Setelah menjadi seorang raja, Hangyul mulai berfikir, menjadi seorang pemimpin itu sulit. Hangyul menerima banyak permintaan dari rakyatnya. Meminta untuk membetulkan saluran irigasi, meminta untuk membuat sistem yang lebih baik agar yang tidak mampu dapat bertahan hidup, membeli makanan.
Semua ini membuat kepalanya serasa mau pecah. Hangyul kini mengerti, kenapa Seungyoun selalu sibuk dan hampir tidak tidur.
Dengan sebaik mungkin, Hangyul mencoba untuk menyanggupi semua itu. Sulit memang, memenuhi permintaan rakyat, memerintah dengan baik, dan juga merawat dan membesarkan anaknya.
Menjadi orang tua tunggal ternyata tidak semudah apa yang dibayangkannya. Tanggung jawabnya sebagai raja, tanggung jawabnya sebagai orang tua. Beban yang dipikulnya tidak main-main.
Untung saja, ada mate kakaknya yang berada di sisinya. Membantunya merawat dan menjaga anaknya yang sedang aktif-aktifnya.
"PAAAA" teriakan anak kecil menyambutnya ketika ia membuka pintu kamar bermain anaknya
"Haiii, Doo. Anak kesayangan papa" ucap Hangyul
Hangyul melirik piring makan yang dipegangi oleh Taeyong, mate kakaknya.
"Itu makan siangnya Dodo, kak?" tanya Hangyul
"Iya Gyul, anakmu susah banget makannya. Mungkin maunya sama kamu" jawab Taeyong
"Yasudah, biar aku yang urus. Kakak bantuin Kak Jaehyun aja, kayaknya lagi kerepotan tuh"
"Maaf ya Gyul, aku gak bisa bantu banyak"
"Gapapa. Aku dibantuin sampai sekarang aja itu udah berarti banget. Udah sana samperin, nanti ada yang marah"
Taeyong mengusap kepala Hangyul sebelum pergi meninggalkan kamar bermain.
Hangyul kini menatap anaknya yang sedang sibuk dengan mainannya. Hangyul menghampirinya pelan-pelan. Tangannya terulur untuk mengusak rambut sang anak.
"Paaa~" sahutnya merespon kedatangan sang papa
"Dohyon sayang, ayo sini lihat Papa"
"Eumm~ Paaa~"
"Makan dulu yuk, nanti papa sayang sayang Dohyonnya"
Dohyon yang bernama lengkap Cho Dohyon ini mengangguk, menerima suapan dari papanya. Hangyul terus menatap putranya dengan tatapan sendu, rindu dengan sosok yang memiliki kemiripan hampir sembilan puluh persen dengan putranya.
Tidak terasa, sudah dua tahun. Dua tahun yang Hangyul habiskan disini. Dua tahun yang ditemani oleh Dohyon. Dua tahun tanpa Seungyoun.
Ada kekosongan dalam hatinya, kerinduan yang tidak bisa ia sampaikan dengan lantang.
Namun Hangyul masih beruntung memiliki Dohyon disisinya, tempatnya untuk pulang, tempatnya untuk bertahan. Dohyon adalah definisi dari duplikasi yang sebenarnya, begitu mirip dengan sosok Seungyoun.
Hangyul hanya perlu memandangi Dohyon dikala rindu. Hangyul hanya perlu memeluk Dohyon dikala jatuh. Hangyul hanya perlu Dohyon, tidak perlu yang lainnya.
Seungyoun juga mungkin sudah lupa dengannya. Jadi, untuk apa dirinya terus mengingatnya? Hangyul punya segalanya yang ia butuhkan. Hangyul tidak memerlukan Seungyoun lagi.
Hangyul sudah memantapkan hati, untuk tidak membutuhkan Seungyoun lagi. Ia bisa hidup hanya berdua dengan Dohyon, tidak butuh Seungyoun disisinya.
Seungyoun juga tidak mencarinya dan mungkin sekarang tengah sibuk mencari penggantinya. Jadi, untuk apa ia masih berharap pada Seungyoun?
Toh tanpa Seungyoun dirinya masih bisa hidup. Masih bisa menjalani kehidupannya dengan baik. Jadi, buat apa berharap padanya?
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Hayooo yang mau marah ditunda dulu yaa sampe bukaa wkwkwk. Maaf ya gais aku masih jahat hehehe. Kira-kira kalau kayak begini Hangyul bakalan balik gak yaaa???
KAMU SEDANG MEMBACA
the lone wolf 🌹 seungyul [✔]
Fanfictionini tentang Hangyul dan kesendiriannya. ditolak dimanapun karena dianggap sebagai pembawa sial. ini tentang Hangyul dan perjalanannya menemukan soulmatenya. ini tentang Hangyul dan perjuangannya. abo. ⚠mpreg ⚠bxb