau juga tahu."

WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang