Penjara Beku untuk Gadis yang Beku

687 112 4
                                    

AUTHOR' S POV

Hening. Hening menyelimuti mereka yang tadi mati-matian menahan Fian, ketika hawa dingin datang seiring gadis itu terbungkus kristal es-nya sendiri hingga sempurna memenjarakannya. "FIAN!!"

Yato menjeritkan nama teman baiknya itu, tak peduli bahwa ia bakalan mendapat jawaban atau tidak. "Apa... apa yang telah dia lakukan...?" Gumam Hanji bertanya-tanya saat melihat mantan bawahannya membeku.

Buk! Buk! Buk! Yato memukul-mukul kristal es yang keras itu tanpa henti. Membuat tangannya membiru dan berdarah. "Apa yang kau lakukan?! Keluar dan minta maaf-lah pada mereka semua!!" Jeritnya parau.

Tak ada jawaban. Hanya suara tangan berdarah-darahnya memukul kristal Fian tanpa henti. Iris sycassia itu berair dan memanas lantaran tak sanggup menerima kenyataan.

Kenyataan bahwa gadis yang ia sayangi memutuskan untuk menghentikan keegoisannya sendiri. "Hentikan..." bisik Hanji putus asa, tapi pria itu tak kunjung jera melukai tangannya. "Hentikan, Winston!!"

Ditariknya kerah belakang Yato hingga pria itu tersentak. Terjatuh ketanah saat matanya berhenti untuk berusaha tegar. Otaknya mengulang pertanyaan yang sama: mengapa kau melakukannya?

"Pita... apa yang terjadi padanya?! Kenapa ia membekukan dirinya sendiri?!" Levi memandangi tubuh gadis yang terpenjara kebekuan air, membentuk seperti pengkristalan Annie Leonhardt, sang titan wanita---yang berhasil mereka tangkap berbulan-bulan lalu.

Hanji mengingat-ingat momen yang berlangsung singkat itu. Momen Yato melindunginya dari serangan mematikan Fianna... hingga Fianna yang terperangkap di esnya sendiri. Wanita berkacamata itu menarik sebuah kesimpulan yang paling masuk akal meski itu sulit ia terima.

"Fianna... dia berusaha menghentikan dirinya sendiri dengan kemampuannya. Menahan paksa pergerakannya menggunakan air yang dipadatkan menjadi kristal es..." Hanji enggan mengatakan ini, tapi ia harus memberitahu semuanya. "Dia melakukan itu karena tak ingin melihat kita disakiti..."

Levi kembali memusatkan atensinya pada Fianna, yang tetap diam dan tak membantah apapun. Sedikitpun ia tak ingin terima kenyataan itu... kenyataan bahwa Fianna memilih untuk berkorban hanya karena tak ingin melihat mereka semua terluka.

Sebenarnya sebesar apa rasa muak gadis itu hingga bunuh diri seperti ini?

Disisi lain, Yato menangis keras. Sama seperti Levi, pria itu tak bisa terima kejadian ini. Padahal mereka sudah hampir mendekati tujuan mereka untuk pulang... tinggal mencari satu roh buronan... dan mereka bisa pulang.

Tapi sekarang apa dia bahkan mau pulang tanpa membawa Fianna?

"Kenapa... kenapa kau berjuang mati-matian seperti ini...?" Bisik Yato pedih, memandangi tangannya yang lebam dan berdarah-darah.

Yato sebenarnya mengerti sekali tentang keputusan ekstrim Fianna. Tapi baik otak dan hatinya tak mau berlapang dada menerima kenyataan itu.

Levi menarik pedangnya dan berlari menghantamkan senjata tajam itu kepermukaan kristal Fianna. Tapi yang ia dapat hanyalah pedangnya hancur jadi serpihan kecil. "Keras sekali."

Memang permukaan kristal itu jadi tergores sedikit, namun segera pulih menjadi semulus sebelumnya. Hanji bergerak mendekati Yato yang terus menangis, memeluk pria itu agar beban emosinya sedikit terbagi.

"Kenapa dia melakukan ini...? Apa untungnya untuk dia...?" Gumam Yato disela isak tangisnya.

Erwin berjalan menyentuh permukaan kristal es Fianna yang dingin. Tak ada tanda-tanda benda itu akan mencair meski matahari senja menyengatnya. "Sulit dipercaya, kejadian Annie Leonhardt terulang lagi." Kata Erwin setelah menghela napas berat.

WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang