Setelah pertemuan usai dan mengantarkan para undangan ke kamar mereka selama disini, Hangyul dan Seungyoun menghabiskan waktu mereka.
Mereka kini berada di kamar Seungyoun. Hangyul sedikit lemas, mungkin masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dilakukannya.
Dan Seungyoun disini untuk menemani Hangyul. Hangyulnya tidak ingin bertemu dengan Dohyon, tidak ingin putranya melihatnya saat sedang lemah. Namun ia tau betul, Hangyulnya itu hebat.
"Hey," panggil Seungyoun
"Jangan, jangan lihat aku dulu" tolak Hangyul
"Hey, Hangyul, yang tadi itu keren. Kau hebat"
"Aku tidak keren dan hebat. Yang tadi itu menegangkan"
"Tapi kau membuat mereka terdiam. Kamu berhasil membungkam mereka dengan semua perkataanmu, itu hebat. Aku salut padamu, kau sudah tumbuh dengan baik, kau hebat"
"Astaga, jika hanya ingin menyenangkanku lebih baik tidak usah"
Seungyoun mengikis jarak, memeluk Hangyul dari belakang. Mungkin dengan ini gelisahnya akan hilang.
"Jika kamu ketakutan akan hasilnya, kamu punya aku. Aku akan selalu mendukungmu, mempercayaimu dan terus berada disisimu. Aku disini, Hangyul"
Hangyul berbalik dan memeluk erat Seungyoun. "Oh, Dewi"
"Jangan ditahan, luapkan semua emosi yang kamu rasakan. Sekarang ada aku, kamu bisa menangis jika mau"
"Aku akan terlihat lemah jika menangis"
"Menangis tidak membuatmu terlihat lemah. Menangis akan membantumu menghilangkan beban dan sesak yang kau rasakan. Tidak apa, menangislah jika kamu mau"
Punggung Hangyul diberi tepukan ringan dan usapan. Bagai mantra ajaib, Hangyul menangis, untuk pertama kalinya setelah lima tahun, Hangyul menangis dalam pelukan Seungyoun. Hangyul menangis sampai lelah, sampai tertidur.
Seungyoun menggendongnya keatas ranjang. Beberapa aksesoris yang mengganggu dilepas seperti jubah kerajaannya dan juga sepatu. Tak berselang lama, pintu kamarnya terbuka, menampilkan Dodo dengan gambar ditangannya.
"Papa kenapa?" tanya Dohyon
"Papamu hanya kelelahan, jadi ia tertidur"
"Papa kenapa tidak bilang? Kalau Papa lelah Dodo tidak perlu meminta untuk dibacakan cerita"
"Dodo bisa minta tolong paman jika ingin dibacakan cerita"
"Benarkah?? Ah! Dodo membuat gambar untuk Papa"
Seungyoun menggendong Dohyon untuk ikut naik keatas ranjangnya.
"Tentu. Wah, Dodo buat gambar apa?"
"Ini Papa, ini Dodo dan yang ini Paman Youn! Dibelakangnya itu rumah, rumah kita bertiga"
"Dodo mau Paman ikut tinggal bersama kalian?"
"Dodo menyukai paman. Paman baik sekali, Dodo sayang paman"
"Terima kasih ya, sudah menyukai paman. Dodo mau ikut tidur bersama Papa? Kemarikan gambarnya, biar paman simpan di meja lalu nanti kita pajang dikamar"
"Heumm~"
Dohyon menyerahkan gambarannya, lalu menyelinap masuk untuk dipeluk papanya. Diam-diam Seungyoun bersyukur, juga sedikit sedih.
Dohyon telah menerimanya, menyukainya bahkan menyayanginya. Namun mau sampai kapan ia akan dipanggil paman olehnya? Oleh putranya sendiri?
Dua orang yang sangat berarti untuknya kini berada dikamarnya, tidur dengan saling memeluk. Menggemaskan. Inilah waktu yang harus ia syukuri.
Bergabung dan melihat mereka dari dekat bukanlah suatu kejahatan, kan? Toh status Hangyul hingga kini adalah masih menjadi suaminya. Ia masih bisa tidur di ranjang yang sama dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
the lone wolf 🌹 seungyul [✔]
Fanfictionini tentang Hangyul dan kesendiriannya. ditolak dimanapun karena dianggap sebagai pembawa sial. ini tentang Hangyul dan perjalanannya menemukan soulmatenya. ini tentang Hangyul dan perjuangannya. abo. ⚠mpreg ⚠bxb