"Hubungi Mr Kim. Aku ingin mengadakan rapat dengan bagian pembelian. Semua staff harus ikut tanpa kecuali," kata Evan memberikan instruksi pada sekretaris yang juga orang kepercayaan Evan, William. William berusia 4 tahun lebih tua dari Evan dan dia adalah seniornya saat mereka kuliah di Oxford. Mereka berdua berteman cukup akrab.
Saat mengetahui bahwa Evan adalah pewaris tunggal Phillips Corp., William meminta Evan untuk merekrutnya dan Evan menyambutnya dengan antusias. Evan cukup tahu dengan baik kapasitas William. William adalah murid yang sangat brillian. Dia kehilangan orang tuanya dalam kecelakaan sejak usianya 5 tahun dan semenjak itu dia hidup bersama neneknya.
Evan sadar bahwa perjanjian yang pernah dia buat bersama ayahnya membutuhkan kemampuan seorang William. Karena itu, dibandingkan posisi lainnya, Evan lebih memilih menjadikannya tangan kanannya. Orang yang mengenalnya dengan baik dan orang yang dia kenal dengan baik.
Walaupun agak bingung dengan agenda meeting mendadak ini, William mengangguk begitu mendengar permintaan Evan. Segera dia keluar dari ruangan Evan. Tepat sebelum William membuka pintu, Evan memanggilnya.
"William ... kau ingat kan alasanku kembali ke New York dan bersedia bekerja bersama ayahku," kata Evan.
"Ya ... ," jawab William ragu kemana arah pembicaraan mereka ini.
"sepertinya aku menemukannya lebih cepat dari dugaanku," jelas Evan kepada temannya itu.
"Eva?!!" kata William kaget.
*
"Guys, nanti jangan ada yang pulang awal. Our new CEO ... dia ingin membahas sesuatu dengan kita hari ini. Selepas jam kantor. Semua harus ikut tanpa terkecuali. Itu yang tadi ditekankan," kata Mr Kim cukup keras agar seluruh staff di bagian pembelian mendengar pengumuman darinya.
"Dan aku harus membatalkan makan malamku dengan istriku hari ini," kata Mr Kim dengan lesu lebih kepada dirinya sendiri.
Eva tiba-tiba ingat janjinya dengan Bryan nanti malam. Dia pun mengambil ponselnya dan menatap layarnya sesaat. Menimbang-nimbang apakah dia cukup mengirim pesan padanya atau harus meneleponnya. Akhirnya dia menekan tombol call.
"Halo," kata Bryan diseberang sana. Suara Bryan lebih berat dari bayangan Eva. Sebelumnya dia tidak pernah tahu bagaimana suara Bryan. Dia hanya sekedar melihat fotonya.
"Hi Bryan, it's Eva," kata Eva.
"Yes I know it's you Eva. I have your number on my phone," ucap Bryan. Eva bisa mendengar Bryan tertawa kecil diujung sana.
Eva tertawa kecil mendengarnya. Eva kemudian meminta maaf kepada Bryan karena harus membatalkan janji mereka malam itu. Eva sedikit lega saat Bryan dengan entengnya menjawab tidak masalah.
Selama rapat Evan menanyakan setiap detil pembelian dan tidak melewatkan apapun. Evan bukan lagi anak sekolah seperti yang diingat Eva dulu, Evan sekarang tampak lebih tegas, gagah dan mempesona. Dia juga terlihat sangat menguasai apa yang sedang dia kerjakan. Dia terlihat sangat pintar walaupun Eva tahu bahwa dari dulu Evan memang jenius.
Selama rapat Eva berusaha untuk tetap berkonsentrasi dengan apa yang dibahas walaupun beberapa kali dia mencuri pandang kearah Evan. Evan tidak lagi mengenakan jas hitamnya. Dia melipat lengan kemeja putihnya dan William selalu membuat note untuk setiap hal yang nantinya memerlukan follow up. Eva yakin dia juga memergoki teman-teman wanitanya mencuri pandang kearah Evan.
Rapat berlangsung kurang lebih 3 jam.
"Aku sudah memesan tempat untuk kita makan malam. Di restoran sebelah gedung kantor kita," kata Evan sembari beranjak dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eva(N) - Eva Belongs to Evan [COMPLETED]
ChickLitEva Anderson adalah hal terakhir yang Ibunya bicarakan dengan hebohnya pada Evan. Ya, nama Eva-lah yang dibicarakan Ibunya saat Ibunya melihat gadis itu di depan pagar sekolah. Dan itu adalah hari terakhir dia bisa bertemu Ibunya karena sesaat setel...