FIANNA' S POV
Setelah berguling-guling tak karuan diatas tempat tidur, aku harus menerima kenyataan bahwa aku takkan bisa tidur malam ini. Kepalaku masih penuh. Banyak yang sudah terjadi---tidak, terlalu banyak. Dalam sehari, dua temanku mati dan salah satu penyebabnya adalah aku. Karena lengah didetik-detik terakhir, dan membiarkan tremorku mengalihkan dunia. Melihat ranjang Bella kosongpun memperparah rasa bersalahku. Perasaan ini... bukan pertama kalinya ku alami. Sensasi itu pernah kurasakan saat keluargaku dinyatakan tewas. "Tak bisa tidur?"
Suara halus itu... sulit dipercaya aku merindukannya meski baru tiga tahun kudengar. Ryo muncul dan rambut silver berkilaunya terbang ditiup angin malam. Dinginnya malam tampak tak berpengaruh pada roh magis itu. Dia mengulurkan tangannya dan memberi tatapan teduh yang menenangkan. "Mau pergi jalan-jalan? Jangan khawatir soal Yato. Ia sudah memberiku izin kok."
Karena mengingat kehampaan hati, kuterima saja uluran tangannya dan membiarkan ia meringankan bobot badanku. Membawaku terbang menuju angkasa pekat yang ditaburi gemintang berkilau dikonstelasinya. Tangannya yang terasa dingin tak menggangguku, dan bahkan terasa besar. "Ada yang ingin kutunjukkan."
Aku diam saja. Pemandangan kota dinding tengah malam sudah terlebih dahulu mengalihkan duniaku. Sebenarnya tempat ini indah, namun kenyataan bahwa mereka hidup terkurung selama berabad-abad mengalahkan segala keindahannya. Tapi tak bisa kupungkiri bahwa kota ini adalah kampung halamanku.
Semakin lama kami terbang ditengah langit, badanku agak goyah. Ia tampaknya sadar, karena ia menarikku agar lebih rapat padanya. Padahal Ryo tak punya hangat tubuh yang sepantasnya dimiliki makluk hidup lainnya. Secara teknis, itu wajar saja. Karena Ryo adalah roh. Dan roh tak bisa digolongkan sebagai makhluk hidup. "Tahan sebentar ya. Sebentar lagi sampai."
Sebagai jawaban, ku anggukkan kepalaku dan mengeratkan genggaman. Sesungguhnya aku bisa saja terbang sendiri, namun akibat cedera yang kuderita kemarin belum sembuh. Memaksakan diri hanya akan memperparah lukanya.
Rasa penasaranku terhadap tujuan kami terjawab ketika Ryo menurunkanku diatas dinding Sina. Aku mengerti kenapa Ryo bilang kalau Yato tak keberatan. Karena ia juga ada disana. Berdiri tegak dengan postur tubuhnya yang hebat dan masih dalam keadaan melayang beberapa senti diatas tanah. Iris sejernih airnya menatapku lekat-lekat ketika ia menggantikan Ryo membawaku terbang. Tanpa basa-basi, Yato menyampirkan jaket hitam tebalnya padaku dan memelukku. Memberikan hangatnya padaku ditengah udara dingin malam. "Hangat..." bisikku.
"Hei, lihat itu!" Ryo menunjuk langit diatas Distrik Shiganshina---yang mengejutkannya---dipenuhi roh-roh berbagai bentuk yang berseliweran sana-sini. Rupa mereka seperti kain berkilau yang tertiup angin. Sungguh indah sekali. "Cantik 'kan?"
"U-uhm." Gumamku. Karena masih belum bertenaga, Yato-lah yang membawaku sedikit lebih dekat agar bisa melihat mereka dengan jelas. Berbagai pertanyaan berkelebat dikepalaku. "Apa mereka tahu kita disini?"
Ryo mengangguk, membuat sepasang telinga kelincinya bergoyang. "Begitulah, tapi tenang saja. Mereka bukan roh jahat kok. Asal kita tidak mengusiknya, kita akan aman."
"Aman? Maksudmu mereka bisa agresif?" Yato, seperti biasa melontarkan pertanyaan.
"Yeah, mereka bahkan bisa menarik lepas roh dan mana-mu jika mereka mau."
"Mana?" Yato melirik roh magis rembulan itu dengan bingung. "apa itu?"
"Mana, adalah nama sebutan kami untuk 'energi' yang sudah kuberikan pada kalian diawal pertemuan kita. Mana itu jugalah yang membuat kalian mampu melepaskan energi untuk mengendalikan air dan petir yang ada disenjata kalian. Mengerti?" Terang Ryo---sama sekali tak terlihat terganggu disaat Yato bertanya terus. Seingatku ia benci ditanya-tanyai seperti itu. Tapi panorama magis dihadapanku terlalu cantik untuk diabaikan. Membuatku sedikit mengantuk dan menempelkan pipiku didada bidang milik Yato yang hangat. Kurasakan tangannya memelukku dipinggang meski ia masih bertanya-tanya pada Ryo---yang mulai terlihat kesal.
Dan yang selanjutnya kuingat adalah, aku tidur dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)
FanficFianna Hyacinth Ackerman, adalah keturunan murni klan Ackerman. Gadis bermata ungu muda serta gemar memakai pita yang berwarna sama dengan matanya itu, adalah cucu dari Levi Ackerman, Sang prajurit terkuat dimasa lalu saat titan masih meneror pulau...