WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)

Harapan baru

AUTHOR'S POV

             Peristiwa munculnya titan kolosal secara tiba-tiba masih menjadi tanda tanya besar. Disaat kadet 104 yang baru saja selesai seleksi pasukan, secara mendadak bersitatap dengan titan yang amat besar itu. Dan tragedi 3 tahun lalu terulang kembali. Bedanya, sesuatu yang menakjubkan terjadi. Disenja saat seluruh pasukan pengintai memberi bantuan, salah satu prajurit baru yang keberadaannya berperan besar pada pembebasan Eldian dimasa depan, serta manusia pragmatis nan ambisius, muncul dalam wujud titan dan mengangkat batu besar untuk menutup lubang didinding. Dialah Eren Jaeger

           Namun, kenyataan bahwa kebaikan hati prajurit itu mengambil wujud dari makhluk yang mereka takuti, membuat rakyat panik. Bahkan aparat polisi militer yang pecundang nyaris membunuh salah satu harapan terbesar umat manusia di Paradis. Dan pihak kerajaan menyerahkan keputusan pada panglima Darius Zackley, dan menerima keputusan bahwa Eren Jaeger akan diawasi oleh Levi selaku kapten unit khusus dipasukan pengintai. Pria tak semampai itu dipilih lantaran kemampuannya yang dianggap mampu membunuh Eren Jaeger jika anak itu melenceng dari kesepakatan. Disisi lain, para prajurit yang terluka diperintahkan untuk menyembuhkan diri, dan mempersiapkan mental untuk pelaksanaan ekspedisi besar ke-57. Tentu para kadet yang pemberani akan resmi menjadi anggota pasukan pengintai jika mampu pulang dengan selamat.

             Fianna, yang belum sadarkan diri---bahkan setelah 3 hari-pun---membuat Yato amat cemas. Lelaki berdarah biru itu bahkan terus menjaganya meski tenaga medis mengatakan bahwa mereka sanggup menjaganya, namun Yato menolak. "Bangunlah Fian... Bangun dan bertingkah dinginlah seperti biasa... "bisik Yato putus asa.

            Akibat merasakan rasa sakit yang amat menyakitkan dan diluar batas wajar, mentalnya goyah. Gadis itu tertidur selama 3 hari karena pikirannya hendak menenangkan diri, setidaknya itulah yang dikatakan dokter pada Yato. Lengan kanannya nyaris patah seluruhnya jika saja Fianna tak cukup pintar untuk memasang penyangga. Luka yang meninggalkan bekas dipermukaan kulitnya bertambah banyak, dan darah yang ia keluarkan saat pertempuran sangat banyak. Namun, Faro yang dengan senang hati---dan didasari rasa bersalahnya mencekik Fianna--- mendonorkan darahnya karena golongan darah mereka sama.

            Yato terus menggenggam tangan gadis yang tertidur itu, hingga tugas memanggilnya. Ya, lelaki itu masih bertugas karena luka yang ia derita hanyalah cedera ringan. Tinggalah Fianna sendirian diruangan itu dengan segala ketenangannya. Ryo datang kemudian dan duduk dijendela disaat Bella mengunjunginya. "Halo, Fianna. Lihat apa yang kubawakan untukmu." Ujar Bella meski tahu bahwa temannya itu takkan bisa membalasnya. Dikeluarkannya tiga tangkai bunga Hyacinth yang ia beli ditoko bunga, dan meletakkannya divas berisi air segar. Harum kelopaknya menguar dan merilekskan hidung siapapun yang menghirupnya. "Cantik sepertimu."

            Bella memang pernah satu kali memergoki Fianna mencuci wajahnya dan mengangkat seluruh poninya hingga wajahnya sangat terekspos. Pujian tadi ia berikan padanya bukan karena moral, tapi tulus ia katakan karena ia amat yakin dengan yang ia lihat. Ryo diam-diam tersenyum kecil, dan mencium pelan pipi Fianna sebelum kembali ke tahtanya. Teman magis itu tak memilik tujuan tersembunyi, karena ia menganggap Fianna sebagai teman yang layak diberi kesetiaan.

             "Muurgh.... " sebuah gumaman pelan keluar dari bibir kering Fianna, membuat bela nyaris terjatuh dari kursi. Gadis Ackerman itu pelan-pelan menggerakkan kepalanya yang serasa habis dipalu ke arah Bella yang masih belum pulih dari keterkejutannya. "B-Bella?"

             "Oh astaga! Aku harus memanggil perawat dan Ketua Hanji!" Pekiknya dengan nada penuh rasa syukur dan kaget. Sebelum Fianna sempat bertanya mengapa ia ada disini, gadis itu sudah pergi. Dicobanya untuk menggerakkan tangan dan tubuhnya, namun rasanya amat kaku hingga terasa seperti menyeret batu.