Pengakuan

770 123 1
                                    

FIANNA' S POV

               Aku terbangun akibat suara renceng rantai besi. Entah apa yang membuat rantai itu bergerak segelisah itu. Tapi semuanya gelap. Tak ada sedikitpun cahaya ditengah kegelapan maha luas yang terbentang di pandanganku. Hingga kusadari, mataku ditutup. Oleh kain halus yang terasa tebal. Atau karena kainnya panjang hingga dilapis berkali-kali. Posisiku duduk diatas kakiku sendiri. Bersimpuh sedemikian rupa dan ada rantai yang membelenggu kedua tanganku dibelakang.
               Rupanya aku-lah yang menyebabkan suara rantai tadi.

                Melihat keadaanku sendiri, mungkin aku berada di sebuah penjara. Dingin. Lembap. Dan sunyi. Ketiga fakta itu memberitahu semuanya.
                 Aku sedang berada dipenjara bawah tanah.
 
                 Tang! Tang! "Kau sudah sadar?" Ada yang bicara setelah mengetuk sesuatu yang berbahan besi dua kali. Suaranya bergema di dinding. Suara berat yang kentara sekali akibat kebanyakan minum alkohol. Kutebak dia merupakan pejabat penting. Pihak kerajaan yang akan mengeksekusi-ku mungkin?

                "Siapa... siapa disana?" Kataku gugup.

                "Perkenalkan, aku Nile Dawk. Aku sudah tahu namamu, jadi tak perlu mengatakannya lagi." Aku diam saja. Rantai besi yang mengikat tanganku dingin sekali, dan sudah lebih dulu membuatku pusing. "Prajurit Fianna Hyacinth. Anggota regu khusus dari Ketua sesi Hanji Zoë. Salah satu prajurit elit dipasukan pengintai. Prestasimu cukup mencengangkan tapi apa yang terjadi tiga hari yang lalu benar-benar kacau. Cukup kacau hingga kekuranganmu lah yang terekspos sekarang ini."

                 Tiga hari yang lalu? Apa aku pingsan selama itu? "Apa yang terjadi pada saya?"

                 Aku bisa mendengar helaan napas kesal dari Tuan Dawk. Aku tahu siapa dia. Sama seperti Komandan Erwin, beliau adalah salah satu orang penting di bidang pertahanan dan militer Paradis. Hanya beda yurisdiksi saja. Tuan Dawk memimpin di Polisi militer.

                 "Kau mencoba kabur dimalam itu. Unit bala bantuan terpaksa membiusmu dari kejauhan." Jawabnya cepat. Kemudian suara kursi kayu berderit terdengar, mungkin ia baru saja duduk. Atau baru saja berdiri dari duduknya. Kenapa mereka harus menutup mataku seperti ini? "Dan dosisnya yang cukup tinggi membuatmu tak sadar selama tiga hari. Jadi, apa kita bisa bicara soal kejadian itu, penyihir?"

                 Penyihir. Julukan itu memang pantas karena apa yang bisa kulakukan tidaklah normal. Tapi pilihan apa lagi yang ku punya? "Tolong berhenti memanggil saya seperti itu. Karena apa yang saya lakukan bukanlah mengaduk ramuan aneh diatas panci besar dan membaca mantra dari buku tebal berdebu." Ujarku pelan. "Hidung saya juga tidak bengkok."

                 "Itu menurut cerita dongeng anak-anak. Kita sedang bicara soal realita. Meski apa yang kau lakukan tidak logis." Ujarnya tenang. "Orang-orang biasa berkata demikian hanya untuk mempermudah pemahamannya tentang apa yang terjadi. Menyensor otak mereka dengan beranggapan bahwa apa yang kau lakukan adalah sihir."

                "Karena kita manusia. Selalu berbohong bahkan pada diri sendiri." Kemudian aku teringat sesuatu, "tapi tunggu, kalian tak lagi menganggapku manusia, iya kan'?"

                Tuan Dawk kedengarannya tersenyum, karena ada suara helaan yang biasa keluar saat menahan tawa. "Bagi orang-orang. Termasuk aku secara pribadi. Menurutmu membuat seseorang membeku dan membuat air melayang adalah perbuatan seorang manusia?"

                 Aku diam sebentar sebelum menjawab, "tidak. Manusia takkan melakukan hal seperti itu."

                  "Jadi, jika aku bertanya, 'kau ini apa?', apa yang akan kau katakan?"

WOUNDED FLOWER (Attack On Titan X OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang