AUTHOR'S POV
Setelah Fian dan rekan-rekannya kembali dari misi menegangkan itu, terdengar desas-desus aneh disepanjang koridor. Bisa saja Yato tak menghiraukannya, tapi topik pembicaraan mereka menodong Fianna bagai kriminal sadis tanpa ampun.
"Hei, itu dia. Gadis aneh yang diterima disini tanpa melewati pelatihan tiga tahun." Seorang prajurit menyikut rusuk lawan bicaranya untuk meminta perhatian.
"Waaah... enak ya... diterima tanpa seleksi. Aku pun mau menjadi kriminal sepertinya jika itu benar..." lawan bicaranya berbicara cukup keras dan mau tak mau telinga tajam Fianna mendengarnya. Bukan hanya Skuad Levi yang melakukannya --mereka bahkan hanya menatap dan diam-- tapi nyaris seluruh prajurit disini menganggapnya kriminal.
"Jangan didengar, Fianna." Bella menyentuh bahu gadis berambut hitam kecokelatan itu, yang berjalan tepat disampingnya dalam diam.
"Yeah, mereka itu otaknya sekecil matanya. Jelas saja bicara tanpa berpikir." Tambah Faro kasar.
Yato yang telinganya sudah panas terpaksa nurut dipelototi Fianna dibalik rambutnya agar tak melunjak. Dari relung hatinya, lelaki berdarah biru itu tak tahan ingin mematahkan rahang mereka karena bicara sembarangan. Fianna itu bukan kriminal, dia hanya gadis yang memiliki banyak luka. Tragedi serta insiden brutal nan sadis yang tersaji didepan matanya telah memaksa Gadis Ackerman itu dewasa terlalu cepat dan dicekoki kenyataan pahit. Anak seumuran dengannya saat itu seharusnya bisa tertawa, merutuki PR yang segunung, dan bersenda gurau dengan bebas bersama anak 7 tahun lainnya. Bukannya berhadapan dengan daging terkoyak, mata yang tercongkel, serta kubangan berdarah anyir.
Mereka semua terus menyuarakan keberatan mereka terhadap eksistensi Fianna yang tak bisa dipungkiri lebih unggul dari semua prajurit junior. Bahkan ada yang melempari kerikil pada gadis itu. Puncak dari segala keruwetan situasi ini adalah pada saat makan malam. Fianna yang memang telinganya telah mati suri sejak lama-pun merasa terusik dan lama kelamaan mengalami tremor yang terus menghantuinya. Gemetar dan kehilangan pegangan terhadap seserpih kepercayaan diri. " .... Oh, itu dia Si Kriminal hitam kita. Bagaimana harimu, sayang?" Tanya Samuel meledek.
"Pastinya buruk. Karena tak bisa melakukan tindakan berbahaya yang menarik perhatian, iya kan Fianna?" Sergah Dirk, penuh sindiran.
Mereka semua mulai saling melempar ledekan dan tuduhan tak berdasar pada Fianna, yang terdiam dan memegang pahanya kuat-kuat. Andaikan wajahnya tak tertutupi, semua prajurit pasti akan melihat seraut wajah cantik yang menginginkan kematian menyambarnya sekarang. Hati rapuhnya, yang sekarang hanya terdiri dari sebidang kecil ruang yang masih hidup terasa akan retak saking besarnya tekanan yang ia terima. Dan ketika Erwin, Levi, Hanji, dan Mike datang ke aula, Fianna menggebrak meja lalu menatap sekelilingnya. Lalu mereka semuanya melihat sesuatu yang tak terduga telah terjadi.
Air matanya telah jatuh.Gadis 14 tahun itu langsung berlari pergi dengan frustasi ke luar aula, meninggalakan audiens tertegun dan tercenung. Ketika Bella hendak bicara, ada teriakan murka dan emosi yang menyebar diudara, "SUDAH CUKUP!!"
BUAAK!! Yato menendang Samuel dan semua prajurit yang buka mulut tadi dengan telak. "Aku sudah menahan diri sejak tadi. Dan perlu kupertegas pada kalian bahwa Fian-lah yang telah menyelamatkan kalian dari kemarahanku selama 4 jam terakhir!!"
"Yato!!" Faro bergegas menahan lelaki berambut pirang keemasan itu dari keinginan membunuh Samuel dan rekannya, sementara beberapa prajurit membantu korban kaki keras Yato. "Tahan emosimu, kawan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)
ФанфикFianna Hyacinth Ackerman, adalah keturunan murni klan Ackerman. Gadis bermata ungu muda serta gemar memakai pita yang berwarna sama dengan matanya itu, adalah cucu dari Levi Ackerman, Sang prajurit terkuat dimasa lalu saat titan masih meneror pulau...