LITTLE FIANNA' S POV
Salju terus turun. Nyaris seluruh tubuhku diselimuti salju. Dingin... dingin sekali. Satu-satunya hal yang baik tentang ini hanyalah... pendarahanku berhenti karena salju. Tunggu... aku tak begitu yakin. Itu hal yang baik... atau buruk? Aku takkan bisa menyusul keluargaku karena pendarahannya berhenti.
Memangnya apa lagi yang tersisa untukku disini?
Tubuhku sakit semua. Pikiranku kacau... aku bahkan tak begitu ingat kenapa aku ada disini. Yang segar dikepalaku hanyalah momen-momen mengerikan... dan teror. Bahkan salju-pun merah dimataku.
Rumput jadi darah. Batu jadi seonggok daging manusia. Kerikil jadi bola mata. Kenapa... kenapa pandanganku berubah jadi semenyeramkan ini?
Mataku perlahan memberat. Tapi bukan karena kantuk... atau lelah. Apa aku bakalan mati? Kurasa iya, karena semuanya jadi gelap. Dinginnya salju tak lagi mengangguku. Desir angin membuai wajahku seperti seorang bayi dalam buaian. Well, aku tak menyangka jika mati akan semudah dan senyaman ini.
"Fian!!" Siapa itu? Ada yang memanggil namaku. Dan mendadak tubuhku serasa melayang. Ada yang mengangkatku keluar dari salju yang tebal. Tangannya... sangat hangat dan besar.
Seperti... cahaya api unggun.
"Dia sedingin es... Pegangi dia nak. Ayah akan menelpon polisi!" Suara itu... aku kenal sekali. Paman... paman Alta. Ayah Yato.
"Sampirkan ini padanya nak. Kita harus menjaganya agar tetap hangat!" Suara wanita. Bibi Irina... aku ingin mengatakan sesuatu. Tapi mulutku kering dan melekat terlalu erat. Mataku juga enggan membuka...
"Bertahanlah, Fian!" Aku yakin yang berteriak adalah Yato. Anak itu... memang meriah. Terlalu meriah untuk seorang putra Duke terpandang. Tapi... aku senang sekali dia disini. Tangannya... lebih hangat dari tangan Paman Alta.
Seperti cahaya matahari.
....
AUTHOR' S POV
Erwin, Hanji, Levi, dan Yato berpindah tempat menuju kamar inap Fianna setelah melewati masa kritisnya. Masker oksigen terpasang diwajahnya. Perban membungkus badan gadis itu bagai mumi kecil. Semua. Kecuali wajahnya yang tak tersentuh pisau.
Erwin, Hanji, dan Yato memberi ruang bagi Levi yang berdiri disamping brankar Fianna. Memandanginya terus seakan tak kunjung jenuh. Mereka mengalami time skip selama 6 bulan karena gadis kecil itu koma.
Rambut hitamnya sudah panjang sekali.
"Ayah, kenapa Fian tidur terus? Dia jadi gak makan dan minum loh." Tanya Yato kecil yang baru pulang dari sekolah.
Senyum kecil menarik sudut bibir Yato versi besar, merasa malu dengan pertanyaan yang pernah ia lontarkan dulu. "Biarkan Fian tidur selama yang ia inginkan, nak."
"Akan saya beritahu jawabannya." Sambar Yato besar. "Cedera mental yang dialami Fian mengakibatkan tremor luar biasa hingga otaknya memutuskan untuk istirahat. Cederanya pastilah sangat parah hingga memakan waktu 6 bulan untuk memulihkan diri."
"Aku pernah dengar tentang kasus medis seperti itu." Timpal Hanji. "Tapi mereka yang koma sering kali tak bisa selamat karena sulit untuk memberi makan dan minum pada orang yang tidur."
"Apalagi jika 6 bulan lamanya." Tambah Erwin setuju pada pernyataan Hanji.
"Kami memiliki alat yang bisa menyalurkan makanan langsung ke sistem pencernaan Fian." Terang Yato pintar. "Dan segala nutrisi dan Vitamin yang Fian perlukan---tapi tak bisa diberikan oleh makanan---akan disalurkan melalui tabung infus."
KAMU SEDANG MEMBACA
WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)
FanficFianna Hyacinth Ackerman, adalah keturunan murni klan Ackerman. Gadis bermata ungu muda serta gemar memakai pita yang berwarna sama dengan matanya itu, adalah cucu dari Levi Ackerman, Sang prajurit terkuat dimasa lalu saat titan masih meneror pulau...