lone wolf; 27

1K 160 9
                                    

Serangan demi serangan masih saja ditujukan pada istana hingga saat ini. Membuat Hangyul khawatir dan ketakutan.

Hangyul takut orang-orang itu mengincarnya. Hangyul takut orang-orang tidak bersalah harus meregang nyawa karenanya. Hangyul takut dirinya membawa kesialan bagi istana ini.

Kandungannya sudah berusia dua belas minggu. Perutnya sudah terlihat sedikit menonjol.

Kekhawatiran Hangyul makin besar, hal itu sedikit berimbas pada bayi di kandungannya. Seungyoun bahkan harus datang untuk menenangkannya, meninggalkan semua urusannya.

Hangyul tidak mau menjadi lemah. Namun apa daya, dirinya dimakan perlahan oleh khawatir dan takut.

Semakin lama, semakin hari, semakin besar efek yang ditimbulkan serangan-serangan itu membuat pikiran Hangyul semakin kacau. Ini tidak baik, untuk dirinya maupun bayi di kandungannya.

Hangyul sepertinya harus mencari udara segar.

Saat ingin menuju taman istana, Hangyul melihat Seungyoun jauh diujung koridor. Kakinya dengan cepat menghampiri Seungyoun, menubruknya untuk meminta pelukan.

Seungyoun terkejut akan kehadiran Hangyul yang tiba-tiba. Tapi dengan telaten jemarinya bergerak menyisir rambut Hangyul yang halus.

"Ada apa, Hangyul? Apa bayinya menginginkan sesuatu?" tanya Seungyoun

"Tidak.. hanya saja.. aku takut"

"Takut? Karena serangan ini?"

"Iya. Ini terjadi, pasti karena aku. Seungyoun aku harus pergi"

Hangyul gelisah. Bola matanya bergerak kemanapun tapi tidak menatap kedua mata Seungyoun.

"Tatap aku Hangyul." Hangyul akhirnya menatap Seungyoun. "Bagus. Dengarkan aku. Ini semua tidak ada kaitannya denganmu, ini hal yang biasa, para pembelot. Aku berjanji diatas nyawaku, untuk menjagamu dan bayi kita. Kamu mengerti?"

Hangyul diam untuk beberapa saat sebelum mengangguk. Seungyoun menepuk kepala Hangyul pelan.

"Anak pintar, Hangyul pintar"

"Seungyoun, sepertinya aku butuh udara segar" ucap Hangyul

"Pergilah, hirup udara segar untuk menenangkan pikiranmu"

Hangyul mengangguk lagi. Seungyoun merengkuhnya kedalam pelukan. Lalu kening Hangyul dicium, yang lama.

Sebenarnya ada ragu dalam hatinya. Ini serangan terparah selama dirinya hidup. Namun melihat Hangyul ketakutan seperti ini membuat hatinya tidak tenang. Ia ingin melindungi Hangyul dan buah hati mereka, pusat kehidupannya.

🌹🌹

"Keadaannya bertambah parah, bukan?" tanya Hangyul pada Jaehyun

"Benar. Jika serangan besar akhirnya ditujukan pada istana, dan Seungyoun tidak bisa melindungimu, maka kau tidak punya pilihan lain"

"Aku tau. Tapi biarkan hal ini bertahan, setidaknya percaya dahulu pada Seungyoun"

"Aku percaya padanya, ia akan menjagamu. Namun aku tetap harus mempersiapkan rencana cadangan, jika tokoh utama tidak mampu"

Hangyul menatap nanar bunga-bunga indah di taman dihadapannya.

"Pada akhirnya aku benar-benar pembawa bencana. Aku hanya membunuh orang-orang yang melindungiku. Haruskah aku mati?"

"Orang tuamu bertaruh nyawa untukmu, orang tuaku mati untuk melindungimu, dan aku, sebagai kakakmu aku siap mati untukmu. Kau tidak bisa mati disaat banyak orang rela menukarkan nyawa mereka untuk melindungi dirimu"

Hangyul mulai terisak, semua penuturan itu ada benarnya.

"Maaf. Sepertinya isi kepalaku kacau, aku benar-benar khawatir"

"Jangan khawatir. Kami semua akan melindungimu, Hangyul"

Hangyul menghela nafasnya. Jangan khawatir? Bagaimana dia tidak khawatir disaat nyawa orang-orang disekitarnya jadi taruhannya?

the lone wolf 🌹 seungyul [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang