Aster dan Hyacinth

1.1K 218 6
                                    

FIANNA' S POV

            Sepanjang hari aku terus digerecoki Bella hanya karena aku suka menyendiri. Aku terus berusaha menghindarinya ketimbang menolak langsung keberadaannya. Aku tak sejahat itu.

              Pada saat aku menyendiri ditaman disamping HQ, ia kembali datang dengan celotehan melengkingnya. "Fianna!! Apa kau tak mau bergabung dengan yang lain?"

              Kututup mataku dan mengatur suara agar tak terdengar kesal, "tidak."

               Dia bergabung denganku untuk merangkai bunga. Sedari tadi aku memang melakukannya karena merindukan ladang bunga dihutan rumahku. Memikiran rumah membuatku sedikit sedih. Tapi, aku tak percaya aku bisa rindu pada rumah sepi nan senyap itu. Rumah yang jadi tempat keluargaku menemui ajalnya. Rumah yang menjadi saksi keterpurukanku selama ini. Betapa muaknya aku menghadapi rasa sepi yang menyesakkan disana, tapi tak bisa dipungkiri aku merindukannya.

               "Fianna, coba pakai!" Bella menaruh rangkaian bunganya diatas rambutku. Warna kuning, putih, merah, dan dedaunan hijau bertautan dengan meriah. Tapi aku tak yakin apa kilaunya akan muncul jika dikenakan olehku. "Waaah... cantik sekali...."

               Kuputar otakku, berusaha mencari kalimat balasan. Tapi aku tak menemukannya. Jadi aku hanya diam dan menaruh rangkaian bunga milikku dirambut Bella. "Kau juga." Kataku.

              Dia tertawa kecil. Harus kuakui, gadis ini tampak seperti tak memiliki masalah, atau beban hidup yang berarti. Setidaknya belum. "Terima kasih. Ne ne, aku boleh memanggilmu dengan nama kecil-mu gak?"

               Kuangkat sebelah alisku, yang pastinya tak bisa ia lihat diantara rambut poniku. Belum ada yang pernah melihat mataku ini selain Kakek dan dua rekannya. Dan tentu saja, Yato masuk kegolongan itu. "Kenapa?"

               "Habis, Yato selalu memanggilmu begitu. Terdengar lucu dan akrab jika aku melakukannya juga kan?"

               "Boleh saja." Jawabku pelan. Dia lanjut berceloteh soal diskusi tadi dan menyampaikan semua keheranannya. Bella bilang, dia baru sekali menjalankan misi ke luar dinding, dan itu merenggut nyawa dua rekannya. Kurasa itu juga yang menjadi alasan kami dimasukkan ke regu Ketua Hanji.

              "Yo Fianna, Bella!!" Ketua Hanji datang dan menatap kami dengan senang. Tapi diwajahnya ada kesan lelah yang berat, kurasa ia baru saja mengerjakan sesuatu yang rumit. "Apa aku boleh bergabung dengan kalian?"

               "Oh tentu saja Ketua Hanji!! Silahkan duduk disini." Bella menepuk area kosong ditaman ini dengan senang hati. "Anda tampak lelah... "

               "Yeah, begitulah. Ada setumpuk berkas laporan yang harus kuperiksa satu-satu, dan itu membuat mataku sakit." Ketua Hanji melepas kacamatanya dan memijat bagian diantara dua matanya. Matanya sembap dan sedikit bengkak. "Tidur pun tak ada gunanya. Mataku semakin sakit saat terpejam lama-lama disaat seperti ini."

               Bella bergerak memijat bahu kaku Ketua Hanji sementara aku terdiam. Dulu, saat ibuku yang bekerja menjadi dokter umum disebuah rumah sakit, aku selalu memijat ibuku ketika beliau pulang. Lalu, aku akan duduk disofa sambil mendengar cerita ibu tentang pekerjaannya yang hebat. Tentang pasien yang lucu, metode yang ia gunakan untuk menangani masalah rumit kesehatan pasien, atau segala macam defenisi dan kode etik kedokteran disana.

             Rasa rinduku ini membuat jemariku bergerak dengan sendirinya diatas bunga, daun, dan sulur. Menjalin tiga benda alami itu menjadi rangkaian bunga melingkar untuk menghiasi kepala seseorang. Dan Ketua Hanji-lah yang kupilih. Kutunjuk bunga itu lalu wajahnya yang lelah sekaligus terkejut, "cantik."

WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang