Beberapa hari kemudian..
Menghindar itu tidak mudah. Hangyul kerap kali bersinggungan dengan Seungyoun, memilih untuk mengabaikan pria itu. Menyebalkan. Tidak seharusnya ia bertemu dan melakukan proses mating diusianya yang baru dua puluh tahun.
Lagi, Hangyul memilih untuk mengandalkan kakinya yang entah menuntunnya kemana. Dia muak berada di kamar.
Kakinya ternyata membawanya ke tempat latihan para prajurit. Senyum Hangyul mengembang. Ini dia yang ia cari-cari.
Hangyul mengambil paksa sebuah pedang dari genggaman seorang prajurit yang lengah. Dengan asal mengayunkan pedangnya pada orang-orang yang berlatih. Namun bukannya menangkis, mereka malah menurunkan pedang mereka.
"Kenapa kalian berhenti?? Ayo! Aku juga mau" pinta Hangyul
"Maaf, Tuan, kami tidak bisa melawanmu"
"Karena aku omega? Oh, karena aku calon suami pangeran kalian yang menyebalkan itu? Huh! Semua orang sama saja"
"Biar aku menjadi lawanmu, Tuan"
Hangyul hampir saja membuang pedang jika seseorang tidak mengucapkan itu. Hangyul terkejut bukan main saat melihat wajahnya.
"Ayo! Ayo lawan aku! Jangan menahan diri"
Mereka langsung menuju ke tempat yang sedikit sepi. Langsung memulai. Suara dentingan besi yang saling beradu jadi satu-satunya sumber suara. Yang lainnya masih terkejut akibat keberanian yang dimiliki kolonel tersebut.
Baik Hangyul atau pun kolonel itu tidak menahan diri. Saling mengayunkan pedang mereka kearah satu sama lain. Menciptakan sebuah pertarungan yang sengit.
Tidak ada yang berani memisahkan mereka berdua. Mereka, terlalu asik dengan pertarungan mereka.
"Perhatikan langkahmu, Tuan"
"Perhatikan juga, arah pandanganmu"
Mereka masih beradu pedang, sampai salah satunya terpojok, dengan pedang melintang didepan lehernya.
"Sangat tidak ku sangka, anda memenangkan ini, Tuan Hangyul" ucap sang kolonel, yang terpojok dengan pedang didepan lehernya.
Hangyul menurunkan pedangnya, tersenyum puas kearah kolonel tersebut.
"Aku juga bisa ini tau!"
"Saya yakin kehidupan memaksamu untuk belajar tentang semua hal. Saya benar kan, Hangyul?"
"Seratus persen benar. Sudah lama sekali, tidak bertemu denganmu, kakak"
"Benar, sudah lama sekali sejak terakhir kita bertemu. Apa kabar, Hangyul?"
"Baik. Aku baik. Hanya saja, kehidupan di istana ini sedikit menyebalkan. Tidak ada yang berani melawanku, kecuali kamu, kak"
"Akan aku lakukan, apapun untukmu"
"Terima kasih, untuk menemuiku dan memberitahukan pesan itu"
"Tidak perlu berterima kasih. Pastikan kau menemui tabib, kamu harus sehat"
"Kakak yakin? Maksudku, ku rasa akan sulit untuk melakukan sesuai pesanmu"
"Bukankah sudah aku bilang? Aku, akan melakukan apapun, untukmu"
Hangyul mengangguk. Sedikit keraguannya mulai hilang.
"Baiklah, aku akan pergi sekarang. Terima kasih atas pertarungannya yang seru. Sangat menyenangkan bisa bertemu dan mengobrol denganmu, kakak" ucap Hangyul
"Pun denganku. Sangat menyenangkan bisa bertemu lagi dan mengobrol denganmu, Lee Hangyul"
Hangyul beranjak dari sana, tanpa mengetahui kalau ada seseorang yang memperhatikan aktivitas keduanya.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Aku belakangan ini jarang buka twitter, aku tadi iseng buka base seungyul wkwkw dan aku menemukan sesuatu. Yup, seseorang mempromosikan potongan ceritaku yang ini di base.Hey, siapapun itu, terima kasih yaa. Dan untuk semua yang udah suka sama ceritaku, i'm really grateful.
Oh iya, aku berhasil kan, ngebuat kalian penasaran hahahaha*insert ketawa jahat*
Hayo, ada yang mau nebak itu kira-kira siapa???
KAMU SEDANG MEMBACA
the lone wolf 🌹 seungyul [✔]
Fanfictionini tentang Hangyul dan kesendiriannya. ditolak dimanapun karena dianggap sebagai pembawa sial. ini tentang Hangyul dan perjalanannya menemukan soulmatenya. ini tentang Hangyul dan perjuangannya. abo. ⚠mpreg ⚠bxb