LITTLE FIANNA'S POV
Mereka bohong. Paman Alta dan Bibi Irina bohong atas segalanya. Ibuku tak ada disini karena beliau memang sudah tak ada. Harry, Natha, Nat, dan Jane... mereka juga pergi bersama ibu. Kenapa mereka bohong?
"Kenapa kalian bohong?" Ujarku perlahan saat mereka masih diambang pintu kamar pasien ku. Sengaja ku singkap baju atasanku untuk memperlihatkan luka-luka itu. Agar mereka mengerti betapa pentingnya hal ini. Kebenaran itu... harus kutelan meski pahit. "Kenapa... paman dan bibi bohong...?" Isakku kemudian.
Rasa sesak didada ini makin memburuk ketika mereka terdiam. Tampak sangat terkejut ketika tahu aku langsung sadar. "F-Fian sayang..."
"Ibu sudah tewas saat itu kan? Adik-adikku juga tewas akibat tragedi itu... aku langsung ingat ketika melihat luka-luka ini..."
Dari ekor mataku... aku bisa melihat Yato diseret mundur kebelakang paman Alta. Tampak jelas cemas aku akan lepas kendali... seperti saat aku membantai orang-orang dirumah ku... "Nak, kami tak bermaksud---"
"Fian... Fian yang membunuh mereka semua kan? Orang-orang berjas hitam itu... Fian yang membunuhnya." Jerit tangis seseorang yang jantungnya kukeluarkan dari dadanya saat itu memenuhi kepalaku. Selimut putih yang kukenakan memerah dan ada seonggok tubuh termutilasi disana.
Semuanya berubah mengerikan disaat kilas balik itu muncul.
"Itu bukan salahmu---"
"Ini salah Fian..." gumamku menolak. "Buktinya sudah cukup... Fian sudah membunuh mereka..."
"Apa yang kau bicarakan nak?" Tanya bibi bingung. Ku tunjukkan dua tanganku yang basah karena darah. Mereka menetes ke lantai dan mengotori karpet.
"Darah... ada darah ditangan Fian... Fian sudah membunuh mereka..."
Mereka makin bingung. Kenapa? "Tak ada apa-apa ditanganmu Fian... Bersih, tak ada darah disana." Kata paman pelan.
Bagaimana bisa? Jelas-jelas darah membanjiri tanganku. Apa aku mulai halusinasi? Mimpikah yang kulihat? Tapi cairan ini sekental dan seanyir darah asli... mana mungkin salah... "Fian... tenanglah..."
Aku baru sadar kalau aku bergerak-gerak gelisah. Aku sudah terduduk dilantai... bukannya aku tadi di atas ranjang? "Darah... lantainya banjir darah..." desisku. Lantainya basah... licin...
"Irina, bawa Yato keluar." Diantara jeritan yang memenuhi kepalaku, bisa kudengar suara Paman memerintah Bibi. Banyak perawat yang mengelilingiku. "Fian, kau akan baik-baik saja. Biarkan mereka membantumu."
Baik-baik saja? Aku tak akan bisa baik lagi setelah ini. Tak ada ayah. Tak ada ibu. Tak ada adik laki-laki. Tak ada adik perempuan. Tak ada rumah. Mana ada yang baik-baik saja dari itu semua...
Aku mulai berontak. Menendangi tangan-tangan yang meraihku dengan kalap. Mereka takkan mengerti apa yang kurasakan. Tak ada yang bisa mengerti aku soal ini. Baik Paman, Bibi, dan Yato tak pernah mengalami apa yang kurasakan. Mereka takkan mengerti.
Aku mulai mengantuk. Kenapa? Ada jarum dilengan atasku. Cairan bening ditabungnya sudah hilang. Bius... aku di bius... perawat sial...! Biarkan aku pergi dari kegelapan itu. Aku tak ingin berada disana mendengar jeritan-jeritan itu. Diujung jantungku kudesahkan satu kalimat dramatis.
"Jangan tinggalkan aku sendirian disini..."
....
AUTHOR' S POV
"Inilah yang bakalan terjadi jika anak itu lepas kendali." Ujar Yato sambil berjalan melewati beberapa perawat yang terkapar akibat serangan mendadak Fianna kecil. Pria bangsawan itu berdiri ditengah-tengah dan berbalik. "Senjata kuat yang Beast inginkan... sudah siap dipakai."
KAMU SEDANG MEMBACA
WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)
FanfictionFianna Hyacinth Ackerman, adalah keturunan murni klan Ackerman. Gadis bermata ungu muda serta gemar memakai pita yang berwarna sama dengan matanya itu, adalah cucu dari Levi Ackerman, Sang prajurit terkuat dimasa lalu saat titan masih meneror pulau...