lone wolf; 17

1.4K 200 12
                                    

"Hei, semuanya sudah dipersiapkan, tinggal menunggu dirimu siap"

"Jika memang semuanya sudah siap, maka aku tidak bisa mengulur waktu lagi. Semakin lama dia berada di istana, akan semakin sulit untuk mengeluarkannya"

"Kau benar. Dan aku juga sudah menyampaikan pesanmu, dia tidak bisa menjawabnya, mungkin terlalu syok. Satu lagi, ini akan sedikit sulit, jadi bersabarlah hingga momen yang tepat"

"Terima kasih, temanku. Aku akan menemuimu di sebrang perbatasan bersamanya"

"Tentu saja. Kita sudah sejauh ini, sudah sebaiknya kita pergi bersama, dengannya juga"

"Aku akan kembali ke istana, bersiap untuk membawanya keluar. Waktunya harus tepat"

🌹🌹

Semua prajurit dibariskan, perintahnya satu, perketat penjagaan istana. Beberapa prajurit terbaik dipilihkan untuk mengawal dan mengawasi tingkah Hangyul di istana.

Perintah langsung dari Pangeran, yang tentu tidak bisa dibantah.

Ketika semua orang sudah kembali ke tempatnya masing-masing, ada satu orang yang belum juga beranjak. Menengadahkan kepalanya untuk menatap seseorang diatas sana.

Seseorang diatas sana menatap nanar depannya, seakan kehilangan semangat. Yang berada diatas sana, Lee Hangyul, calon suami sang pangeran. Seseorang yang beruntung karena akan menikahi pangeran yang terkenal.

"Jangan menatapnya terlalu lama. Pangeran akan marah jika sesuatu miliknya ditatap dengan intens" ucap Seungwoo memperingatkan

"Ah, begitu rupanya. Aku hanya penasaran dengan rupa seseorang yang akan menjadi pasangan sang pangeran. Kalau begitu, aku akan kembali ke tempatku, Jendral Han"

Seungwoo tetap memperhatikan seseorang dengan pangkat Kolonel tersebut sampai menghilang dari pandangan. Lalu menatap Hangyul yang masih setia berada di tempatnya.

Seungwoo tidak buta, itu tatapan memuja. Seperti tengah merindukan sosok yang sudah lama hilang. Ditatap intens agar dapat terus diingat dan dipuja.

Seungwoo ragu untuk melaporkan hal ini. Haruskah ia memberikan peringatan pada kolonel itu? Atau haruskah ia mengawasi seluruh gerak gerik kolonel tersebut?

Pilihan kedua sepertinya lebih tepat. Yang pasti, jika sudah keterlaluan, ia harus melaporkannya.

🌹🌹

Dia menatap langit senja. Langitnya cerah dengan gradasi warna yang indah. Berkali-kali menghela nafasnya untuk meredakan sesak di dada. Kepalanya sakit memikirkan kemungkinan kemungkinan yang akan datang.

"Tunggulah.. kau pasti tersiksa hidup di sini.. mari kita hidup bersama seperti di masa lampau. Dimana aku dan kamu bahagia, hanya memiliki satu sama lain"

Dia kembali mengingat wajahnya. Yang kini tampan dan lebih maskulin. Walau begitu, wajahnya tetap lucu, menggemaskan seperti bayi. Bayinya.

"Sayang, Hangyul, bersabarlah. Sebentar lagi kita akan berkumpul bersama, seperti dulu lagi"

the lone wolf 🌹 seungyul [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang