YATO' S POV
Semangkuk sup kentang dan sebuah roti tebal sudah nangkring dihadapanku, namun mulutku mendadak kering. Selera makanku hilang ketika temanku Daz berkata, "Aku tadi berpapasan dengan temanmu itu. Kalau gak salah namanya Fianna, iya kan? Gila, wajahnya cantik sekali."
Greg memukul meja pelan. "Apalagi matanya yang ungu itu. Beuh... cantik parah...."
Aku diam saja. Tak ada gunanya menyangkal sesuatu yang benar adanya. Fianna memang diberkahi wajah cantik dan didukung oleh keberadaan mata ungu berkilaunya. Meski itu akibat dari sebuah sindrom mata langka, tetap saja ada keindahan tersendiri yang memancar.
"Hei Yato, kenalkan aku padanya ya?" Nah, perkataan Theo ini yang membuatku kehilangan selera makan sepenuhnya. "Kau kan' dekat dengannya..."
Sebisa mungkin aku mengontrol wajahku agar terlihat tenang. "Lakukan saja sendiri. Toh dia gak menggigit, kan?"
Mendengar ini, Daz bergidik. "Aku pernah mencobanya, tapi selalu berakhir dengan cuek dan dia menatapku dingin. Persis seperti tatapan Kapten Levi."
'Tentu saja bodoh. Keturunannya gitu loh' pikirku getir. "Oh ya?" Balasku tak tertarik.
Greg sedang menelan sepotong besar roti sebelum ia berkata, "tapi yang paling lucu soal itu adalah, Samuel tampak menyesali perbuatannya waktu itu."
"Maksudmu kejadian Samuel dihajar Yato gara-gara membuat Fianna menangis?" Tanya Theo.
"Ya. Dan lihat dia sekarang. Selalu menganga seperti orang idiot dan merona setiap kali Fianna lewat. Wajahnya itu loh... pfft!! Jelek parah." Kalau yang ini, aku pasti akan tertawa. Melihat wajah Samuel yang bodoh itu jadi hiburanku setiap hari.
"Tapi aku sedikit penasaran, soal hubunganmu dengannya, Yato." Celetuk Daz yang disusul anggukan Greg. "Melihat betapa percayanya ia padamu... itu jelas bukan sekedar 'teman'."
Kuberdeham sebentar dan membersihkan tenggorokanku. "Yah... begitulah. Kami bisa dibilang lumayan dekat dan itu-pun karena kami tumbuh bersama."
Theo menaikkan alisnya sebelah. "Lalu, kau punya saran bagus untuk kami mendekatinya?"
Aku nyaris tertawa remeh pada mereka---yang sekarang tengah menatapku penuh harap. Mendekati Fian saat ini dan mencoba akrab dengannya sama berbahanya dengan menantang seekor serigala. Tapi bukan berarti Fian akan langsung menyerang tanpa ampun jika ada yang mencoba untuk bicara. Fian hanya akan diam dan pergi setelah bicaranya selesai."Bukannya meremehkan, tapi sebaiknya kalian jangan mendekatinya untuk sekarang." Pada akhir jam makan malam, kusuapkan sesendok sup kentang kemulutku dan menelannya setelah mengunyahnya 10 kali. "Emosi Fian sedang tidak stabil, dan aku tak mau kalian sakit hati ketika ditolah mentah-mentah."
"Ouch!" Greg menekan tangannya kedada dan pura-pura meringis. "Dikatakan dengan niat baik, namun tetap terkesan menghina. Dasar Yato."
Kuangkat bahuku bersamaan. "Maaf deh... " segera setelah makanku selesai, aku langsung menaruh nampan dibak cuci dan pergi kekamar untuk tidur. Mataku sudah seberat balok kayu sedari sore. Tapi kenikmatan itu harus pupus lantaran seorang pengganggu datang.
"Hei. Pssst...!!" Ryo berbisik menyebalkan. "Yato, aku butuh bantuan mu."
Kutatap mata merahnya yang berkilau tertimpa sinar bulan. "Apa?" Tanyaku ketus.
"Dih, galak amat." Balasnya meledek. "Nanti cepat tua loh..."
"Oi kelinci, aku sedang mengantuk dan sedang gak doyan basa-basi." Kataku tajam. "Kalau kau kemari hanya untuk menggangguku, lebih baik pergi saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)
FanfictionFianna Hyacinth Ackerman, adalah keturunan murni klan Ackerman. Gadis bermata ungu muda serta gemar memakai pita yang berwarna sama dengan matanya itu, adalah cucu dari Levi Ackerman, Sang prajurit terkuat dimasa lalu saat titan masih meneror pulau...