FIANNA' S POV
Denyut. Denyut aneh itu terus menusuk permukaan luka gigit di pangkal lengan kiriku. Bahkan nyeri itu muncul tiba-tiba saat aku melompat dari atap ke atap. Membuat kepalaku sakit dan kehilangan keseimbangan.
Jatuh. Aku jatuh bebas ke bawah.
Setidaknya itu yang kupikirkan ketika ada yang menabrakku dan menggendongku melesat diangkasa. Potongan rambut itu. Iris tajam itu. Dan suara bariton halus yang berkata, "Apa yang kau lakukan disini, pita sialan?!"
Levi Ackerman. Kakek buyutku.
"M-maaf Tuan Acker---"
"Kapten. Tolong jangan panggil aku seformal orang kerajaan." Potongnya kesal. "Kau ini orang biasa tapi sikapmu sudah seperti bangsawan serakah itu."
Kurasa pandangannya terhadap pihak kerajaan sudah diracuni karena besar di kota bawah tanah. Tapi aku bersikap seperti itu karena terbawa ajaran Bibi Irina---ibunya Yato--- beliau bilang seorang perempuan harus bicara sopan dan indah.
"Kapten... tolong turunkan saya. Saya bisa jalan sendiri." Ujarku.
Dia mendarat ringan diatas atap dan menurunkanku dengan hati-hati. Lantas mengernyit melihatku kepayahan. Ya, aku belum terbiasa dengan berat badanku yang berat sebelah semenjak aku cacat. "Dengar Pita, kuhargai segala hal yang kau lakukan demi distrik ini. Tapi kau tak perlu ngotot menjalankan misi. Kau pikir kami selemah apa hingga perlu bantuan sihir anehmu itu?"
Aku tak pernah sekalipun meremehkan daya tempur pasukan ini. Berdasarkan sejarah, mereka ini adalah manusia pemberani dan kuat sekali. Bukannya pengecut yang hanya tahu bersembunyi didalam dinding bagai ternak tak berharga.
"Bukan begitu. Tapi titan akan terus datang jika kita tak menambalnya. Dan Jaeger belum mampu mengeraskan kulitnya." Kutatap ia seraya menyipitkan mataku dengan tajam. Sedikit kesal dengan penuturannya itu. "Jika anda punya rencana yang lebih baik, saya siap mendengarnya." Desisku.
Kakek diam. Aku menang telak soal ini dan dia tak mengehentikanku dari berjalan pergi seraya menggerakkan air. "Kau bisa mati, bodoh." Ujarnya pelan. "Kau beruntung karena titan itu hanya memakan lengan kirimu. Selanjutnya kepalamu yang akan dikunyahnya."
Perhatianku yang tadinya tertuju pada lubang di dinding, sekarang kembali padanya. Kakek tampak cemas luar biasa melihat sisa lengan kiriku yang membeku merah. "Saya baru tahu anda sepeduli ini pada saya, Kapten."
"Aku peduli pada kalian semua." Balasnya cepat. "Dan kau tahu? Aku benci kematian tanpa arti."
Aku diam sejenak, menatap langsung manik gelap kebiruan milik kakek. Apa dia akan berpendapat seperti itu tentang kematian keluargaku? Yang mati tanpa arti ditengah musim salju? "Ada artinya atau tidak, kita semua akan mati. Tak ada yang bisa lari dari cengkeraman malaikat maut."
Hening menyelimuti kami, dan hanya angin dan suara pedang menebas titan yang terdengar. "Memang benar. Tapi bukan berarti kita harus pasrah ketika diujung tanduk. Kadang kau harus menyelamatkan dirimu sendiri dan hidup selama yang kau bisa. Meraih impian."
Kuedarkan pandanganku ke setiap sudut. Rumah yang hancur. Asap yang membumbung tinggi. Darah panas yang terciprat. Para penduduk yang lambat mengevakuasi. Satu kata yang muncul dikepalaku ketika melihat ini semua. Menyedihkan.
Karena itu aku berkata, "memangnya ada impian yang pantas diperjuangkan didunia ini?"
Dia pasti mengerti. Orang yang jalan hidupnya sekeras itu mana mungkin tak paham apa yang kumaksud. Setiap hari bangun dan berharap dia takkan mati kelaparan hingga ia terbangun lagi esoknya. Berulang-ulang seperti lingkaran penderitaan yang tak punya jalan keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)
FanfictionFianna Hyacinth Ackerman, adalah keturunan murni klan Ackerman. Gadis bermata ungu muda serta gemar memakai pita yang berwarna sama dengan matanya itu, adalah cucu dari Levi Ackerman, Sang prajurit terkuat dimasa lalu saat titan masih meneror pulau...