Evan masih kesal jadi saat dia mendengar pintu bel apartemenya berbunyi, dia dengan malas menuju pintu. 'Apa mungkin itu William,' Evan bertanya-tanya.
Jantungnya langsung berhenti saat melihat Eva berdiri disana sama bingungnya dengan dirinya. Gadis itu kelihatan kesulitan mencari kata-kata jadi tanpa berpikir panjang Evan menarik dirinya dan dengan sigap menutup pintu karena khawatir gadis itu akan pergi jika dia tidak melakukan itu.
Evan sudah memenuhi janji pada ayahnya jadi dia akan mulai mendekati Eva lagi namun dia sadar dia harus melakukannya dengan perlahan. Evan cukup yakin bahwa Eva masih mengingatnya dan karena itu dia juga cukup yakin bahwa Eva pasti sangat membencinya karena pertemuan terakhir mereka adalah saat Evan menciumnya sebelum akhirnya dia menghilang tanpa pamit dari kehidupannya dulu.
"Duduklah," kata Evan menunjuk pada sofa mempersilahkan Eva.
Gadis itu tidak langsung duduk, "Sebenarnya saya kesini hanya ingin memastikan anda baik-baik saja. Sepertinya anda sudah baikan sekarang, saya sebaiknya pergi jadi Mr Phillips bisa kembali beristirahat."
"Sebenarnya aku sangat lapar dan aku belum meminum obatku. Sarapan yang kau buatkan tadi pagi, William menghabiskannya sendiri. Sekarang aku masih sangat pusing. Apa kau bisa memesankan sesuatu untukku sebelum pulang?" kata Evan.
"Sebaiknya saya membuatkan sesuatu untuk anda itu jika anda tidak keberatan," kata Eva ada keraguan pada suaranya.
Bingo. 'Aku berhasil,' batin Evan.
"Ya, tentu saja. Kau bisa gunakan apapun yang kau perlukan," kata Evan sebelum menempatkan dirinya disofa, bersandar dan menyalakan televisi didepannya. Dia tidak bisa menyembunyikan senyumnya dan bertekad tidak akan membiarkan Eva pulang secepat itu.
*
Eva mengumpat sendiri, mengutuk William yang membiarkannya terjebak disini karena kata-kata bohongnya. Dia juga menyesal sendiri kenapa malah menawarkan dirinya untuk memasakkan sesuatu untuk Evan. Hanya saja saat dia sakit dia selalu rindu masakan rumah ibunya dan terlalu menyedihkan kalau harus memesan makanan dan membiarkannya makan sendirian saat dia tidak enak badan.
Eva membuat cream soup dan teh madu untuk Evan dengan cepat. Dia masih tidak percaya William menghabiskan semua pancake yg tadi pagi dia sengaja buat untuk Evan. Setelah selesai dengan soupnya, dia menempatkan semua makanan tadi diatas nampan, membawa ke Evan yang sedang serius menonton televisi didepannya.
Evan tersontak saat melihatnya menaruh makanan tersebut di meja kecil didepannya.
"Makanlah selagi hangat Mr Phillips. Aku tidak membuat dapur anda berantakan jadi jangan khawatir. Selesai makan anda harus segera meminum obatnya. Aku akan pamit pulang sekarang," kata Eva.
"Apa kau bisa menemaniku makan?" tanya Evan tanpa memandangnya dan mengambil cream soup didepannya.
Eva ragu sejenak. Sebagian dirinya sangat merindukan Evan jadi bisa menghabiskan waktu didekatnya bisa memberikan kebahagiaan tersendiri untuknya. Tapi sebagian dari dirinya juga ragu apakah dia sanggup melakukan itu. Laki-laki didepannya itu pernah memberi harapan pada Eva yang dengan bodohnya masih dia simpan sekarang. Namun nyatanya dia tidak menganggap penting apapun itu yang terjadi diantara mereka di waktu silam. Ditambah lagi gambaran tentang Clara semalam dan perjalanan mereka di Singapura yang menyisakan keyakinan pada Eva bahwa Evan sama sekali tidak mengingatnya.
Namun Eva tidak mampu marah walaupun dia sepenuhnya berhak atas hal itu. Dia hanya kecewa dan berusaha sekuat mungkin menjaga dirinya agar tidak membiarkan dirinya larut lagi.
Eva kesulitan menerima niat baik pria manapun yang sudah berusaha untuk mendekatinya. Itu semua karena Evan dan menyedihkannya dia tidak bisa menyalahkan Evan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eva(N) - Eva Belongs to Evan [COMPLETED]
Chick-LitEva Anderson adalah hal terakhir yang Ibunya bicarakan dengan hebohnya pada Evan. Ya, nama Eva-lah yang dibicarakan Ibunya saat Ibunya melihat gadis itu di depan pagar sekolah. Dan itu adalah hari terakhir dia bisa bertemu Ibunya karena sesaat setel...