Pertempuran yang tak terelakkan

651 117 9
                                    

YATO' S POV

Jrass!! Pedang tipisku berayun mengoyak daging panas ditengkuk titan. Membuatku terciprat darah mereka yang anyir. "Winston, bantu regu Dirk disisi sayap kanan formasi!!" Komando Kapten Levi.

"Baik!"

Kami sudah pergi dari kota keluar dinding sedari pagi dan sedang berusaha mengamankan jalur kepulangan. Aku---yang bertugas sebagai prajurit garis depan--- diminta untuk terus bertarung dan mengulur waktu selama mungkin. Mengulur waktu bukan berarti aku harus tertinggal dibelakang. 'Jika memungkinkan, hindari pertarungan dengan titan lalu berkudalah diformasi.' Itu kata Ketua Hanji.

Jrass!!! "Terima kasih, Senior Winston!" Teriak Springer padaku setelah berhasil menyelamatkannya dari cengkeraman titan.

"Dimana Blouse? Biasanya kalian bersama."

"Sasha sedang membantu dibarisan belakang bersama Ymir, Senior."

"Baiklah. Tetap waspada, Springer!"

"Baik!"

Peranku menjadi senior bagi mereka para anak baru pasti efektif untuk memberi komando dasar. Karena mereka yang kuminta untuk membantu mengamankan jalur pelarian tak pernah memprotes atau mempertanyakan keputusanku.

Kudaku---Callus, terus berlari mengikutiku. "Terima kasih kawan."

Pekikan senangnya terdengar ketika aku membelai surai gelapnya. Titan masih terlihat, tapi jarak mereka tak mengkhawatirkan sekarang. "Kerja bagus, Winston. Kembalilah ke posisimu." Ujar Kapten Levi.

Posisiku sekarang naik dari junior, ke prajurit elit pasukan pengintai. Nyaris setara dengan Senior Nanaba, dan rekan-rekan lainnya. Komandan menaikkan pangkatku karena melihat nilai akademis dan kecepatan berpikirku. Dulu waktu aku masih kecil dan naif, aku sempat ingin masuk ke militer karena melihat betapa kerennya kakak laki-laki Fian. Tapi seiring waktu aku merasa itu tidak mungkin karena aku harus menggantikan posisi duke ayahku nanti.

Kalau Fian? Well, kalau dia mungkin akan berada diposisi yang sama denganku jika saja ia tak mengalami insiden itu. Bahkan mungkin lebih tinggi lagi karena kemampuan bertarungnya setara dengan Kapten Levi.

Aku kembali berkuda dibelakang Komandan Erwin. Tepat disamping Ketua Mike yang terus mengendus curiga. "Regu sayap kanan siap melanjutkan misi, Komandan." Laporku cepat.

"Laporanmu diterima. Kerja bagus."

Kami masih butuh 1 jam untuk mencapai gerbang pertama dan jelas ada kemungkinan hambatan seperti gerombolan titan yang mendadak datang dari arah depan. Jadi aku bersiaga dengan pedang dikedua tanganku dan menatap nyalang seluruh penjuru angin.

Padahal yang seharusnya kukhawatirkan adalah mereka yang ada di dalam dinding.

....

AUTHOR' S POV

Sementara Pasukan Pengintai pergi melaksanakan ekspedisi, sesuatu yang buruk terjadi. Tepat satu jam mereka berangkat, kejadian lama terulang kembali. Semuanya berawal dari rutinitas pagi biasa para penduduk. Tenang, dan dipenuhi canda-tawa mereka.

"Oi penyihir, kita harus segera berangkat sekarang!" Teriak penjaga yang membangunkan fianna---meski dia sudah bangun lebih awal.

Rantai yang mengaitkan gadis malang itu ke dinding batu dilepas dan disentak agar ia mulai berjalan. Persis seperti hewan peliharaan. Dengan lemah Fianna bangkit dan mulai melangkah berat karena seluruh badannya pegal dan berdenyut protes. Kemarin ia dihukum habis-habisan karena mencoba menyapa anak jalanan yang kurus dan butuh makanan.

WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang