AUTHOR' S NOTE:
Sama kyk sebelumnya, chapter ini mengandung muatan dewasa krn ada adegan kekerasan brutal. Intinya 18+ ya. Yg gk kuat, jgn diliat.
....
AUTHOR' S POV
Fianna menatap Beast dengan raut tak percaya. "Mana... mana mungkin aku bisa memilih...!"
Beast menyeringai, pria brutal itu mulai mengisi pistolnya dengan peluru. "Kalau kau bisa memilih, akan kubiarkan yang lainnya hidup. Tapi jika kau tak bisa, akan ku bunuh mereka semua." Beast bergerak mendekat ke telinga Fianna dan berbisik. "Tepat didepan matamu..."
Gadis kecil itu menatap adiknya dengan pedih dan ia mulai menangis lagi. Pilihan seperti ini... tidak akan bisa Fianna dapatkan jawabannya. Karena ia menyayangi keluarganya. "Kumohon... kau bilang kau menginginkan senjata alami... aku akan berlatih sekeras yang kau inginkan! Aku akan menjadi ujung tombak tertajammu!"
Tubuh Fianna bergetar karena degukan tangisnya. Seringai Beast menghilang. Tampak geram, terbukti dari betapa kerasnya ia mencengkerem pangkal lengan gadis kecil itu. Seakan berniat meremukkannya. "Aku tak ingin mendengarmu mengemis...! Aku ingin kau memilih...!" Desis Beast.
"MANA MUNGKIN AKU BISA MEMILIH!!!" Jerit Fianna keras. "Karena itu... bunuh saja aku. Jangan mereka... mereka masih kecil..."
Tiba-tiba Beast menyeret Natha dengan kasar kedekat Fianna. Tepat didepannya, beberapa senti dari kursi. "Kalau begitu, aku tak punya pilihan lain."
Teriakan Natha mulai muncul ketika pisau terbenam dalam dimata kirinya. "GYAAA!!!!!"
Fianna berontak. Mengguncang kursinya dengan amat keras. "TIDAK! HENTIKAN!!"
Salah satu anak buah Beast menahan Fianna dikursinya dan menarik rambutnya agar tetap berada ditempatnya. Memaksa gadis itu menonton parade horor brutal yang tak pantas dilihat siapapun.
Disudut ruangan, Hanji menekap erat mulutnya sementara Erwin memejamkan mata. Tangan Levi gemetar melihat pisau ditarik kemudian dibenamkan lagi dimata kanan Natha. Teriakan anak laki-laki itu benar-benar menyiksa Fianna. Mengiris hancur seserpih kewarasan si gadis malang.
Darah Natha muncrat ke lutut, dan tubuh penuh luka Fianna. Menambah warna merah ke piyama kusam gadis itu bersamaan dengan darah milih Harry. Sebuah bola mata beserta urat penyambungnya menggelinding membentur kaki Fianna. Menambah kengerian bagi Nat, dan Fianna.
"Adikmu lemah sekali. Kupikir karena kalian adalah anggota klan Ackerman, aku akan dapat perlawanan besar." Decih Beast kecewa. Menghiraukan Nat yang meringkuk ketakutan dan menangis keras melihat saudara kembarnya disiksa dengan sadis.
Fianna sendiri terdiam dan terpaku melihat darah serta wajah tanpa mata Natha yang mengerikan. Matanya melotot dan bibirnya terbuka sedikit saking tak berdayanya ia berkata-kata. Ingin menjeritpun dia tak bisa karena ketika mata Natha terjatuh dari tempatnya, suara Fianna seakan telah dicabut paksa dari tenggorokan.
"Dia takkan mati tanpa arti seperti ini jika saja kau membuat keputusan, Fianna." Beast kembali memulai kegiatan 'penghancuran mental' pada Fianna.
Dor!! Peluru melesat kedada Nat, membuat ia mati seketika. Lalu seakan tak puas melihat lubang didada gadis kecil itu, Beast juga menembak dahi Nat hingga kepalanya meledak. Tak ada teriakan. Entah itu Fianna sekalipun, dia tak berteriak.
Gadis itu terisak, tak bisa melakukan apapun---dan tak bisa menyelamatkan siapapun.
"Tiga orang sudah tewas dan itu semua adalah salahmu, nak." Fianna tersentak. Matanya berubah kosong dan kilaunya mulai memudar seiring akal sehatnya mulai goyah. Tudingan tak berdasar Beast langsung diterima hati kecil Fianna.
KAMU SEDANG MEMBACA
WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)
FanfictionFianna Hyacinth Ackerman, adalah keturunan murni klan Ackerman. Gadis bermata ungu muda serta gemar memakai pita yang berwarna sama dengan matanya itu, adalah cucu dari Levi Ackerman, Sang prajurit terkuat dimasa lalu saat titan masih meneror pulau...