Pasukan pengintai

1.6K 262 16
                                    

FIANNA'S POV

Kami diminta untuk berganti baju dan memakai seragam pasukan pengintai. Sebenarnya, yang membuat mereka dikatakan 'seragam' adalah rompi berwarna cokelat terang dengan lambang Jiyuu no tsubasa (sayap kebebasan). Dalaman yang kami pakai boleh bebas asal konsepnya kemeja atau kaus. Kuputuskan untuk memakai dalaman kaus hitam ringan dan berkerah untuk tempat memasang kalung unguku. Kalung itu hanya bisa dipakai saat mengenakan baju berkerah karena modelnya sama dengan kalung hijau milik Komandan Erwin. "Hmm... kau tampak sangat cocok mengenakan pakaian prajurit itu."

Suara Ryo tiba-tiba muncul dan dia melayang-layang disampingku. "Kau harus mengetuk pintu dulu." Kataku ringan.

"Aku ini roh bulan, Fianna. Aku akan selalu menembus sesuatu yang kulewati." Cetusnya, nyaris terdengar iri.

"Tapi kau bisa menyentuhku."

"Itu karena kita terikat, sobat." Ryo melayang terbalik dan rambut panjangnya tergerai kebawah. Iris merah mudanya menatapku lekat-lekat, " aku tak menyangka kalian membiarkan Komandan itu merekrut kalian seenaknya."

"Tak ada pilihan lain." Kutatap pantulan ragaku dicermin asrama, semuanya sempurna. Hanya saja, wajahku tertutupi oleh rambut. Tapi aku tak berusaha memperbaikinya. "Lagi pula, kau meminta kami untuk mewaspadai area luar dan mencari cara untuk menyelidikinya tanpa menarik perhatian. Bukannya ini hal yang pas untuk itu?"

"Iya juga sih. Tapi, kurasa berlebihan jika kalian harus menjadi prajurit yang melawan makhluk aneh itu." Telinga kelinci berkedut bingung, "kalian 'kan bisa menyelinap keluar saat malam?"

"Selama aku hidup disini, aku melihat para penjaga yang disebut 'garnisum' yang selalu berpatroli diatas dinding. Jadwalnya tak memiliki celah seperti jadwal pekerja lain. Akan sulit mengendap-endap melewati mereka." Terangku panjang. Beberapa malam sebelumnya, disaat mataku terlalu takut untuk menutup, aku memerhatikan bagian atas dinding dan menganalisis pergantian Shift yang mungkin memiliki celah. Tapi mereka sangat terampil.

"Kau hebat dalam hal beginian ya." Celetuk Ryo. "Apa itu karena ayahmu bekerja sebagai Intel Negara?"

Dia tahu. Dia tahu ayahku bekerja ditempat yang amat beresiko itu. "Mungkin."

Cklek... Ketua Hanji kembali datang dan memandangiku. Sejenak aku panik karena mungkin saja dia melihat Ryo melayang-layang beberapa senti dariku. Tapi, yang terjadi malah... "Fianna, ayo bergegaslah. Kau dan Yato harus mendatangi kantor Erwin secepatnya."

Setelah itu, ia pergi. Apa dia tak melihat Roh Bulan yang ada disampingku ini? "Hei, kenapa ia tak melihatmu?"

Ryo menegakkan badannya dan tersenyum bangga, "aku bisa mengatur siapa saja yang bisa melihatku. Tadi, dia tak bisa melihatku karena aku tak ingin dilihat olehnya."

"Oh." Jawabku. Aku beranjak keluar dan Ryo terus mengikutiku. Semula aku terganggu --terutama karena dia jadi terlihat seperti hantu- tapi lama-lama aku mulai bisa mengabaikan keberadaannya.

Di lorong asrama, aku bertemu Yato yang sedang berjalan bersama Kapten Hanji. Aku bisa melihat mereka berinteraksi dengan baik. Berbeda denganku yang penyendiri, Yato punya kepribadian yang cerah dan ramah. Kurasa itulah sebabnya dia terkenal disekolah kami. "Hai, Fianna!! Sudah siap untuk pergi?"

"Ya." Kapten Hanji merangkulku dan mendorongku untuk berjalan disampingnya sementara dia berceloteh tentang titan. Dari caranya menceritakan makhluk buas itu, aku menyadari satu hal yang aneh.
Dia adalah penggila titan sekaligus 'ilmuwan' yang mempelajari mereka.

" .... bisakah kau percaya itu, Yato? Mereka nyaris menggigit kepalaku saat aku memperhatikan gigi mereka. Benar-benar lucu sekali!!" Celoteh Kapten Hanji. Wanita seperti dia memang sangat membantu untuk perjuangan pasukan pengintai. Prajurit yang bergerak tanpa rasa takut pasti jarang ada, dan aku tahu mengapa wanita berkacamata itu bisa berada dipasukan ini lebih lama dari siapapun.

WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang