AUTHOR'S POV
Fianna terdiam. Membiarkan desiran air menghapus keheningan untuk sementara. "K-kenapa kau berpikir seperti itu?" Mati-matian ia mengatur nada bicaranya agar terdengar tenang.
"Sasha. Dia yang duluan memberitahu saya soal ini." Mikasa menatap dalam Fianna dengan manik sehitam gagaknya. "Dia tak sengaja mendengar pembicaraan Yato-san bersama Kapten Levi, tepat dimalam anda membeku."
Sasha Blouse. Fianna tak heran dengan kabar ini. Malah terkesan wajar jika perempuan berambut cokelat kemerahan itu dapat mengetahuinya. Telinga dan instingnya sama-sama tajam, akibat dari pekerjaannya sebagai pemburu dahulu.
"Apa lagi... yang sudah dia bagi padamu?" Tanya Fianna hati-hati, tak ingin terkesan mengakui segalanya pada gadis tangguh itu.
"Lumayan banyak. Mulai dari gangguan mental yang anda derita dan..." Mikasa tampak segan untuk melanjutkan kalimat itu---yang mana sudah Fianna ketahui pasti ujungnya.
Gadis bermanik Amethyst itu mendesah pelan, seraya melempar batu ke permukaan danau yang tenang. Tak tahu mau memberi tanggapan seperti apa. Mengaku? Itu berat. Membela diri? Bukan prinsip Fianna---kecuali dalam pertarungan yang nyata.
"Saya hanya ingin tahu kebenarannya. Bukan berarti anda harus membuka segalanya hanya karena saya menyinggungnya." Tambah Mikasa, sadar akan kegundahan hati Fianna.
Fianna memejamkan matanya perlahan, lalu kembali membukannya.
"Ya. Aku dan Yato berasal dari dunia luar." Fianna menambahkan, "Bukan dalam artian yang kalian berdua pikirka---"
"Berenam." Potong Mikasa, membuat rahang Fianna kembali terjatuh. "Saya, Eren, Armin, Sasha, Jean, dan Connie. Maafkan saya, tapi hal ini terlalu berat untuk disimpan dua orang saja."
"Ya tuhan..." desah Fianna berat. "Baiklah, itu bukan salahmu juga. Tapi tolong beritahu mereka untuk tetap menyimpan cerita ini untuk diri sendiri."
Mikasa mengangguk.
"Akan kulanjutkan cerita tadi. Kami tidak seperti apa yang kalian duga. Aku dan Yato memang berasal dari dunia luar, tapi tidak didalam waktu yang sama dengan sekarang." Mikasa menatap gadis itu tanpa berkedip, menunggu dirinya untuk kaget akan satu fakta. "Sederhananya, kami ini berasal dari masa depan."
Fianna ikut melompat kaget ketika mendengar sentak napas penuh ketidak-siapan Mikasa. Ia merasa janggal dengan sikap gadis itu yang biasanya mahir mengontrol ekspresi.
"Saya sudah bersiap sebelumnya, tapi tetap saja itu terdengar mengejutkan." Ujarnya ragu. Mendengar ini membuat gadis yang dijuluki 'penyihir es' itu mengulum senyum.
"Bahkan diriku juga belum terbiasa."
"Eh?"
Fianna kembali menatap permukaan danau yang sedikit beriak karena dia menggoyangkan kakinya.
"Ingatan ketika tumbuh di tempat asalku mulai menghilang..." bisiknya. Mikasa terkejut ketika sadar ada nada sedih disana. "Sebagian dari diriku berpikir bahwa ini adalah tempat yang cocok untuk ditinggali. Tapi sebagian yang lain merasa asing."
"Itukah yang membuat anda termenung tadi?"
Akan sulit menjelaskan pada Mikasa tentang kerisauannya, jadi ia menjawab, "ya. Karena tak ada benda atau hal selain kehadiran Yato yang mengingatkanku akan rumah."
Mereka diam agak lama. Memandangi ikan-ikan kecil berenang yang melirik untuk sekedar mengetahui bahwa dua gadis ini bukanlah predator.
"Kalau begitu anda takkan berada disini lagi dalam waktu dekat?" Tanya Mikasa ragu-ragu pada Fianna.
KAMU SEDANG MEMBACA
WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)
FanficFianna Hyacinth Ackerman, adalah keturunan murni klan Ackerman. Gadis bermata ungu muda serta gemar memakai pita yang berwarna sama dengan matanya itu, adalah cucu dari Levi Ackerman, Sang prajurit terkuat dimasa lalu saat titan masih meneror pulau...