Masa Lalu Fianna 8

711 110 5
                                    

LITTLE FIANNA' S POV

Orang yang bernama Levi Ackerman ini mirip sekali dengan ayah. Tapi disini tertulis kalau dia tergolong pendek, sementara ayahku tinggi. Rambut ayah warnanya Hazel, dan memakai kacamata.

Aku ingin menyebut nama pria yang sudah mati ini. Tapi tak ada suara yang keluar. Ah, aku lupa. Aku masih belum bisa bicara. Paman bilang aku pasti bisa bicara lagi suatu hari nanti. "Fian?"

Suara Yato. Dia berdiri diambang pintu, masih memegangi kenopnya. Kurasa bukan cuma kebisuan saja yang kuderita. Dokter juga bilang kalau aku akan kesulitan memusatkan perhatian karena semua luka mental yang ku alami.

Misalnya sekarang. Tadi aku membuka buku ensiklopedia ini pukul 2 siang, dan sekarang sudah pukul 4 sore. Padahal aku merasa bahwa aku membaca hanya selama 5 menit, dan bagian yang kubaca tak berubah. Wajah Levi Ackerman masih menatap kosong disana.

Dua jam telah kuhabiskan untuk memandangi wajah orang ini.

"Hei, aku membawakan kue kering kesukaanmu." Ada pelayan wanita---aku tak ingat namanya---membawa nampan perak. Ada sepiring kue kering, dan juga dua gelas susu. Aku biasa menyantapnya bersama Yato saat aku bermain kemari. "Terima kasih, Luna."

"Sama-sama, Tuan muda." Pelayan yang bernama Luna itu kemudian pergi setelah mendapat ucapan terima kasih dari Yato. Meninggalkan kami berdua dikamar ini.

"Lagi baca apa? Serius sekali."

kutunjuk satu kalimat tebal yang berjudul: Kisah Pulau Titan, Paradis. Bagian ini memuat banyak gambar manusia raksasa telanjang, aku nyaris berpikiran untuk tidak menatap mereka sedetik-pun karena fakta itu. Tapi mereka tak memiliki alat reproduksi, jadi aku aman.

"Titan? Aku tahu tentang cerita ini." Aku suka ketika Yato mulai bicara tentang hal-hal yang dia duluan ketahui dari pada aku. Jadi dengan kaku aku menarik bantal empuk dari atas ranjang dan meletakkannya di depan Yato. Agar aku bisa mendengarnya dengan baik.

"Titan, adalah penghuni pulau Paradis yang meneror manusia disana. Mereka memakan manusia, dan hanya manusia. Hewan tak memberi ketertarikan pada makhluk itu." Aku sudah baca bagian itu. Tapi... masih belum selesai sampai habis.

"Bagaimana manusia disana masih hidup? Jawabannya adalah karena sang raja pulau itu membangun tembok besar yang tebal dan tinggi sekali demi rakyatnya." Kisah ini jadi mirip dongeng konyol. Mana ada orang yang sanggup membangung dinding besar sendirian. Ini bukan jaman dimana penyihir seperti Merlin ada.

"Aku tahu apa yang Fian pikirkan. Mustahil membangun tembok yang fondasinya kuat dalam waktu singkat." Yato mengambil kue dari piring dan menggigitnya. "Tapi, itu tak jadi masalah jika kau punya sihir."

Sihir? Aku tak percaya dengan hal semacam itu. Bahkan kisah Merlin---penyihir dari legenda raja Arthur masih diragukan ke otentikannya.

"Konon Raja pulau itu memiliki sihir yang bisa mengendalikan semua titan yang ada dan memerintahkan mereka untuk berdiri berjejer. Membentuk dinding tebal dan kokoh dengan membuat para titan itu mengeraskan kulitnya. Ajaib kan?"

Tunggu, ada yang janggal dari cerita ini. Yato bilang sang raja bisa mengendalikan seluruh titan dengan kekuatannya, jadi mengapa tidak dia perintahkan saja semua titan untuk diam tak bergerak? Atau disuruh bunuh diri? Itu kan lebih efektif.

"Memang ada yang aneh dengan ceritanya. Aku sendiri tak paham soal itu. Sama sepertimu, aku belum membaca habis bukunya." Mata biru Yato melirik sketsa wajah Levi Ackerman. "Ng, dia mirip sekali dengan ayahmu."

Aku menunjuk wajah pria itu dan menatap Yato datar. Berharap dia tahu sesuatu tentang ini. "Eh, kau tak tahu? Orang ini kan pendahulumu."

Pendahulu ku? Orang sehebat dia adalah pendahulu ku? Aku tak percaya. Wajar dia berkata begitu. Karena marga kami sama. "Tidak, Fian. Aku serius. Ayahmu yang bilang padaku saat aku bertanya siapa orang ini. Dan beliau bilang kalau Levi Ackerman adalah leluhurmu."

WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang