AUTHOR' S POV
"Panglima, saya minta pada anda untuk memberikan keringanan pada Nak Fianna. Karena apa yang ia dan Nak Yato lakukan sangatlah terpuji dan penuh dengan rasa kemanusiaan." Hazel menutup pembelaannya dengan harapan tinggi pada Panglima itu.
"Baiklah. Terima kasih Nyonya Dürst atas kerja samanya." Balas Zackley tenang. Iris kelabu pria tua itu melirik sang terdakwa yang masih tertunduk pilu. "Kulihat kau cukup berdedikasi pada kerajaan dan masyarakat, apa kau punya bantahan mengenai itu?"
Fianna menggeleng. "Tidak." Ujarnya serak.
"Pihak pembela?" tanyanya lagi.
"Tidak, panglima." Jawab Erwin.
"Pihak penuntut?"
Ada hening yang panjang karena Nile ragu. Tapi pada akhirnya ia menjawab, "tidak Panglima."
"Bagus. Keputusan akhir dari sidang ini akan kudiskusikan bersama dewan kerajaan dan akan diumumkan disini setelah istirahat sejenak." Diliriknya jam dinding yang menunjukkan pukul 12.34 siang. Jika sidangnya berlangsung lama, pihak yang mengkoordinir sidang tersebut bisa meminta jeda dan terdakwa akan dikembalikan ke selnya.
"Berdiri!" Penjaga menyentak rantai yang mengait ke belenggu leher Fianna. Menyebabkan ia tertarik paksa kebelakang dan terjatuh.
"Ukh..." rintih Fianna.
Yato yang melihat ini langsung naik darah. "Jangan paksa dia seperti itu, keparat!!"
Sang penjaga mau meneriaki dia balik, tapi Fianna memotongnya. "Tidak. Tidak apa-apa Yato. Aku baik-baik saja."
Sebagai penegasan, gadis yang terluka itu berdiri dengan gemetar dan mengangguk pada penjaganya. Seakan beujar untuk membawanya kembali ke selnya yang dingin dan berudara lembap. Ia berbalik untuk mengimbangi langkah penjaga agar lehernya tak tertarik.
Tidak. Yato tidak tahan lagi. "MENGAPA KAU SELALU BEGINI?!! KENAPA TERUS SAJA MENANGGUNG SEMUANYA SENDIRIAN?!!!" Fianna dan penjaganya berhenti. Terdiam karena mendengar teriakan tak terima Yato. "Padahal kau tak salah... sama sekali tidak bersalah... kenapa Fianna...?"
Sepasang iris sebiru lautan Sycassia itu berurai air mata. Sama halnya yang terjadi dengan pemilik manik permata ungu yang nyata itu. Tapi dia tak boleh gentar. Ia tak boleh hancur sekarang. Biarlah itu terjadi ketika hukumannya datang mengetuk pintu umurnya.
....
YATO' S POV
Fian pergi. Dia lepas dari genggamanku seperti Hyacinth yang layu. Dia dulu selalu bilang kalau aku persis seperti matahari. Sinarnya hangat dan selalu membawa kegembiraan pada mereka yang baik. Dan dia adalah bunga yang bergantung padaku, menjadikanku salah satu komponen penunjang kehidupan. Awalnya kukira itu hanya pujian semata. Tapi ketika aku cukup dewasa untuk mengerti perkataannya, disitulah aku mulai selalu menempel padanya.
Aku adalah alasan dia masih hidup hingga sekarang.Terdengar sombong, tapi bukan aku yang berkata sedemikian melankolisnya. Fian yang bilang begitu, meski secara tidak langsung diumurnya yang terbilang muda sekali. Dia adalah bunga Hyacinth, sementara aku mataharinya. Sederhana dan kekanak-kanakan, tapi maknanya dalam diantara kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)
FanfictionFianna Hyacinth Ackerman, adalah keturunan murni klan Ackerman. Gadis bermata ungu muda serta gemar memakai pita yang berwarna sama dengan matanya itu, adalah cucu dari Levi Ackerman, Sang prajurit terkuat dimasa lalu saat titan masih meneror pulau...