2 minggu selepas dia kembali dari Singapura, Eva belum lagi melihat Evan maupun William di kantor. Dia tahu betul bahwa mereka berdua harus mengurus tender penting di Dubai. Eva sudah berusaha melupakan Evan dan apapun maksud dari kata-katanya di malam terakhir mereka bertemu.
Saat kembali dari Singapura, Bryan lah yang menjemputnya di Bandara. Itu karena Sarahlah yang memberitahu jadwal kedatangan Eva. Eva juga heran apa Sarah tidak sibuk dengan persiapan pernikahnnya sampai masih bisa ikut campur dalam ururan percintaanya. Selama dua minggu itu pula Eva dan Bryan sudah makan lagi bersama sekali. Eva merasa Bryan semakin intens mengiriminya pesan.
Hari itu seperti biasa, saat hampir seluruh staff bagian pembelian sudah tidak ada diruangan tersebut, Eva masih harus berkutat di depan komputernya.
"Hai cantik," terdengar seseorang menyapanya dari belakang. Eva menoleh dan mendapati Orlando, dari bagian business development sedang berjalan menuju kearahnya.
"Maaf aku harus merepotkanmu," jawab Eva saat pria tinggi yang selalu mengenakan kemeja berlengan pendek yang menunjukkan bagian tangannya yang berotot sudah berdiri disamping meja kerjanya. Sore itu Eva memang meminta bantuan Orlando untuk design proposalnya dan pria tersebut sangat ahli dalam hal ini. Saat mendengar Eva meminta bantuannya, dengan cepat Orlando menjawab ok.
"Apa yang tidak untukmu cantik," kata Orlando sambil mengedipkan matanya, tipikal pria tersebut. Bagi Eva kedipan mata tersebut tidak memberikan efek apapun padanya. Orlando memang terkenal romantis bagi wanita-wanita di Phillips Corp. Walaupun banyak sekali wanita yang menyukainya, namun Eva cukup yakin bahwa Orlando tidak sedang mengencani siapa pun dari penggemarnya tersebut.
"Ini lihatlah, aku sudah mengatakan padamu tadi konsep yang kuinginkan," kata Eva sambil berdiri dari tempat duduknya dan mempersilahkan Orlando duduk didepan komputernya.
Begitu sudah duduk didepan komputer, Orlando nampak serius dan sesekali menanyakan Eva apa yang dia inginkan pada proposalnya.
Kurang dari satu jam Orlando sudah selesai dengan bantuannya dan Eva pun bernafas lega.
"Terima kasih sekali," kata Eva sambil tersenyum lega. Dia tidak perlu membawa perkerjaannya ke mimpinya lagi karena proposal ini harus dia serahkan besok. "I have no idea what will I do without you."
"Then you shouldn't let me go beautiful," jawab Orlando dengan gombalannya yang Eva sudah mulai terbiasa mendengarnya.
"Aku belum makan malam ... dan aku berharap kau mentraktirku malam ini," tambah pria itu dengan tampang yang sengaja dibuat memelas.
Eva tersenyum dan tidak bisa menahan diri untuk tidak menggelengkan kepalanya. "Such a gentleman."
Karena terlalu lelah, Eva dan Orlando memutuskan untuk memesan pizza agar mereka tidak perlu berjalan ke restoran.
"Apa sudah memutuskannya?" tanya Orlando sambil menggigit potongan besar pizza didepannya. Beruntung restoran pizza tempat mereka melakukan pesan antar tidak terlalu jauh sehingga kurang dari setengah jam pesanan mereka sudah datang.
"Maksudmu?" tanya Eva tidak mau kalah dengan Orlando - gadis itu juga menggigit potongan besar pizza yang ada ditangannya.
Orlando menunduk lesu dengan sedikit didramatisir saat mendengar jawaban Eva. Dia kemudian mendongak, menatap mata Eva dengan tajam dan menegakkan punggungnya. "Bukankah terakhir kita berbincang aku mengatakan padamu aku menyukaimu dan apa kau tertarik menjadi pasanganku?"
Eva tidak berhenti mengunyah pizza yang masih memenuhi mulutnya. "Apa kau serius waktu itu? Kukira kau hanya bercanda. Bukankah kau mengatakan hal-hal seperti itu hampir kepada semua wanita yang kau temui?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eva(N) - Eva Belongs to Evan [COMPLETED]
ChickLitEva Anderson adalah hal terakhir yang Ibunya bicarakan dengan hebohnya pada Evan. Ya, nama Eva-lah yang dibicarakan Ibunya saat Ibunya melihat gadis itu di depan pagar sekolah. Dan itu adalah hari terakhir dia bisa bertemu Ibunya karena sesaat setel...