AUTHOR' S POV
"K-komandan...?" Fianna mengucakan kata itu dengan pelan sekali. Namun karena hutan dan semua yang ada didalamnya mendadak hening, suara bisikannya terdengar membahana. Hal yang sama terjadi pada Erwin, Levi, Hanji, dan mike yang baru saja tiba disana. Mereka datang segera setelah seorang penduduk berinisiatif untuk memanggil mereka yang notabene ahli dalam hal semacam ini. Meski hanya berbeda lawan saja.
Dan mereka bersenjata lengkap.Tatapan mereka kemudian tertuju pada es dan air yang mengelilingi Fianna. "Fianna, apa yang sebenarnya terjadi disini?" Tanya Erwin pelan dan setenang mungkin. Padahal sih, ia bingung setengah mati.
"Hei, kenapa ada es disana? Ini kan' bukan musim salju?" Hanji melancarkan pertanyaan konyol untuk mencairkan suasana. Tapi itu malah membuat Fianna tertohok.
"Komandan Erwin. Gadis yang berdiri didepan anda adalah seorang penyihir yang menodai daratan ini dengan tangan dinginnya. Lihat apa yang ia lakukan pada ular-ular itu!" Manik biru pucat Erwin melirik setumpuk bangkai ular yang masih tertusuk jarum es dingin dimana-mana dan darah mereka yang mulai mengering.
"Komandan, ada yang berusaha membunuh saya dengan mengirimkan ular-ular berbisa itu! Saya hanya membela diri!" Bantah Fianna meski tak akan mengubah apapun.
"Kalau begitu mengapa ada jarum sebanyak itu ditubuh ular itu? Dan juga jarum itu tampak mencurigakan dan aneh." Cetus Levi curiga dan tak percaya meski wajahnya tetap sedatar permukaan jalan.
Bibir Fianna terkatup rapat. Manik permatanya menggelap tanda putus asa. Ditatapnya Hanji dengan penuh harap. Berharap akan seutas harapan bahwa ketua regunya itu percaya padanya. Namun wajah ceria Hanji berubah tak percaya. Bahkan yang lebih parah lagi, Levi mendorong Hanji kebelakangnya dan merentangkan tangan kanannya didepan wanita berkacamata itu.
Gawat. Benar-benar gawat. "Fianna, jika kau memang hanya membela diri, lantas kenapa kau ketakutan seperti itu?" Tanya Erwin, berusaha memahami keadaan dan kata 'penyihir'.
"Aargh!!! Kalian terlalu lama bicara!!" Duar!! Tembakan dilepas kearah Fianna yang kaget dan langsung menghalau peluru dengan tangan kosongnya. Tapi peluru itu mengenai sebuah dinding es kecil yang tebal---menghalangi timah panas itu meledakkan wajah cantik Fianna. Semuanya tercengang dan bahkan ada yang memekik seram.
"Nona, anda baik-baik saja?" Setelah putus kontak selama beberapa menit, Mizukiba kembali muncul untuk menyelamatkan sang inang.
"Fi-Fianna... apa yang kau lakukan...?" Suara Hanji yang setengah ngeri dan setengah tak percaya membuyarkan lamunan Fianna. Gadis itu baru sadar bahwa Mizukiba bukan hanya sekedar membangun dinding es kecil yang tebal untuknya. Tapi dia juga nyaris menusuk leher semua orang yang ada disana dengan membuat serangan kerucut tajam es yang mengarah langsung ke leher semua orang. Hanya sekitar beberapa inchi jarak antara ujung tajam yang dingin itu dengan permukaan kulit manusia yang hangat.
Semuanya, termasuk Erwin sendiri.Spontan mereka menjauh agar leher mereka tak terkoyak dan langsung mengarahkan garpu rumput, obor api, pisau, senapan, dan pedang---terkhusus para pejabat pasukan pengintai. "Penyihir... anak itu benar-benar seorang penyihir hina!!"
"Tak kusangka ada penyihir didalam dinding..."
"Mengerikan sekali..."
"Dia harus dibakar atau dipenggal!"
Bisikan semacam itu terus menguar diantara mereka dan Fianna menatap semua atasannya dengan penuh penyesalan. "Maafkan aku!! Masih sulit untuk mengendalikannya tapi aku janji tidak akan melukai siapapun!" Pekik Fianna penuh sesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)
FanfictionFianna Hyacinth Ackerman, adalah keturunan murni klan Ackerman. Gadis bermata ungu muda serta gemar memakai pita yang berwarna sama dengan matanya itu, adalah cucu dari Levi Ackerman, Sang prajurit terkuat dimasa lalu saat titan masih meneror pulau...