AUTHOR'S POV
Pagi-pagi sekali, Fianna sudah berada di aula kosong HQ dengan mengenakan seragam lengkap dan jubah ekspedisi hijau berlambang sayap kebebasan. Gadis itu masih tak ingin makan bersama prajurit lainnya dan memilih untuk makan sendirian bertemankan langit subuh temaram. Tapi hari ini, Yato datang menemaninya. "Seandainya aku bisa ikut, aku pasti bisa menemanimu selama tiga hari disana. Kau takkan kesepian."
Fianna melempar senyum kecil lalu lanjut mengunyah roti bersama sup kentang. Sarapan biasa yang selalu disajikan disana. "Aku akan baik-baik saja."
"Yeah, aku yang takkan baik-baik saja. Faro masih suka meledekku setelah kejadian kemarin." Rutuk Yato pelan.
Fianna menghabiskan sarapannya dan berusaha untuk terlihat segar saat Ketua Hanji memanggilnya untuk diskusi singkat. Sesungguhnya, dia tak bisa tidur tadi malam dan hanya menatap langit gemintang malam. Memandangi Ryo duduk disinar rembulan, mengawasi dirinya yang sesekali berharap Ryo melihat rasa bosannya.
Menjelang keberangkatannya, Yato, Bella, dan Faro datang melihat Fianna bersiap disamping kudanya. Bella tampak cemas saat tahu kalau Fianna tak membawa peralatan medis untuk dirinya sendiri. Gadis dengan manik Hazel keemasan itu memberikan kantong pinggang yang berisi alat-alat dan obat untuk pertolongan pertama, " ....lebih baik berjaga-jaga, Fianna." Katanya.
"Terima kasih, Bella." Fianna menerima pelukan Bella dengan senang hati dan juga ia membalas rangkulan Faro.
"Tebas tengkuk mereka, sobat. Aku yakin kau akan membantai mereka dengan cepat." Ujar Faro, yang lalu menyikut Yato dengan iseng. "Hei, peluk istrimu ini. Dia mau berangkat pergi loh."
"Diam kau!" Yato menyikut Faro balik, tapi lebih keras. " Fianna, berjanjilah padaku. Kau akan pulang dengan selamat... "
Fianna mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Yato untuk membuat janji, "aku janji."
Dan ketika gadis pemburu itu harus pergi, mereka bertiga berteriak, "Sampai jumpa Fianna!!", tepat disaat kudanya melesat pergi. Mengikuti sang komandan ke luar dinding demi misi besar.
"Kau punya teman-teman yang baik." Celetuk Petra, yang hanya berkuda sejauh 50 senti disamping Fianna. Ya, gadis berambut oranye kelam itu ikut dalam pelaksanaan misi ini. Walau syok-nya masih bersarang tepat dijantung.
Ada 35 orang termasuk Erwin yang pergi. Tapi angka itu takkan bertahan lama saat misi ini berakhir. Dan Fianna tahu bahwa ia-pun berpotensi gugur dalam observasi khusus ini. "Jangan pesimis, Fianna." Ryo tiba-tiba melayang disamping Fianna dan menatap gadis itu serius. "Aku tepat disampingmu jika kau butuh."
Fianna berpindah posisi ke bagian belakang agar tak dicurigai sebagai orang gila. "Apa Yato menyuruhmu melakukan ini?"
"50% iya, dan sisanya karena aku sendiri." Katanya jemawa. "Ada aura aneh dihutan tempat kau dan orang-orangmu pergi. Terasa seperti ada roh yang bersemayam disana. Akan kita ringkus dia jika kecurigaanku terbukti."
"Baiklah, Sherlock Holmes." Jawab Fianna. Dia bilang begitu karena Ryo terdengar seperti tokoh utama dari novel besutan Conan Doyle itu. Roh rembulan itu jelas tak paham apa yang Fianna bicarakan, tapi memilih diam dan mengawasi sekitar.
Suara derap kuda yang menghantam tanah kering, melewati dataran padang rumput luas, semuanya tenang hingga ada tiga titan yang datang mengancam 35 orang didalam Skuad gabungan. Tanpa perlu diperintah, Mike bersama Nanaba dan Gelgar bergerak gesit menghabisinya. Fianna yang hanya merupakan prajurit lini belakang diperintahkan untuk menjaga bagian ekor formasi. Diam dan memperhatikan dengan seksama. Mempelajari setiap gerakan baru baginya dan berjanji akan mencoba untuk menggunakannya dipertarungan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)
FanfictionFianna Hyacinth Ackerman, adalah keturunan murni klan Ackerman. Gadis bermata ungu muda serta gemar memakai pita yang berwarna sama dengan matanya itu, adalah cucu dari Levi Ackerman, Sang prajurit terkuat dimasa lalu saat titan masih meneror pulau...