Masa Lalu Fianna 2

752 109 8
                                    

AUTHOR' S POV

"...Nah, sudah selesai." Suara halus ibu Fianna terdengar setelah menempelkan plester diatas luka Yato Kecil.

"Ibu Fian punya pekerjaan sebagai dokter disebuah rumah sakit." Yato versi besar menjelaskan pada tiga atasannya yang bingung melihat peralatan medis lengkap diatas meja tamu rumah Fianna. "Dan ini... adalah rumah mereka."

Rumah yang lumayan besar namun berdesain minimalis itu sangat menarik perhatian---apalagi fakta bahwa semuanya tampak teratur dan rapi membuat Levi menyunggingkan senyum samar. "Rumah yang keren." Ujar Hanji.

"Kalau ayah Fianna... apa pekerjaannya?" Erwin bertanya pada Yato.

"Beliau bekerja sebagai... polisi. Yeah, kurasa pekerjaan beliau sederhananya memang polisi, tapi ada hal yang lebih rumit di pekerjaannya itu." Yato membawa mereka ke sebuah pigura perak berukuran sedang yang berisi foto keluarga Fianna. Ditunjuknya seorang pria tinggi berambut hazel gelap, berkacamata dan memiliki model rambut acak-acakan. "Itu ayah Fian, Jèrgens Ackerman."

Levi maju perlahan, ingin melihat lebih dekat. Batinnya bertanya-tanya apakah pria itu memang keturunannya? "Wajah kalian berdua sangat mirip." Ujar Erwin pada Levi.

"Dimana orang ini sekarang?" Tanya Levi tiba-tiba. Yato menunduk dan pandangan matanya meredup. Levi tahu bahwa ada hal buruk yang terjadi pada Jèrgens Ackerman.

"Beliau meninggal 6 bulan yang lalu." Kemudian lelaki bangsawan itu menoleh ke arah Fianna kecil yang terus tersenyum. "Dulu saya berpikir bahwa Fian mungkin tak menyayangi ayahnya, karena itu dia bisa cepat pulih dari rasa berduka. Tapi bukan itu masalahnya. Dia sekarang adalah yang tertua dikeluarganya. Jadi emosi berlebih hanya akan membuat adik-adiknya putus asa."

"Tapi aku melihat ada orang yang tampak lebih tua dari Fianna." Hanji menunjuk pria muda difoto yang berdiri disisi kanan Fianna. Tingginya nyaris setara dengan sang ayah, tapi rambut yang ia miliki berwarna hitam.

"Ah... itu kakak laki-laki Fian. Namanya Arthur Ackerman." Yato menunjuk pigura yang lebih kecil diatas meja hias. Foto Arthur yang memakai seragam militer bersama teman seangkatannya dilandasan pesawat. "Saat ini Arthur sedang menjalankan tugasnya di daerah timur, dan... entah kenapa dia menghilang tanpa jejak maupun kabar."

Tiga prajurit itu tersentak kaget. Lantas memandangi Fianna kecil yang sudah memotong kayu bakar di pekarangan. Suara kapak membelah kayu terdengar keras. Wajah penuh keringat Fianna tampak lelah---wajar karena dia juga baru pulang berburu.

"Fian jadi yang paling diandalkan dikeluarga saat ibunya pergi bekerja. Dia yang memasak, dia yang mengurus adik-adiknya sepulang sekolah, dan dia juga yang paling mampu menjelajah hutan jika diperlukan." Yato melirik ibu Fianna yang berusaha membantu Fianna membawa setumpuk kayu bakar. Tapi gadis kecil itu menolak dan bilang bahwa dia bisa sendiri.

"Ibu duduk saja. Ibu kan lembur semalam. Fian bisa kok."

"Oh, saya belum perkenalkan nama ibunya Fian ya?" Yato membawa tiga atasannya ke dekat wanita berambut hitam itu. "Beliau, adalah Diany Flicker. Saya biasa memanggil beliau: Bibi Diany."

Wanita yang merupakan ibu dari Fianna memiliki wajah yang manis serta berambut hitam kecokelatan---yang sekarang terikat longgar memakai jepit rambut. Dan ketika Diany menoleh ke arah mereka, empat manusia semu itu bisa melihat apa yang menjadi daya tarik Fianna ada pada dirinya.

Sepasang mata ungu berkilau yang menawan.


"Kalian tahu? Mata indah mereka itu sebenarnya hasil dari suatu kelainan langka." Sambung Yato, ingin menggugah rasa ingin tahu mereka dari pada diam menonton. 

WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang