lone wolf; 8

2.1K 264 14
                                    

Esok harinya, Hangyul benar-benar mendapatkan kelas. Setelah sarapan, dirinya langsung digiring menuju ruang belajar.

Seungyoun sendiri sudah pergi, turun langsung ke desa karena suatu masalah. Saat ini dirinya ditemani oleh Kim Wooseok, putra penasihat kerajaanㅡ yang nantinya juga akan menjadi penasihat kerajaan ketika Seungyoun naik tahta.

Pelajaran pertama, tata krama. Hangyul diajari hal yang sederhana, seperti tata cara makan yang benar. Sebuah kain harus ditaruh diatas pahanya, lalu mulai makan dari sendok yang paling luar.

Sedikit menyulitkan. Terlebih Hangyul yang tidak terbiasa dengan ini semua. Semasa hidupnya, ia hanya mengenal satu sendok yang dipakai untuk menyantap makanan itu. Tidak ada sendok untuk makanan pembuka, inti, penutup dan lainnya.

"Tuan, emm maksudku Hangyul, sudah saatnya untuk camilanmu" ucap Wooseok setelah seorang pelayan masuk dan menaruh nampan berisi kue-kue manis

"Apa kerajaan selalu seperti ini? Maksudku, selalu ada jam untuk makan camilan dan panggilan yang menunjukkan derajat seseorang lebih tinggi?" tanya Hangyul, berjalan menuju piano yang terdapat di ujung ruangan

"Kamu masih belum terbiasa ya?"

"Semuanya sangat tiba-tiba menurutku, maksudku, aku menjalani hidup yang biasa saja sebelum ini. Tidak ada orang yang peduli bahkan meremehkanku, dan seketika kau menempati posisi tertinggi, apa bisa aku terbiasa? Kau mengerti kan?"

"Aku mengerti, Hangyul, tapi cepat atau lama kau akan terbiasa dengan ini semua. Dan jika pangeran tau aku memanggilmu seperti ini, dia bisa saja membunuhku"

"Dia tidak akan melakukannya"

Hangyul mulai menekan tuts piano, membuat melodi penuh keputus-asaannya. Sudah lama sekali sejak dirinya memainkan piano. Terakhir adalah saat dirinya berusia enam belas tahun, saat hidupnya masih baik-baik saja.

Hangyul mulai mengingat kembali, kehidupannya yang masih baik-baik saja, sebelum semua ini terjadi. Hatinya kembali terluka, melihat sesuatu yang tidak seharusnya ia lihat.

Hangyul menangisi kehidupannya. Semasa semuanya baik-baik saja, kakaknya yang delapan tahun lebih tua darinya memutuskan untuk pergi ketika dirinya menginjak sebelas tahun. Lalu diusia tujuh belas tahun, dirinya harus kehilangan kedua orang tuanya. Dan semua itu karenanya, kesalahanmya.

"Hangyul, jangan menangis"

"Ah, maafkan aku, Counselor Wooseok"

"Tidak Hangyul, jangan meminta maaf. Kau harusㅡ"

"Hangyul, kenapa?"

Ucapan Wooseok harus terpotong karena kedatangan Seungyoun. Hangyul sementara masih sesegukan, terduduk didepan piano.

"Maaf, maaf. Maaf karena sudah menjadi seseorang yang lemah" ucap Hangyul mengetahui Seungyoun yang mendekapnya

"Jika kamu lemah, maka, biarkan aku menjadi kuat untukmu. Biarkan aku masuk kedalam duniamu, memahamimu, menjagamu, Hangyul"

"Maaf, maaf"

"Jangan seperti ini, Evan sangat khawatir padamu. Tenanglah, seperti perkataanku kemarin, kau bisa bercerita kapanpun kau siap, aku tidak akan memaksa. Dan selagi kau disini, ku mohon, beradaptasi lah"

"Seungyoun.."

"Jika kau berfikiran untuk pergi, maka, aku tidak akan mengizinkanmu"

Ikatan mereka semakin kuat, mereka sudah mulai tinggal bersama. Sudah takdir alam, walaupun keduanya belum melakukan proses mating, namun ikatan diantara mereka akan menguat ketika mereka mulai untuk tinggal bersama.

Seungyoun tau, Hangyul memikirkan untuk pergi. Dan ia tidak akan membiarkannya pergi.

"Bilang padaku segalanya yang kau butuhkan agar kau bisa bahagia tinggal disini, di kerajaanku. Aku akan memberikannya, namun aku tidak akan mengizinkanmu untuk pergi" ucap Seungyoun final

Hangyul tau, dia tidak akan bisa membalas perkataan Seungyoun. Dia pun meragu. Apakah dirinya bisa merasakan kebahagiaan? Seperti yang selalu ia bayangkan sebelum pertemuan mereka?

Bisakah keberuntungan berpihak kepadanya? Untuk kali ini?

the lone wolf 🌹 seungyul [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang