AUTHOR'S POV
Malam dingin kembali datang, tapi ada tiga manusia yang masih sibuk bersembang diruangan sang komandan pasukan pengintai. Ada Hanji yang ingin melaporkan hasil wawancaranya pada Erwin, dan ada Levi yang sibuk menyesap tehnya dalam diam. "Erwin, gadis itu tak bisa baca-tulis."
"Hm? Aneh, dari luar dia tampak seperti gadis berpendidikan." Erwin menaikkan alisnya sebelah, jelas tampak bingung.
"Tapi dia mampu bicara dengan lancar loh. Yeah, meski lebih banyak berbisik sih."
"Bocah itu bermasalah. Aku sudah menduganya saat dia membantai reguku." Keluh Levi ditengah 'acara' minum tehnya.
"Aku justru melihatnya dari sisi lain." Erwin berdiri dan bergerak kejendela yang menampilkan pemandangan gemintang diangkasa pekat. "Gadis dan lelaki pemburu itu punya potensi yang amat besar jika bergabung disini."
"Apa yang membuatmu jadi seyakin itu pada mereka?" Tanya Hanji, sembari menenggak teh yang telah dibuat Levi semenit yang lalu. "Aku tahu mereka pemburu hebat, tapi hal yang sama belum tentu terjadi saat lawannya adalah titan kan?"
"Saat dinding Maria hancur, mereka mengambil gear dari jasad prajurit yang tergeletak, lalu pergi untuk mengulur waktu. Penduduk yang selamat pasti takkan sebanyak itu jika saja mereka hanya diam ditempat." Terang Erwin, iris birunya menatap langit lekat-lekat. "Aku tak terlalu bisa mengukur kemampuan Laki-laki bernama Yato itu, tapi aku lumayan mengerti potensi gadis itu."
"Dan?"
"Levi, anak itu mirip sekali denganmu. Caranya memegang pedang. Sorot matanya. Kecepatannya. Dia nyaris menyamaimu dalam 3 hal tadi."
Alis Levi bertautan lantaran merasa terganggu, jika saja gadis itu memang punya cara bertarung yang sama, bukan berarti mereka sama kan? "Bagiku sorot matanya tak setajam itu." Celetuk Hanji.
"Gadis bernama Fianna itu juga sangat unggul dalam pertarungan tangan kosong. Kau lihat kan apa yang ia lakukan terhadap regumu?"
"Pfft... dia bahkan berhasil membuat lenganmu retak dalam sekali serang." Hanji mendenguskan tawa remeh, hendak meledek rekannya itu. "Memang kemampuan yang gila."
"Bisa tidak berhenti membicarakan dua bocah bermasalah itu?" Levi meletakkan cangkirnya ditatakan dan menatap Erwin dan Hanji dengan malas, "kau membicarakannya hanya karena dia menyelamatkanmu dari ular besar itu kan?"
Mendengar ini, Erwin tersenyum samar. "Itu salah satu penyebabnya." Jawabnya. Pria itu terkesan dengan kegesitan Fianna meski dalam tekanan. Bahkan gadis itu menyelamatkan kepalanya dari taring beracun ular itu meski sudah diperlakukan layaknya kriminal.
....
YATO'S POV
"HAATSYI!!!" Tiba-tiba aku bersih keras saat berlatih lagi dihutan bersama Fian. Ryo mengeryit melihatku.
"Kurasa ada yang sedang membicarakanmu, Yato." Katanya misterius.
"Huh, mana mungkin." Kami sedang berlatih dihutan bersama Ryo. Saat ini, dia fokus untuk memerhatikan latihanku ketimbang memandangi Fian mengobrol dengan air.
Roh ku sedikit susah diajak kerja sama. Sering kali dia malah menyerangku balik, tanganku jadi gemetar tak karuan karena tersambar listrik. Beberapa kali aku memandang iri Fian yang sudah bisa membuat air di danau mengkristal membentuk benda yang ia inginkan. "Berhenti memandangi kemampuan orang lain, fokus saja dengan latihanmu."
Kutatap Ryo dengan benci, "Jika saja aku bisa melakukannya, aku sudah mahir sekarang. Tapi, kau lihat kan? Roh ini tak suka padaku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)
FanfictionFianna Hyacinth Ackerman, adalah keturunan murni klan Ackerman. Gadis bermata ungu muda serta gemar memakai pita yang berwarna sama dengan matanya itu, adalah cucu dari Levi Ackerman, Sang prajurit terkuat dimasa lalu saat titan masih meneror pulau...